IMF Anggap RI Belum Perlu Cairkan Dana Bantuan, Pemerintah Disarankan Lakukan Ini

Selasa, 1 November 2022 21:17 WIB

Ekonom senior IMF untuk Asia dan Pasifik Yan Carriere-Swallow (tengah) dan IMF Senior Resident Representative untuk Indonesia James Walsh (kanan) saat berkunjung ke kantor TEMPO, Selasa, 1 November 2022. TEMPO/Arrijal

TEMPO.CO, Jakarta - Dana Moneter Internasional atau IMF memastikan bahwa Indonesia belum membutuhkan penarikan terhadap dana bantuan yang telah disediakan lembaga itu selama ini yaitu melalui mekanisme Special Drawing Rights (SDR).

Secara total, kuota SDR Indonesia yang telah disediakan IMF tahun lalu sebesar 4,46 miliar SDR atau setara dengan US$ 6,31 miliar. Bila menggunakan asumsi kurs pada tahun itu 14.270 per dolar AS, maka bantuan SDR tersebut setara dengan Rp 90 triliun.

Adapun posisi cadangan devisa Bank Indonesia pada akhir Agustus 2021 sebesar US$ 144,8 miliar. Angka tersebut naik US$ 7,5 miliar dari sebelumnya sebesar US$ 137,3 miliar pada Juli 2021.

Baca: IMF Beberkan Alasan Indonesia Tidak Masuk Daftar 28 Negara yang Antre Minta Bantuan

"Kami tidak melihat Indonesia saat ini tengah membutuhkan SDR," kata IMF Senior Resident Representative untuk Indonesia James Walsh saat berkunjung ke kantor Tempo di Jalan Palmerah Barat, Jakarta Selatan, Selasa, 1 November 2022.

Advertising
Advertising

Walsh mengingatkan, sejatinya SDR disediakan IMF bagi negara-negara anggotanya untuk meningkatkan likuditas, sebagai salah satu alat stimulus untuk menghadapi gejolak perekonomian global. Terutama saat dihadapkan pada dampak Pandemi Covid-19 sejak 2020.

"Idenya adalah negara-negara ini dapat saling memperdagangkan SDR, dan tujuannya adalah negara-negara yang paling terdampak oleh Pandemi Covid-19 bisa meminjam SDR dari negara lain yang terdampak paling minim," ujar Walsh.

Namun karena mampu keluar dari masa-masa sulit pandemi Covid-19 dengan sangat baik, menurut Walsh, Indonesia tak memerlukan SDR itu dan malah sepatutnya meminjamkannya ke negara lain.

Perekonomian di Tanah Air juga dinilai dapat bertahan dengan baik. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang bangkit dari minus 2,07 persen pada 2020 menjadi 3,69 persen pada 2021, dan kuartal III tahun ini sudah ke posisi 5,44 persen.

"Idealnya, kita mengharapkan negara-negara yang belum membutuhkan SDR akan memberikannya sebagai pinjaman ke negara-negara berpendapatan rendah, yang kini pun tengah menghadapi permasalahan ekonomi," kata Walsh.

SDR atau Hak Penarikan Khusus adalah aset cadangan mata uang asing pelengkap yang ditetapkan oleh IMF pada 1969. Fungsi dari SDR adalah sebagai pelengkap untuk cadangan mata uang para negara anggota IMF.

Adapun nilai SDR didasarkan pada 5 (lima) mata uang yaitu dolar AS, euro, renminbi, poundsterling dan yen. SDR berfungsi sebagai unit akun IMF dan beberapa organisasi internasional lainnya.

Selanjutnya: SDR bukan mata uang, tapi bisa dtukar dengan mata uang.

<!--more-->

SDR bukanlah mata uang, namun bisa ditukar dengan mata uang. SDR justru merupakan klaim potensial atas mata uang anggota IMF yang dapat digunakan secara bebas.

Pada 23 Agustus 2021, injeksi bantuan dana segar dari IMF mulai efektif berlaku untuk negara-negara yang paling membutuhkan senilai US$ 650 miliar atau Rp 9,3 kuadriliun. Dana ini untuk membantu keperluan cadangan dalam jangka panjang, serta membantu negara-negara yang terdampak Covid-19.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Internasional Bank Indonesia Doddy Zulverdi sebelumnya pernah menegaskan bahwa fasilitas SDR yang diberikan IMF ke Indonesia bukan utang atau pinjaman. Bantuan itu sangat berbeda dengan dana yang diterima saat krisis melanda pada tahun 1998 silam.

"SDR yang kita terima tidak ada kesamaannya dengan dana yang kita terima di krisis 1998. Waktu itu memang pinjaman, utang, harus dikembalikan dengan waktu yang ditetapkan," ujar Doddy pada 8 September 2021 silam.

SDR tersebut, kata Doddy, juga tidak hanya diberikan untuk Indonesia, tetapi juga didistribusikan kepada negara-negara anggota IMF. Hal itu merupakan kebijakan bersama pada tataran global IMF.

ARRIJAL RACHMAN | BISNIS

Baca juga: IMF Sarankan Bank Sentral Terus Naikkan Suku Bunga untuk Memerangi Inflasi

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Cerita Warga tentang Kontraktor Pembangunan Masjid Al Barkah Jakarta Timur yang Mangkrak: Punya Banyak Utang

1 jam lalu

Cerita Warga tentang Kontraktor Pembangunan Masjid Al Barkah Jakarta Timur yang Mangkrak: Punya Banyak Utang

Ahsan Hariri, kontraktor pembangunan gedung baru Masjid Al Barkah di Cakung, Jakarta Timur, dikabarkan puunya banyak utang.

Baca Selengkapnya

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

4 jam lalu

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

Kanselir Jerman Olaf Scholz meminta Cina memainkan peran lebih besar dalam membantu negara-negara miskin yang terjebak utang.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Serap Rp 7,025 Triliun dari Lelang Surat Utang SBSN

1 hari lalu

Pemerintah Serap Rp 7,025 Triliun dari Lelang Surat Utang SBSN

Pemerintah menyerap dana sebesar Rp 7,025 triliun dari pelelangan tujuh seri surat utang yakni Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 2 Faktor Ekonomi yang Bikin Semua Negara Ketakutan

1 hari lalu

Jokowi Ungkap 2 Faktor Ekonomi yang Bikin Semua Negara Ketakutan

Presiden Jokowi meminta Indonesia menyiapkan fondasi yang kuat untuk pembangunan masa depan.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

4 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

4 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

4 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

4 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

7 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

7 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya