TEMPO Interaktif, Jakarta:Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan krisis ekonomi global tidak hanya berdampak negatif. Dampak positifnya, krisis telah merubah tatanan ekonomi dunia menjadi lebih adil.
"Kita bersyukur krisis telah menyebabkan ekonomi dan perdagangan dunia menjadi lebih adil," kata Kalla dalam pidato ilmiah di acara Milad ke 28 Universitas Muhamadiyah Yogyakarta, Senin (23/03).
Ia menilai sistem ekonomi dan perdagangan dunia ini saat ini sangat tidak adil. "Baju saya pakai ini di Bandung harganya 15 dolar, di AS dijual 99 dolar,enam kali lipat," katanya mencontohkan.
Dengan demikian, buruh di Indonesia dibayar murah sementara Amerika diuntungkan dengan nilai tambah yang mereka peroleh. "Yang punya uang untung banyak yang punya barang untungnya sedikit," katanya.
Krisis ekonomi global, kata dia, juga telah membuktikan sistem ekonomi liberal dan kapitalis gagal. Efek globalisasi ekonomi telah membuat arus uang lebih cepat dari arus barang. Hal ini kemudian menimbulkan banyak spekulasi dan bublle (gelembung) ekonomi dimana-mana.
"Ini yang menimbulkan krisis, ada rekayasa keuangan yang besar sehingga ekonomi liberal, kapitalisme rusak sendiri," katanya.
Kedepan, kata Kalla, kita harus mulai berpikir sistem ekonomi seperti apa yang cocok untuk Indonesia dan dunia.
Kalla menambahkan Indonesia lebih survive di tengah pusaran arus krisis global. Sebab, Indonesia tidak terlalu gencar mengelembungkan sektor keuangan. Uang yang bergerak di bursa hanya 23 persen dari Gross Domestic Product (GDP), beda dengan Singapura, Amerika Serikat yang lebih dari 100 persen dari GDP. Sedangkan penduduk Indonesia yang bermain saham di bursa hanya 0,5 persen."Jadi, saat bursa jatuh setengahnya di Jakarta, orang Yogya tidak apa-apa, kalau di AS kan seluruhnya. Kita konservatif maka kita selamat," katanya.
Kemudian eskpor, Indonesia juga hanya 30 persen dari GDP sehingga ketika pasar ekspor jatuh dampaknya juga tidak terlalu terasa. "Dengan demikian ekonomi kita lebih survive dibanding negara lain," katanya.
Ke depan, Ia mengharapkan negara harus bekerja dengan dasar kepentingan nasional untuk memberikan nilai tambah dari seluruh kekayaan negara. Disitulah pentingnya semangat dan jiwa kewirausahaan."Jangan eskpor kulit tetapi tas dan sepatu, jangan ekspor kayu tapi harus lebih banyak furniture, jangan jual gas tapi pupuk dan petrokimia," katanya.
GUNANTO E.S.
Berita terkait
Kementan-Polri Berkolaborasi Hadapi Tantangan dan Krisis Global
29 Agustus 2023
Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Satgas Pangan Mabes Polri mempererat kerjasama pendataan penggilingan padi dan stok beras sebagai upaya bersama menghadapi tantangan dan krisis global.
Baca SelengkapnyaJusuf Kalla Kritik Mobil Listrik di Indonesia: Hanya Pindahkan Emisi
26 Mei 2023
PLTU yang menghasilkan listrik untuk mobil listrik masih mengandalkan batu bara, yang mengeluarkan emisi dari cerobong asapnya.
Baca SelengkapnyaIndustri Tekstil Masih Tertekan, Menperin: Tapi Sekarang Level Tekanannya Berbeda
10 Mei 2023
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan subsektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) mesih tertekan akibat krisis global.
Baca Selengkapnya3 Pernyataan Menko Airlangga Hartarto Seputar Pengesahan UU Cipta Kerja
23 Maret 2023
Menko Airlangga Hartarto ikut menyampaikan pandangan pemerintah atas pengesahan UU Cipta Kerja, berikut 3 pernyataannya
Baca SelengkapnyaSilicon Valley Bank Bangkrut, Jokowi: Semua Negara Tunggu Efek Dominonya
15 Maret 2023
Jokowi menunggu dampak yang ditimbulkan dari bangkrutnya Silicon Valley Bank atau SVB, bank yang mendanai start up di Amerika Serikat, pada Jumat lalu
Baca SelengkapnyaLockdown Ketat di Cina, Apindo: Agak Miris
5 Desember 2022
Apindo khawatir lockdown dapat berpengaruh signifikan terhadap transaksi kerja sama dengan Cina yang nilainya diperkirakan mencapai US$ 135 miliar.
Baca SelengkapnyaJokowi Ingin Inflasi Ditangani seperti Covid-19, Tito: Setiap Minggu Dibahas dan Dievaluasi
5 Desember 2022
Jokowi mengklaim upaya pemerintah mengendalikan inflasi di Tanah Air sudah detail dan cukup berhasil.
Baca SelengkapnyaHadapi Ancaman Krisis Global, Gubernur BI: Hidup adalah Ketidakpastian
5 Desember 2022
BI membeberkan tiga langkah yang akan diambil Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian pada masa mendatang.
Baca SelengkapnyaIndef Sebut RI Hadapi Tantangan Kombo di 2023, Krisis Global hingga Tahun Politik
5 Desember 2022
Dari sisi global, Indef melihat tantangan ekonomi Indonesia bermuasal dari krisis karena perang Rusia dan Ukraina yang tak pasti kapan akan berakhir.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Sebut Kaum Muda Beruntung Saksikan Respons Negara Hadapi Krisis Global
2 Desember 2022
Dalam kondisi yang serba tak pasti, Sri Mulyani mengatakan generasi muda dapat melihatnya sebagai bekal pada masa mendatang.
Baca Selengkapnya