KNKT Ungkap Penyebab Kecelakaan Maut di Cibubur: Truk Tangki Pertamina Sudah Bermasalah

Selasa, 18 Oktober 2022 13:48 WIB

Sejumlah kendaraan melintasi lampu lalu lintas (traffic light) Cibubur CBD, di Jalan Raya Alternatif Cibubur, Jatisampurna, Bekasi, Jawa Barat, Rabu, 20 Juli 2022. Pasca kecelakaan maut yang melibatkan truk Pertamina dan sejumlah kendaraan bermotor pada 18 Juli lalu, lampu lalu lintas di depan kawasan Perumahan Citra Grand Cibubur CBD tersebut kini dinonaktifkan. TEMPO/M Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyebut faktor penyebab kecelakaan maut truk tangki Pertamina di Jalan Transyogi, Cibubur, bersumber pada kendaraannya. Faktor insiden tersebut berasal dari sistem rem dan angin akibat ada modifikasi klakson tambahan.

Senior Investigator KNKT, Ahmad Wildan, mengatakan berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan lembaganya sejak kecelakaan maut terjadi, ditemukan indikasi tekor angin pada truk tangki. Kondisi itu mengganggu sistem rem yang memanfaatkan mekanisme air over hydraulic (AOH) atau sistem rem dengan penggunaan angin dan minyak rem sekaligus.

"Berdasarkan hasil investigasi dan analisis dapat disimpulkan bahwa penyebab terjadinya kecelakaan tabrakan beruntun ini adalah truk trailer tangki mengalami kegagalan pengereman dan hal ini terjadi karena persediaan udara tekan di tabung berada dibawah ambang batas sehingga tidak cukup kuat untuk melakukan pengereman," kata Wildan saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa, 18 Oktober 2022.

Penurunan udara tekan tersebut dipicu oleh dua hal. Pertama, kebocoran pada solenoid valve klakson tambahan. Kedua, travel stroke kampas rem yang sangat rengang di luar batas kewajaran.

Ini mengakibatkan pengemudi terpaksa melakukan pengereman berulang kali saat menghadapi gangguan lalu-lintas karena rem tidak pakem. Kondisi tersebut juga mempercepat berkurangnya angin pada tabung angin.

Advertising
Advertising

Permasalahan itu, kata Wildan, tercermin dari tekanan angin pada saat kendaraan berjalan di posisi 7 bar. Posisi 7 bar ini dianggap tidak lazim karena kendaraan yang berjalan di jalur datar idealnya akan terisi penuh. Sebab, saat pengemudi menginjak gas, kompresor bekerja mengisi. Sementara itu, angin dibuang hanya saat menginjak rem atau memindahkan kopling.

Baca juga: Ringseknya Motor dan Truk Pertamina Akibat Kecelakaan di Alternatif Cibubur

<!--more-->

Sedangkan selama di jalan tol, pengemudi truk, termasuk pengemudi truk tangki Pertamina, tidak pernah menginjak rem dan memindahkan gigi kecepatan kendaraannya. Dengan demikian, dapat dipahamai secara mendasar tekanan angin di kendaraan seharusnya terisi penuh dan tidak pada posisi 7 bar.

"Tapi dia terisi 7 bar, berarti dia ada kebocoran dan ini relevan dengan penjelasan pengemudi terdengar bunyi mendesis. Kemudian dia juga mencoba memindahkan gigi dari lima ke tiga, gagal, karena pedal koplingnya pasti akan terasa keras di injak. Kegagalan memindahkan gigi karena enggak bisa diinjak ini karena pedal kopling dibutuhkan tenaga sektiar 200 kilogram, dan kaki manusia tidak akan mampu kecuali dibantu denagn tenaga pneumatic," ujar Wildan.

Pengemudi truk, kata dia, pun mengaku rem tangan tidak berfungsi saat kejadian kecelakaan maut berlangsung. Menurut Wildan, kondisi ini terjadi karena pada mekanisme rem air over hydraulic dan rem tangan atau hand break itu letaknya di propeler, bukan di roda. Sehingga, sistem rem tangan di truk hanya untuk menghentikan kendaraan saat posisi berhenti, bukan saat berjalan.

"Rem ini bukan rem emergency. Dia hanya rem parkir, hanya untuk jalan datar dan bukan untuk kondisi jalan. Dia hanya berenti di jalan datar. Kalaupun berenti di jalan menanjak atau turun pasti melorot. Jadi emmang didesain dari awal rem hand break pada air over hydraulic break bukan untuk menghentikan kendaraan saat jalan, dia hanya untuk rem parkir," ucap Wildan.

Untuk mempertegas pemeriksaan, Wildan mengatakan KNKT sudah mengecek langsung untuk memeriksa kebocoran angin pada truk. Pemeriksaan dilakukan di titik yang tidak tersentuh oleh para pengemudi, yaitu bagian depan. Sedangkan jika ada masalah rem, biasanya pengemudi mengecek sisi samping dan belakang kepala truk.

"Dan kami mendengar bunyi mendesis di sana saat kami buka ada suara dari solenoid valve. Jadi truk ini menggunakan klakson tambahan biar suaranya lebih kencang, yang suaranya berasal dari tenaga pneumatic. Untuk menyalurkan tenaga pneumatik di sini ada yang namanya solenoid, ini fungsinya buka tutup," kata Wildan.

Namun, yang menjadi masalah utama yang menyebabkan kebocoran pada tabung gas pengereman itu, kata dia, adalah solenoid valve. Komponen ini tidak pernah dibikin oleh pabrikan mobil menggunakan karet sebagai shield-nya. Kondisi tersebut berbahaya karena karet mudah getas saat terkena air dan posisi shield itu ada di bagian kepala truk.

"Ketika getas dia akan menurun kekuatannya. Sementara itu, solenoid didorong terus-menerus dengan tenaga pneumatic yang sangat besar. Sehingga, saat shield tidak lagi mampu menahan, dia akan sobek. Terdengar susara mendesis kencang dan terbukti saat kita ambil air sabun kita kucuri benar itu," ujar Wildan.

<!--more-->

Tingkat kebocoran angin itu, menurut dia, sudah sangat buruk. Saat dilakukan pemeriksaan saat pengisian tabu angin, dia mengatakan lama waktu angin terisi penuh adalah 14 menit 79 detik. Padahal, idealnya hanya 4-6 menit.

Jika solenoid truk itu dilepas, Wildan mengatakan, waktu pengisian tabung angin truk tangki Pertamina untuk menjalankan sistem pengereman dan kopling 6 menit. Padahal, mekanisme yang digunakan sama, yaitu sejak tabung angin kosong dan truk dinyalakan dalam kondisi idle.

Saat diuji mengenai rem yang tidak pakem, Wildan menjelaskan, KNKT menemukan indikator permasalahan rem di dashboard pengemudi yang sebetulnya telah menyala. Ini menandakan sensor reservoir minyak rem bermasalah atau travel stroke tidak terpenuhi. Namun, ketika truk di starter tanpa tuas rem diinjak, lampu indikator permasalahan rem sudah menyala.

Dengan demikian, indikator permasalahan rem ini berasal dari travel stroke yang tidak terpenuhi. Saat diperiksa, terbukti travel stroke antara kampas rem dan tromol rem truk tangki sebesar 2,6 milimeter. Idealnya hanya sebesar 0,4-0,8 milimeter.

"Saat trevel stok ini tidak terpenuhi risikonya ada dua, pertama pengemudi merasakan enggak pakem remnya, karena terlalu jauh dia hanya nempel sedikit, kedua dia akan boros buang angin karena tenaga yang dibutuhkan kampas untuk mencapai tromol jadi lebih jauh dan ini sudah kita buktikan," kata Wildan.

"Jadi seharusnya setiap mekanink memeriksa kendaraan sebelum berangkat jangan sampai travel stroke nya juga terlalu jauh karena ini berbahaya," ucap Wildan, mengimbuhkan.

Baca juga: Polisi Selidiki Kelayakan Truk Tangki Pertamina dalam Kecelakaan di Cibubur

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

Seri Antisipasi Kecelakaan Maut: Tips untuk Menghindari Pecah Ban Mobil

10 hari lalu

Seri Antisipasi Kecelakaan Maut: Tips untuk Menghindari Pecah Ban Mobil

Kecelakaan yang disebabkan oleh pecah ban mobil, seringkali terjadi karena pengemudi kesulitan mengendalikan laju kendaraan.

Baca Selengkapnya

Tata Cara Klaim Asuransi Kecelakaan dari Jasa Raharja

10 hari lalu

Tata Cara Klaim Asuransi Kecelakaan dari Jasa Raharja

Berikut adalah langkah-langkah yang harus Anda ikuti untuk mengajukan klaim asuransi kepada Jasa Raharja.

Baca Selengkapnya

Ribuan kecelakaan Lalu Lintas Kerap Terjadi Setiap Musim Mudik dan Arus Balik lebaran, Ini Data 5 Tahun Terakhir

10 hari lalu

Ribuan kecelakaan Lalu Lintas Kerap Terjadi Setiap Musim Mudik dan Arus Balik lebaran, Ini Data 5 Tahun Terakhir

Jumlah kecelakaan lalu lintas saat mudik dan arus balik dalam 5 tahun terakhir berkisar di angka 1000 hingga 2000-an insiden.

Baca Selengkapnya

Cerita Ayah Korban Kecelakaan KM 58 Tol Cikampek Kehilangan Dua Anaknya

12 hari lalu

Cerita Ayah Korban Kecelakaan KM 58 Tol Cikampek Kehilangan Dua Anaknya

Dua anak Syaifudin pada akhirnya tak tiba di Ciamis di Idul Fitri tahun ini. Kecelakaan maut membuat keduanya kembali ke Depok, terbujur dalam peti

Baca Selengkapnya

Kecelakaan Maut KM 58 Tol Cikampek, Sopir Gran Max Kelelahan Usai 4 Hari PP Jakarta-Ciamis

12 hari lalu

Kecelakaan Maut KM 58 Tol Cikampek, Sopir Gran Max Kelelahan Usai 4 Hari PP Jakarta-Ciamis

Polisi menyatakan penyebab kecelakaan maut di KM 58 Tol Cikampek karena pengemudi Gran Max kelelahan

Baca Selengkapnya

Kecelakaan Beruntun di KM 58 Tol Cikampek, Pakar Transportasi Soroti Travel Gelap

12 hari lalu

Kecelakaan Beruntun di KM 58 Tol Cikampek, Pakar Transportasi Soroti Travel Gelap

KNKT telah mengungkapkan, mobil Gran Max penyebab kecelakaan beruntun di Tol Jakarta-Cikampek KM 58 adalah travel gelap.

Baca Selengkapnya

Ini Identitas 12 Korban Kecelakaan Maut di KM 58 Tol Cikampek

12 hari lalu

Ini Identitas 12 Korban Kecelakaan Maut di KM 58 Tol Cikampek

Kepolisian RI mengumumkan hasil identifikasi 12 korban yang tewas dalam kecelakaan maut di KM 58 Tol Jakarta-Cikampek, Karawang, Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Fakta Lebaran 2024: Arus Mudik Lancar, Balik Tersendat, Kecelakaan Maut sampai Bonus WFH 2 Hari

12 hari lalu

Fakta Lebaran 2024: Arus Mudik Lancar, Balik Tersendat, Kecelakaan Maut sampai Bonus WFH 2 Hari

Lebaran 2024 diwarnai peristiwa penting, mulai arus mudik relatif lancar, namun arus baliknya tersendat sehingga ada kebijakan WFH, kecelakaan maut.

Baca Selengkapnya

Puncak Arus Balik, Polri Minta Pengendara Istirahat Tiap 4 Jam agar Kecelakaan Maut di Cikampek Tak Terulang

14 hari lalu

Puncak Arus Balik, Polri Minta Pengendara Istirahat Tiap 4 Jam agar Kecelakaan Maut di Cikampek Tak Terulang

Polri imbau pengendara mobil istirahat tiap 4 jam agar kecelakaan maut di Tol Cikampek dan Tol Batang tidak terulang saat puncak arus balik lebaran

Baca Selengkapnya

KNKT Investigasi Penyebab Kecelakaan di Km 58 Tol Jakarta-Cikampek, Ini Tugas Investigator KNKT

15 hari lalu

KNKT Investigasi Penyebab Kecelakaan di Km 58 Tol Jakarta-Cikampek, Ini Tugas Investigator KNKT

KNKT memiliki investigator dan sekretariat untuk membantu proses investigasi kecelakaan di Indonesia, termasuk di KM 58 Tol Jakarta-Cikampek.

Baca Selengkapnya