The Fed Naikkan Suku Bunga Lagi, Rupiah Bakal Makin Tertekan
Reporter
Arrijal Rachman
Editor
Martha Warta Silaban
Kamis, 3 November 2022 15:54 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Kalangan ekonom memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akan semakin tertekan, seiring dengan kian tingginya suku bunga acuan bank sentral AS, Fed Fund Rate menjadi 3,75 – 4 persen, setelah semalam diumumkan naik lagi 75 basis poin.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan masih terus agresifnya kebijakan moneter The Fed itu akan semakin membuat aliran modal dari negara-negara ekonomi berkembang atau emerging market banyak keluar, termasuk yang ada di Indonesia.
"Semakin lama tingginya tingkat suku bunga itu, semakin meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan global. Dengan demikian memicu arus keluar modal di pasar negara berkembang, terutama pasar keuangan Indonesia, terutama di pasar SBN," kata dia dikutip dari Macro Brief, Kamis, 3 November 2022.
Imbas dari kondisi keluarnya aliran modal asing, terutama di pasar surat berharga negara (SBN) akan langsung tertuju pada nilai tukar mata uang terhadap dolar AS. Faisal mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga pasti akan semakin tertekan.
"Ini memberikan tekanan pada stabilitas nilai tukar rupiah meskipun harga komoditas yang tinggi memungkinkan Indonesia untuk terus mengalami serangkaian surplus perdagangan yang besar dan mencatat peningkatan aliran masuk modal asing," ujar Faisal.
Berdasarkan data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS per hari ini di level Rp 15.681 per dolar AS. Angka itu jauh lebih tinggi dari catatan pada hari sebelumnya, Rabu, 2 November 2022 di level Rp 15.652.
Selanjutnya baca Ekonom Perkirakan Bank Indonesia Naikkan Suku Bunga<!--more-->
Dengan begitu, Faisal memperkirakan Bank Indonesia akan turut merespons kebijakan suku bunga acuan The Fed dengan mengeluarkan kebijakan suku bunga acuan BI-7 day reverse repo yang juga masih agresif. Apalagi, dia memperkirakan, kebijakan moneter The Fed yang ketat itu baru akan mencapai puncaknya pada semester I - 2023.
"Kami memutuskan untuk merevisi perkiraan BI-7DRRR kami menjadi 5,50 persen pada akhir tahun 2022 (vs 3,50 persen pada tahun 2021) dan menjadi 5,75 persen pada akhir tahun 2023," ujar Faisal.
Sebelumnya, Dilansir Bloomberg pada Kamis 3 November 2022, rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang berlangsung 1-2 November 2022 waktu AS memutuskan kenaikan kisaran suku bunga acuan Fed Fund Rate 75 basis poin menjadi 3,75 – 4 persen.
Dengan keputusan ini, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan 75 basis pada pertemuan keempat berturut-turut. Ini juga merupakan level suku bunga tertinggi sejak tahun 2008.
Keputusan suku bunga ini sejalan dengan ekspektasi banyak pihak. Ekonom Anna Wong, Andrew Husby dan Eliza Winger sebelumnye memperkirakan The Fed secara luas diperkirakan akan menaikkan tarif sebesar 75 basis poin untuk pertemuan keempat kali berturut-turut.
Dalam pernyataan setelah keputusan suku bunga, The Fed mengatakan bahwa kenaikan suku bunga yang berkelanjutan kemungkinan akan diperlukan agar inflasi dapat kembali ke target The Fed di level 2 persen.
“Dalam menentukan laju kenaikan kisaran target suku bunga di masa mendatang, Komite akan mempertimbangkan pengetatan kebijakan moneter yang kumulatif, jeda kebijakan moneter yang mempengaruhi aktivitas ekonomi dan inflasi, serta perkembangan ekonomi dan keuangan,” ungkap The Fed dalam pernyataannya.
Baca Juga: Rupiah Ditutup Melemah 30 Poin di 15.627 per USD, Bagaimana Prediksi Esok Hari?
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.