Rupiah Digital BI Tak Tambah Jumlah Uang Beredar di Indonesia

Senin, 3 Oktober 2022 07:43 WIB

Logo atau ilustrasi Bank Indonesia. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Ubud - Bank Indonesia (BI) memastikan keberadaan rupiah digital atau central bank digital currency tidak akan membuat peredaran uang di Indonesia bertambah. Penerbitannya akan disesuaikan dengan jumlah uang yang sudah beredar di masyarakat.

"Jadi BI kalau mengeluarkan uang, sedot semprot terkait operasi moneter itu kan menghitung likuiditas. Nah ketika digital rupiah hadir, itu akan berdampingan," kata Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Fitria Irmi Triswati di Ubud, Bali, seperti dikutip Senin, 3 Oktober 2022.

Ia juga memastikan rupiah digital tidak seperti aset kripto pada umumnya karena akan tetap tetap dibuat untuk mematuhi tiga pilar penerbitan uang.

Pertama, menjadi alat pembayaran digital yang sah. Kedua, mendukung pelaksaana tugas Bank Indonesia di bidang moneter, makropurudensia, dan sistem pembayaran. Ketiga, mendukungpengembangan sistem keuangan dan juga integrasi ekonomi keuangan digital secara nasional.

Oleh sebab itu, Fitria memastikan, penerbitan uang digital ini walaupun tetap memanfaatkan teknologi blockchain, dalam pelaksanaannya nanti akan tetap berada dalam pengawasan bank sentral untuk memastikan keamanan dan fungsinya berjalan dengan baik.

Advertising
Advertising

"Jadi bukan tadinya uang segini, tahu-tahu ada aset kripto muncul, diperjual belikan, sementara dari bank sentral dia akan berupa digital currency yang istilahnya sudah diperhitungkan semua dampaknya sehingga risikonya dapat dimitigasi secara optimal," ujar Fitria.

Sebagai informasi, Bank Indonesia sudah memasuki tahap seleksi bank-bank besar maupun perusahaan sistem pembayaran yang juga berkapasitas kuat untuk mendistribusikan rupiah digital.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, tahap ini merupakan bagian dari proses BI menerbitkan mata uang digital atau central bank digital currency yang menjadi kewajiban BI merespons perkembangan teknologi digital, termasuk aset kripto.

Perry menjelaskan, proses seleksi ini ditempuh setelah BI memilih mekanisme distribusi mata uang digital rupiah tersebut melalui sistem wholesale. Bank besar dan perusahaan payment sistem itu kemudian dimandatkan untuk mendistribusikannya ke ritel.

Proses distribusinya pun kata dia nantinya akan menggunakan Distributed Ledger Technology (DLT) - Blockchain untuk memastikan keamanan digital rupiah bagi para pemiliknya. Didukung dengan khazanah rupiah digital seperti ruang khazanah sebagai tempat penyimpanan rupiah saat ini.

Bank Indonesia juga bersiap mengeluarkan White Paper pengembangan CBDC di akhir 2022. White Paper pengembangan digital rupiah berisi laporan mengenai latar belakang dan rencana pengembangan CBDC.

Penerbitan White Paper ini merupakan sebuah bentuk komunikasi kepada publik terkait rencana pengembangan digital rupiah serta untuk mendapatkan masukan dari berbagai pihak.

Baca juga: Usulan Harga Tiket LRT Jabodebek Tak Berubah Meski Jadwal Operasi Molor

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

4 jam lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

3 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

3 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

3 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

OCBC NISP Cetak Laba Bersih Rp 1,17 Triliun di kuartal I 2024

5 hari lalu

OCBC NISP Cetak Laba Bersih Rp 1,17 Triliun di kuartal I 2024

PT Bank OCBC NISP Tbk. mencetak laba bersih yang naik 13 persen secara tahunan (year on year/YoY) menjadi sebesar Rp 1,17 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

5 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

6 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

6 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

7 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

7 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya