Rupiah Ditutup Menguat di Level 15.192 per USD, Analis: Ayunan Dolar AS Lebih Rendah

Rabu, 5 Oktober 2022 17:16 WIB

Petugas menunjukkan uang rupiah kertas tahun emisi 2022 pada Festival Rupiah Berdaulat Bank Indonesia di Jakarta, Jumat 19 Agustus 2022. Adapun pecahan uang rupiah baru tahun emisi 2022 ini terdiri atas pecahan Rp 100.000, Rp 50.000, Rp 20.000, Rp 10.000, Rp 5.000, Rp 2000, dan Rp 1000. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Rupiah ditutup menguat 55 poin di level Rp 15.192 pada perdagangan sore hari ini, Rabu, 5 Oktober 2022 bila dibandingkan pada penutupan sebelumnya di level Rp15.247 per dolar AS. Padahal sebelumnya nilai tukar rupiah sempat menguat 75 poin.

Menurut Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, rupiah menguat di antaranya karena pergerakan indeks dolar AS. "Dolar sedikit menguat walaupun sebelumnya sempat melemah, tetapi ayunannya lebih rendah," ujarnya dalam keterangan tertulis.

Ia memperkirakan volatilitas dolar akan berakhir tiba-tiba dalam beberapa hari mendatang karena data pekerjaan bulanan AS pada hari Jumat berpotensi untuk menenggelamkan harapan baru-baru ini dari Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed).

Berdasarkan data pada Jumat pekan lalu, 30 September 2022, diperkirakan bakal tercipta sekitar 250.000 pekerjaan di Amerika Serikat. Angka tersebut di bawah 315.000 yang terlihat pada Agustus, dengan perkiraan pendapatan rata-rata per jam tetap stabil di sekitar 0,3 persen dan tingkat pengangguran di 3,8 persen.

Ia menuturkan pasar tenaga kerja yang tetap ketat itu telah mengancam kenaikan upah. The Fed telah memperjelas bahwa hal itu dapat memperlambat ekonomi dan pertumbuhan pekerjaan tetap menjadi pusat rencananya untuk mendinginkan inflasi.

Advertising
Advertising

Terhadap latar belakang inflasi yang panas, Ibrahim berujar, bos The Fed Jerome Powell bersikeras pada pendekatan kebutuhan untuk mempercepat untuk mendapatkan suku bunga acuan ke wilayah yang membatasi dan telah berulang kali mendorong kembali terhadap taruhan pada poros Fed.

"Tetapi gelombang data ekonomi global yang lebih lemah baru-baru ini telah menghidupkan kembali harapan poros Fed, mendorong imbal hasil Treasury lebih rendah dan menekan greenback," ujarnya.

Namun, bila The Fed memberi sinyal jeda, kemungkinan suku bunga dana akan berada pada 3 persen hingga 3,25 persen. Level tersebut menunjukkan masih ada banyak ruang hingga mencapai puncak yang diharapkan, atau tingkat terminal sekitar 4,5 persen. Situasi itu yang dinilai bakal menyisakan banyak amunisi untuk dolar untuk menghentikan penurunannya.

Di sisi lain, pasar terus memantau perkembangan penanganan atau antisipasi pemerintah dalam tahun depan untuk menahan laju inflasi yang cukup tinggi. Apalagi, menurutnya sebagian negara-nergara Eropa sudah terdampak resesi sehingga perlu ada amunisi baru untuk menanggulanginya.

"Walaupun saat ini sudah ada strategi bauran ekonomi yang dijadikan andalan baik oleh pemerintah maupun Bank Indonesia," ucap Ibrahim.

Lebih jauh ia menyatakan tahun 2023 bakal lebih menantang karena ada bahaya resesi yang terus menghantui. Terlebih beberapa negara di dunia tengah mengalami dampak resesi tersebut. Oleh karena itu, menurut Ibrahim, peran pemerintah menjadi sangat penting untuk mendorong permintaan dari masyarakat.

Ia menilai keinginan pemerintah mendorong terjadinya konsolidasi fiskal untuk mendorong permintaan atau demand dari masyarakat menjadi cukup menantang, tetapi masih bisa dilakukan. Artinya, ruang fiskal yang ditargetkan di tahun depan mencapai 2,8 persen terhadap PDB.

Ibrahim menyarankan defisit anggaran dimaksimalkan atau diprioritaskan kepada pos-pos belanja yang bisa memberikan efek ganda ke perekonomian. Pemerintah sebenarnya juga masih bisa membuka opsi untuk menambah defisit anggaran, misalnya menjadi 2,9 atau bahkan 2,95 persen terhadap PDB untuk mengakomodasi belanja yang diperuntukkan untuk masyarakat langsung seperti misalnya bantuan sosial.

Untuk perdagangan besok, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah. Rupiah diprediksi bakal bergerak di kisaran Rp 15.180 hingga Rp 15.260 per dolar AS.

Baca: Kemenkeu Sebut Dampak Kenaikan Harga BBM ke Inflasi Lebih Rendah dari Perkiraan, Kenapa?

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

5 jam lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

8 jam lalu

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

Wamenkeu Suahasil Nazara menyoroti tiga faktor yang menjadi perhatian dalam perekonomian Indonesia saat ini. Mulai dari suku bunga yang tinggi, harga komoditas, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Baca Selengkapnya

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

2 hari lalu

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

Daerah dengan catatan inflasi terendah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang yaitu 0,02 persen.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

2 hari lalu

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah ditutup menguat Rp 16.083 terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat, 3 Mei.

Baca Selengkapnya

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

2 hari lalu

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

3 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

3 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

3 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

3 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

3 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya