Google PHK 12 Ribu Karyawan, Imbas Kenaikan Suku Bunga The Fed
Reporter
Moh. Khory Alfarizi
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Sabtu, 21 Januari 2023 16:40 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat Ekonomi Digital dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menanggapi kebijakan pemutusan hubungan kerja atau PHK yang dilakukan beberapa raksasa teknologi. Yang terbaru adalah perusahaan induk Google, Alphabet Inc yang memberhentikan 12.000 karyawannya.
Menurut Nailul, penyebab PHK yang dilakukan perusahaan besar di sektor teknologi itu salah satu faktornya adalah karena kenaikan suku bunga The Fed yang sangat agresif dalam setahun terakhir. Kenaikan suku bunga ini menjadikan investasi semakin menurun, salah satunya di sektor digital.
Baca: Cerita Karyawan Google Kena PHK: Ada yang Lewat Email, Ada yang Mendadak Dikeluarkan dari Semua Akun
“Kalau naiknya dari 1 persen jadi 4 persen lebih ya tentu besar dampaknya. Tidak ada dana yang masuk jadinya ya pekerja dikorbankan,” ujar dia kepada Tempo pada Sabtu, 21 Januari 2023.
Saat pandemi Covid-19, kata Nailul, investasi di sektor digital sangat besar, dan menjadikannya sebagai salah satu sektor potensial untuk berinvestasi. Namun, ketika The Fed menaikkan suku bunga, langsung jatuh.
Akibatnya, harga saham beberapa perusahaan teknologi anjlok. “Mereka harus bertahan dengan melakukan efisiensi, salah satunya melalui PHK,” tutur Nailul.
Google melakukan PHK tersebut dengan alasan ingin fokus mempertaruhkan masa depan mereka pada kecerdasan buatan (AI). Nailul menilai itu hanya alasan raksasa teknologi asal Amerika Serikat itu saja. “Faktor utamanya dananya seret saja,” kata dia.
Selanjutnya: faktor perusahaan melakukan PHK ...
<!--more-->
Adapun yang bisa menjadi faktor lain perusahaan melakukan PHK, dia menambahkan, adalah manajemen perusahaan teknologi salah kelola. Di mana biaya tenaga kerja kelewat tinggi dengan gaji besar sekali. “Kalau pendanaan lancar sih enggak masalah, tapi kalo pendanaan seret ya jadi masalah,” ucap dia.
Google melakukan PHK pada Jumat kemarin, 20 Januari 2023. CEO Google Sundar Pichai mengatakan bahwa dirinya sangat menyesal kepada pekerja yang akan diberhentikan. "Ini adalah keputusan yang sulit untuk mempersiapkan masa depan," ujar dia dalam email yang dikirimkan kepada karyawan yang terkena PHK pada Jumat, 20 Januari 2023.
Pichai mengatakan bahwa karyawan akan tetap dibayar selama periode pemberitahuan minimal 60 hari. Alphabet juga akan menawarkan paket pesangon mulai dari gaji 16 minggu. Termasuk juga akan membayar bonus 2022 dan sisa waktu liburan, sambil menawarkan perawatan kesehatan selama 6 bulan, layanan penempatan kerja, dan dukungan imigrasi untuk mereka yang terkena dampak.
Selain melakukan PHK, Google juga telah memotong pengeluaran lainnya akhir-akhir ini, seperti mematikan Stadia (layanan cloud game), membatalkan laptop Pixelbook generasi berikutnya, dan banyak lagi. Serta berencana untuk lebih fokus pada AI, dan bersiap untuk berbagi beberapa pengalaman yang sama sekali baru untuk pengguna, pengembang, dan bisnis.
Selain Google, perusahaan teknologi Microsoft berencana untuk memangkas ribuan bidang pekerjaan dengan sejumlah peran yang akan dihilangkan pada divisi sumber daya manusia dan teknik. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akan terjadi di sektor teknologi Amerika Serikat (AS), termasuk Amazon dan Meta, dilakukan sebagai tanggapan atas merosotnya permintaan dan prospek ekonomi global yang buruk.
Selanjutnya: Microsoft berencana memangkas sekitar 5 persen ...
<!--more-->
Langkah Microsoft terbaru ini menunjukkan bahwa sektor teknologi juga dapat terus memangkas pekerjaan. “Berdasarkan perspektif yang luas, PHK yang tertunda di Microsoft menunjukkan lingkungan kerja yang tidak membaik, bahkan bisa terus memburuk,” kata Dan Romanoff, analis Morningstar, yang dikutip, Kamis, 19 Januari 2023.
Oleh karena itu, Microsoft berencana memangkas sekitar 5 persen tenaga kerjanya atau sekitar 11.000 pekerja. PHK ini mungkin akan menjadi jauh lebih besar daripada yang lainnya dalam satu tahun terakhir. Microsoft saat ini diketahui memiliki 221.000 karyawan tetap, 99.000 di antaranya tersebar di berbagai negara.
PHK Microsoft ini berhubungan dengan perusahaan yang tengah berada di bawah tekanan untuk mempertahankan tingkat pertumbuhan unit cloud-nya, Azure. Beberapa kuartal penurunan di pasar komputer merugikan Windows dan penjualan perangkat.
Hal tersebut juga berujung pada Microsoft yang memotong pendapatannya sebesar $1,2 miliar karena para pengguna cloud-computing menimbang kembali pengeluaran mereka untuk layanan itu.
Menurut CEO Microsoft Satya Nadella, pelanggan teknologi cenderung berhati-hati terhadap resesi dan ingin mengoptimalkan pengeluaran digital mereka. Pada saat yang sama, gelombang komputasi besar berikutnya lahir dengan kemajuan Artificial Intelligence (AI). Nadella kemudian menambahkan bahwa PHK di perusahaannya akan berakhir pada akhir Maret mendatang.
MOH KHORY ALFARIZI | ANDIKA DWI | REUTERS