Cara Sri Mulyani Lobi Negara Lain Hadiri KTT G20: Bilateral 100 Kali
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Senin, 14 November 2022 05:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani harus bolak-balik melobi menteri hingga deputi negara-negara anggota G20 untuk hadir di pertemuan tingkat tinggi di Bali. Direktur Eksekutif Bank Dunia, Wempi Saputra, mengatakan komunikasi Sri Mulyani dengan para pejabat negara berlangsung sejak Februari hingga Oktober 2022 baik secara tatap muka maupun melalui virtual.
"Saya juga bantu itu beberapa, bilateral 100 kali. Beliau ke Menteri Keuangan, saya ke deputi," ujar Wempi di kompleks Nusa Dua, Bali, Ahad, 13 November 2022.
Usaha keras Sri Mulyani, kata Wempi, dilakukan setelah kondisi Rusia dan Ukraina memanas. Sri Mulyani mencoba menampung aspirasi dari negara-negara anggota G20 untuk menyikapi invasi negara beruang merah ke Ukraina.
Sejumlah negara, ujar dia, meminta Indonesia sebagai Presidensi G20 tidak mengundang Rusia. Ini berkaitan dengan sanksi negara-negara di dunia setelah hubungan Rusia-Ukraina meregang. Namun, Indonesia menginginkan ada jalan tengah.
Upaya tersebut dilakukan agar keutuhan G20 tetap terjaga. "(Rusia) diundang April. Karena kalau sekali enggak diundang, jadi G19, jadi berkurang lagi," katanya.
Dalam komunikasi bilateral dengan menteri dan deputi negara-negara anggota G20, Sri Mulyani menyampaikan keinginannya masalah global dapat diselesaikan bersama. Sri Mulyani juga menginginkan adanya kontribusi G20 terhadap bidang kesehatan, trasisi energi, dan transformasi digital.
Presiden Rusia Vladimir Putin tidak akan hadir dalam KTT G20 di Bali. Dia menugaskan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov untuk mewakili kedatangannya.
Selanjutnya: Sinyal Nihil Kesepakatan G20
<!--more-->
KTT G20 berpeluang tidak mencapai kesepakatan atau menghasilkan leaders communique. Sinyal itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Luhut berujar, G20 berlangsung saat kondisi geopolitik dunia memanas.
"Belum pernah ada G20 dengan situasi dunia sekompleks sekarang. Kalau nanti tidak menghasilkan leaders communique, ya sudah tidak apa-apa," kata Luhut.
Dia menganggap wajar bila persamuhan para kepala negara anggota G20 itu nihil komunike karena dunia tengah menghadapi pelbagai masalah, seperti perang Rusia-Ukraina. Meski demikian, ia memastikan ada banyak efek limpasan yang akan dihasilkan dari pertemuan tingkat tinggi itu. Efek G20 akan mengalir ke 361 titik yang nilainya besar. Efek berentet yang ia maksud adalah kebijakan bersama untuk sektor kesehatan hingga dialog mengenai dekarbonisasi.
"Banyak yang bsia dicapai, seperti membangun kerja sama mangrove restoration, banyak area lain yang dicover di sini. Saya melihat leaders communique memang penting, jadi kita tetap berharap ada communique yang keluar," kata dia.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | DANIEL AHMAD
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini