Pulih dari Pandemi Covid-19, Sri Mulyani Ingatkan Risiko Baru yang Bikin Inflasi RI Tinggi
Reporter
Moh. Khory Alfarizi
Editor
Martha Warta Silaban
Kamis, 24 November 2022 06:59 WIB
TEMPO.CO, Bali-Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan Indonesia telah melewati pemulihan yang cukup kuat dari pandemi Covid-19 atau dalam tiga kuartal terakhir. Namun, dia mengingatkan risikonya kini bergeser karena ada isu krisis energi dan perkembangan geopolitik global.
“Ada risiko baru yang datang dari geopolitik yang menciptakan kenaikan harga yang sangat tinggi pada energi serta pupuk dan makanan,” ujar Sri Mulyani melalui keterangan video di acara 3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022 di Bali Nusa Dua Convention Center, Kuta, Bali pada Rabu, 23 November 2022.
Kondisi tersebut, kata dia, menimbulkan tekanan inflasi yang tinggi, kemudian diikuti dengan pengetatan kebijakan moneter. Bahkan, dia melanjutkan, telah menciptakan risiko penurunan ekonomi global.
Sri Mulyani menjelaskan Indonesia masih untung karena bisa menikmati pemulihan ekonomi yang sangat tinggi, baik karena dukungan permintaan domestik dari konsumsi maupun ledakan komoditas. Pemulihan semacam ini tentu juga didukung oleh lingkungan global.
“Namun ketika lingkungan global kini menghadapi risiko penurunan, Indonesia perlu waspada,” kata dia.
Sri Mulyani menyebut tahun 2023 akan menjadi salah satu masa pemulihan pasca pandemi yang paling menantang secara global. Sebab ketegangan geopolitik menciptakan krisis pangan dan energi. Terlebih ketegangan tersebut terjadi di wilayah penghasil pangan dan energi secara global.
Selanjutnya: Indonesia Harus Menghadapi Perubahan Iklim<!--more-->
Untungnya, pada KTT G20 pekan lalu, Indonesia berhasil berupaya untuk terus menjaga kolaborasi dan kerja sama para pemimpin dunia. “Dengan tujuan untuk mengurangi risiko krisis pangan maupun energi,” ucap dia.
Selain itu, Indonesia juga harus menghadapi perubahan iklim, yang menjadi semakin penting dalam menciptakan risiko tambahan terhadap kerapuhan ekonomi. Komitmen untuk mengurangi emisi CO2 menjadi sangat diperlukan.
“Komitmen untuk mencapai net zero emission juga menjadi sangat penting,” tuturnya. “Ambisi ini menjadi tantangan Indonesia.”
Menurut dia, Indonesia harus mengurangi emisi CO2, tapi di sisi lain terus mendukung pembangunan dan pemulihan ekonomi dengan kebutuhan energi yang akan terus meningkat. Itu sebabnya, dalam KTT G20, Indonesia resmi meluncurkan Platform Negara Mekanisme Transisi Energi.
Platform tersebut dapat menciptakan percepatan transformasi namun tetap adil dan terjangkau, khususnya di sektor energi. “Dunia akan melihat bahwa Indonesia sebagai pemimpin global juga akan terus konsisten dalam merancang transisi yang sangat rumit, dari bahan bakar fosil ke energi bersih ini,” tutur Sri Mulyani.
Baca Juga: Sri Mulyani Optimalkan Kebijakan Fiskal untuk Dorong Industri Hulu Migas
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini