BI Dorong Eksportir dan Importir Manfaatkan Mata Uang Lokal dalam Bertransaksi

Jumat, 14 Oktober 2022 08:00 WIB

Bank Indonesia Solo menggelar acara Bincang Santai Pemanfaatan LCS) untuk Meningkatkan Efisiensi Ekspor-Impor Wilayah Solo Raya di Hotel The Sunan Solo, Kamis, 13 Oktober 2022.TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia atau BI mendorong kalangan pengusaha Indonesia yang bergerak di bidang ekspor impor didorong agar lebih memanfaatkan Local Currency Settlement (LCS), atau penyelesaian transaksi dengan menggunakan mata uang lokal.

LCS merupakan inisiatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap mata uang hard currencies, terutama dolar AS, dengan mendorong penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan dan investasi. Hal ini sekaligus untuk meningkatkan resiliensi pasar keuangan Indonesia.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia atau BI Solo, Nugroho Joko Prastowo, mengemukakan selama ini banyak transaksi ekspor impor yang menggunakan mata uang asing, namun lebih dominan dengan menggunakan dolar AS.

Baca: Rupiah Merosot Kian Membebani Proyek Kereta Cepat

"Berdasarkan data, 90 persen penyelesaian transaksi ekspor impor saat ini menggunakan dolar AS. Padahal, nilai ekspor Indonesia langsung ke AS hanya 10 persen dari total ekspor ke seluruh dunia. Sedangkan nilai impor AS hanya 5 persen,” kata Joko, sapaan akrabnya, saat ditemui awak media seusai membuka acara Bincang Santai Pemanfaatan LCS) untuk Meningkatkan Efisiensi Ekspor Impor Wilayah Solo Raya di Hotel The Sunan Solo, Kamis, 13 Oktober 2022.

Advertising
Advertising

Adapun dalam bertransaksi menggunakan mata uang asing, kata Joko, dipastikan ada biaya konversi yang mesti dikeluarkan. Jika masih menggunakan dolar AS, maka akan ada biaya konversi ganda.

Sebagai contoh, perusahaan yang berhubungan dengan Jepang dalam bertransaksi selama ini menggunakan dolar AS. Saat bertransaksi, perusahaan tersebut tentu harus melakukan konversi dari rupiah ke dolar AS kemudian baru ke yen.

“Dalam jual beli mata uang kan ada selisih harga. Bagi yang beli mata uang asing lebih mahal dibandingkan yang jual. Sehingga transaksi dari rupiah ke dolar kemudian ke yen terjadi konversi ganda. Itu berarti tidak efisien bagi pelaku usaha,” tutur dia.

Sehingga dalam hal ini, ekspor impor Indonesia ke berbagai negara di luar AS semestinya bisa didorong secara bilateral agar pelaku usaha dalam bertransaksi lebih efisien karena tidak perlu mengeluarkan biaya dengan konversi ganda.

Jika dalam transaksi pembayaran dilakukan secara bilateral, lanjut Joko, para pelaku ekspor atau impor Indonesia dapat langsung melakukan pembayaran ke pihak negara itu dengan menggunakan mata uang negara tersebut.

"Jadi misalnya dengan Jepang, maka eksportir atau importir Indonesia dapat langsung melakukan pembayaran ke Jepang dengan menggunakan yen," kata Joko.

Menurut Joko, selisih nilai beli dan nilai jual mata uang asing terhadap rupiah, yang dalam transaksi ekspor impor mencapai jutaan dolar. Jika secara bilateral diterapkan LCS, maka akan sangat menguntungkan bagi pelaku ekspor impor tersebut. "Karena dalam transaksi pembayaran ekspor impor dengan negara-negara di luar AS, selama ini menggunakan mata uang dolar AS."

Dia menyebutkan, saat ini sudah empat negara yang telah sepakat dengan Indonesia dalam memanfaatkan LCS, yaitu Cina, Jepang, Thailand, dan Malaysia. "Untuk Singapura sudah diplot meski belum full implemented dan tidak lama lagi Filipina. Saat iini juga tengah dirintis penerapan LCS dengan Saudi Arabia," ucap dia.

Lebih jauh, Joko menyatakan, pihaknya akan terus mendorong para pengusaha, khususnya di bidang ekspor impor untuk memanfaatkan LCS tersebut. Secara nasional, langkah untuk pemanfaatan mata uang lokal dalam perdagangan internasional dan perundingan secara bilateral telah dimulai sejak tahun 2017.

“Pokoknya dengan negara yang hubungan ekspor-impornya dengan Indonesia nilainya besar kita dorong penerapan LCS. Sebagai gambaran perdagangan Indonesia dengan China, Jepang, Thailand dan Malaysia mencapai sekitar 40 persen dari total impor dan ekspor,” katanya.

Untuk mendukung operasionalisasi kerangka mata uang lokal atau LCS itu, beberapa bank di Indonesia telah ditunjuk sebagai Appointed Cross Currency Dealer (ACCD). Bank-bank itu merupakan bank-bank yang dipandang telah memiliki kemampuan untuk memfasilitasi transaksi rupiah dengan mata uang negara terkait, sesuai kerangka kerja sama LCS yang disepakati.

Baca juga: Rupiah Melemah, Airlangga: Banyak Negara Lebih Rendah, Depresiasi Poundsterling 20 Persen

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Kepala Perwakilan BI Solo Sebut Kendala-kendala yang Masih Dihadapi UMKM

15 jam lalu

Kepala Perwakilan BI Solo Sebut Kendala-kendala yang Masih Dihadapi UMKM

Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) harus konsisten menerapkan kualitas hasil produksi jika ingin bisa bertahan di tengah dinamika ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

1 hari lalu

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyatakan pihaknya terus memperkuat sinergi dan mendukung upaya pengendalian inflasi daerah.

Baca Selengkapnya

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

2 hari lalu

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

Survei BI mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer triwulan I 2024 tetap naik, tecermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial triwulan I 2024 sebesar 1,89 persen

Baca Selengkapnya

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

2 hari lalu

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

Rupiah melemah dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, apa saja?

Baca Selengkapnya

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

5 hari lalu

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

Survei Konsumen Bank Indonesia atau BI pada April 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat.

Baca Selengkapnya

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

6 hari lalu

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

Gubernur BI dan Gubernur Bank Sentral UEA menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal untuk transaksi bilateral.

Baca Selengkapnya

Analis Perkirakan Harga Emas Terus Naik, Investor Diminta Tahan Dulu

7 hari lalu

Analis Perkirakan Harga Emas Terus Naik, Investor Diminta Tahan Dulu

Analis komoditas dan mata uang Lukman Leong mengatakan kenaikan harga emas Antam mengikuti tren harga emas dunia.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

8 hari lalu

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.

Baca Selengkapnya

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

9 hari lalu

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai

Baca Selengkapnya

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

9 hari lalu

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya