Ancaman Resesi, Gubernur BI Yakin Pertumbuhan Ekonomi Tahun Depan Tembus 5,3 Persen
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Rabu, 19 Oktober 2022 14:54 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal berada di rentang 4,6 persen hingga 5,3 persen pada tahun 2023. Angka itu lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan melambat ke 2,6 persen.
“Tahun depan BI perkirakan kisaran pertumbuhan ekonomi 4,6-5,3 persen masih bisa sekitar 5 persen, dibandingkan pertumbuhan ekonomi global 2,6 persen, bahkan dengan Cina 4,5 persen,” ujar Perry di acara Seminar Nasional Badan Keahlian DPR, Rabu, 19 Oktober 2022.
Ia menjelaskan pertumbuhan ekonomi global pada tahun depan diperkirakan melambat dari perkiraan sebelumnya, terutama dipicu oleh perlambatan di sejumlah negara utama.
Baca: Jokowi: 28 Negara Antre di Depan IMF, Kita Wajib Bersyukur Pertumbuhan Masih 5,44 Persen
Sebagai contoh, perekonomian Amerika Serikat (AS) diramalkan tumbuh 1,5 persen pada tahun 2023. Angka tersebut melambat dari pertumbuhan tahun ini yang diperkirakan mencapai 1,7 persen.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi negara-negara Eropa juga diperkirakan tumbuh 0,7 persen pada tahun depan. Angka itu lebih rendah ketimbang proyeksi pertumbuhan tahun ini sebesar 2,9 persen.
“Cina juga pada tahun depan diperkirakan tumbuh 4,5 persen, tahun ini 3,2 persen, sehingga gejolak atau tantangan ekonomi global memang menimbulkan risiko perlambatan ekonomi dunia bahkan sejumlah negara ada risiko resesi dan stagnasi,” tuturnya.
Selanjutnya: BI prediksi tahun ini ekonomi tumbuh 5,2 persen.
<!--more-->
Adapun pada tahun ini, BI yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai level di atas 5 persen, yang didukung oleh kinerja ekspor dan konsumsi rumah tangga yang kuat. “Pertumbuhan ekonomi tahun ini kami perkirakan bisa di atas 5 persen, 5,2 persen, terutama didukung tidak hanya ekspor tapi juga konsumsi dalam negeri."
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya menyebut situasi ekonomi global yang terjadi saat ini bukan hanya disebabkan faktor ekonomi. Namun, disebabkan juga oleh faktor geopolitik akibat perang Rusia-Ukraina.
Perang, peningkatan inflasi global, dan diikuti peningkatan suku bunga serta pengetatan likuiditas berisiko bagi negara yang sudah tertekan.
“Bukan hanya negara berpenghasilan rendah tetapi juga negara menengah. Bahkan negara-negara maju,” ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers - 4th Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) Meeting, Kamis, 13 Oktober 2022, waktu Washington DC.
Dalam situai ekonomi global yang penuh tantangan ini, kata Sri Mulyani, membutuhkan aksi nyata dari negara-negara G20. Menurut dia, perlu ada kerja sama lebih lanjut melalui koordinasi dan kebijakan yang terkoordinasi. Sebab tanpa hal tersebut, akan sulit dalam mencapai target bersama untuk perekonomian.
BISNIS
Baca juga: Utang Luar Negeri Indonesia pada Agustus Turun Jadi USD 397,4 Miliar
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini