Revisi Proyeksi Inflasi Akhir 2022, Bank Indonesia: Lebih Rendah dari 6,3 Persen

Kamis, 3 November 2022 13:11 WIB

Karyawan melintas di area perkantoran Bank Indonesia, Jakarta, Selasa, 31 Mei 2022. Peningkatan tingkat inflasi ini terutama didorong oleh peningkatan baik harga energi dan harga pangan. Yang kemudian ditransmisikan dalam peningkatan komponen volatile food dan administered price. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memastikan, tekanan inflasi di Indonesia akan mereda lebih cepat. Ditandai dengan realisasi inflasi hingga akhir 2022 yang akan lebih rendah dari perkiraannya semula.

Perry mengatakan, perkiraan inflasi ini menurun karena realisasi inflasi pada Oktober 2022 lebih sebesar 5,7 persen secara tahunan. Padahal, sebelumnya dia mengatakan, ifnlasi Oktober 2022 akan bisa mencapai 6,1 persen.

"Semula waktu penyesuaian harga BBM inflasi Oktober bisa mencapai 6,1 persen, tapi sekarang realisasinya 5,7 persen," kata Perry dalam konferensi pers KSSK, Kamis, 3 November 2022.

Baca: Bank Indonesia: Lima Persen Cadangan Devisa Dialokasikan untuk Obligasi Berkelanjutan

Berangkat dari realisasi inflasi pada Oktober 2022 yang lebih rendah dari perkiraan, Perry optimisitis inflasi hingga akhir 2022 bisa lebih rendah dari 6,3 persen atau jauh di bawah perkiraannya semula sebesar 6,6 persen.

Advertising
Advertising

"Nah akhir tahun semula kami perkirakan 6,6 persen, akhir tahun ini dengan realisasi ini bahkan bisa lebih rendah dari 6,3 persen, itu inflasi IHK," ucap Perry.

Adapun untuk inflasi inti, Perry meyakini realisasinya juga akan lebih rendah dari perkiraan. Menurutnya, inflasi inti pada akhir tahun bisa lebih rendah dari perkiraan semula di level 4,3 persen, terutama karena realisasi pada Oktober 2022 sebesar 3,3 persen, lebih rendah dari perkiraan 3,7 persen.

"Penyebabnya salah satunya bagaimana koordinasi pemerintah pusat dan daerah mengendalikan inflasi pangan, bahkan bu menteri beri insentif para gubernur, walikota, bupati yang bisa turunkan inflasi pangan diberi insentif," kata Perry.

Perry menekankan lebih rendahnya inflasi dari perkiraan juga dipicu stabilitas nilai tukar rupiah yang dapat terus dijaga BI di tengah terus menguatnya indeks dolar Amerika Serikat. Hal ini, katad dia,mampu meredam dampak imported inflation.

"Hasilnya depresiasi rupiah termasuk yang paling rendah dibandingkan negara-negara lain. Agar tidak menyebabkan kenaikan harga-harga di dalam negeri dari harga barang-barang impor atau imported inflation," ucap Perry.

Perry juga menganggap, terkendalinya inflasi hingga Oktober 2022 itu salah satunya akibat efektifnya kebijakan BI untuk terus menaikkan suku bunga acuan BI-7 day reverse repo rate yang saat ini telah bertengger di level 4,75 persen.

"Untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan juga memastikan inflasi inti itu bisa di bawah 4 persen lebih awal. Semula dipekirakan semester II tahun depan, dengan langkah kenaikan suku bunga ini bisa lebih awal yaitu pada paruh pertama 2023," ujar dia.

Baca: Bank Indonesia Prediksi Inflasi Inti Bakal Tetap terkendali, Ini Penjelasannya

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

1 hari lalu

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

Daerah dengan catatan inflasi terendah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang yaitu 0,02 persen.

Baca Selengkapnya

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

2 hari lalu

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

2 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Jokowi soal Rencana Pemberian Insentif Mobil Listrik: Masih Dibicarakan

2 hari lalu

Jokowi soal Rencana Pemberian Insentif Mobil Listrik: Masih Dibicarakan

Presiden Joko Widodo alias Jokowi buka suara soal kelanjutan rencana pemerintah memberi insentif untuk mobil hybrid.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

2 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

2 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

2 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

2 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

3 hari lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

3 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya