Rupiah Berhasil Menguat Sore Ini, Sentimen Inflasi RI dan Pengetatan Bank Sentral Eropa
Reporter
Arrijal Rachman
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Selasa, 4 Oktober 2022 16:18 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menguat pada sore ini, Selasa, 4 Oktober 2022. Di pasar spot, kurs rupiah berada di level Rp 15.247 per dolar AS, menguat 0,36 persen dari level penutupan perdagangan kemarin Rp 15.302 per dolar AS.
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia juga menujukkan penguatan. Per sore ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang diperdagangkan antar bank domestik itu di level Rp 15.276, menguat dari level hari sebelumnya Rp 15.293.
"Dalam perdagangan sore hari ini rupiah kembali mengalami penguatan," kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dikutip dari keterangannya, Selasa.
Ibrahim menjelaskan, pergerakan rupiah itu didorong sentimen pelaku pasar keuangan terhadap tingkat inflasi di dalam negeri yang lebih rendah dari ekspektasi. Terakhir, data inflasi yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin menunjukkan, inflasi 1,17 persen secara bulanan pada September 2022.
"Ekspektasi ekonom di 1,2 persen, tapi kenyataannya 1,17 persen. Ini mengindikasikan bahwa pemerintah bekerja sama dengan BI terus bahu membahu dalam strategi bauran ekonomi untuk menangani inflasi. Ini yang membuat rupiah kembali lagi hari ini menguat," kata Ibrahim.
Di Inggris, kata Ibrahim, keringanan pajak bagi kalangan pengusaha telah disahkan oleh parlemen. Keringanan pajak pengusaha menandakan reformasi terjadi secara besar-besaran di Inggris walaupun ekonominya pada kuartal II 2022 lolos resesi, setelah tidak terjadi kontraksi dan malah tumbuh 0,2 persen.
"Artinya bahwa Inggris ini dalam kondisi aman walaupun saat ini terjadi inflasi cukup tinggi di 10 persen. Ada harapan bank of england pun juga masih akan menaikkan suku bunga," kata Ibrahim.
Uni Eropa sendiri, kata dia, inflasinya 10 persen yang mengindikasikan bank sentral eropa akan melakukan pengetatan secara agresif. Pengetatan bank sentral Eropa yang akan membuat indeks dolar kembali lagi akan mengalami pelemahan.
Ibrahim mengatakan pada perdagangan besok rupiah berpotensi mengalami pelemahan yang cukup signifkan, yaitu bisa 50-60 basis poin. Pelemahan inu kata dia akan dipicu sentimen pelaku pasar keuangan terhadap kebijakan bank sentral AS pada pekan ini yang kemungkinan kembali menaikkan suku bunga acuan.
"Bank sentral AS pun juga akan melalukan pertemuan tentang kenaikan suku bunga yang kemungkinan besar 75 basis poin, di sisi lain kita tahu inflasi Amerika Serikat kemungkinan di September 8,5 persen," ujar Ibrahim.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini