Rupiah Jeblok ke 15.266 per Dolar AS, BI: Inflasi di Emerging Market Tak Sebesar Negara Maju

Kamis, 29 September 2022 09:17 WIB

Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menyampaikan hasil-hasil Forum Pembiayaan Infrastruktur dalam konferensi pers Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Nusa Dua, Selasa 9 Oktober 2018. ICom/AM IMF-WBG//Nyoman Budhiana

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) angkat bicara menanggapi jebloknya nilai tukar rupiah belakangan ini. Kemarin rupiah ditutup di level 15.266 per dolar AS, melemah 0,94 persen atai 142,5 poin.

Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo menjelaskan pelemahan rupiah seiring dengan penguatan dolar AS yang dipengaruhi oleh pengetatan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yamg lebih agresif ke depan.

"Penguatan dolar AS terjadi terhadap mata uang global (across the board) tercermin pada dolar index. Dolar AS menguat lebih signifikan terhadap mata uang negara maju," kata Dody ketika dihubungi, Rabu, 28 September 2022.

Menurut Dody, pelemahan mata uang negara maju terhadap dolar AS jauh lebih signifikan dibandingkan dengan mata uang di negara berkembang. "Kita lihat dalam beberapa waktu terakhir poundsterling Inggris dan yen Jepang serta mata uang negara maju lainnya melemah signifikan sehingga harus diintervensi oleh otoritas. Suatu hal yang jarang mereka lakukan sebelumnya," kata Dody.

Adapun pelemahan nilai tukar rupiah kemarin juga terjadi seiring dengan pelemahan sebagian besar mata uang negara di kawasan Asia. Sebagai contoh, won Korea yang melemah sebesar 1,27 persen, yuan China melemah 0,90 persen, dan ringgit Malaysia 0,34 persen terhadap dolar AS.

Advertising
Advertising

Lebih jauh, Dody menyebutkan penguatan dolar AS terhadap mata uang negara emerging markets masih terukur, termasuk rupiah. "Hal ini karena prospek ekonomi yang positif dan tekanan inflasi di emerging market tidak sebesar negara maju," ucapnya.

Sementara itu, ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyatakan pelemahan rupiah disebabkan oleh sejumlah faktor. Utamanya dipicu oleh agresivitas kebijakan moneter di negara maju.

Ia menyebutkan kebijakan kenaikan suku bunga yang agresif menyebabkan aliran modal keluar dari negara berkembang dan menekan mata uang negara-negara tersebut, termasuk Indonesia. "Kemudian tingginya inflasi di negara berkembang memicu kekhawatiran terjadinya tekanan pada sektor keuangan," tuturnya.

Hal tersebut makin diperparah dengan adanya ancaman resesi ekonomi secara global, sehingga investor cenderung mengamankan aset ke instrumen yang lebih aman. Bhima memperkirakan rupiah ke depan masih berpotensi melemah hingga ke level Rp 15.500 per dolar AS.

BISNIS

Baca: Utang Pemerintah Naik, Kini Tembus Rp 7.236,61 Triliun

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

1 jam lalu

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (dolar AS) yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa melemah 20 poin.

Baca Selengkapnya

CIMB Niaga Gandeng Principal Indonesia, Luncurkan Reksa Dana Syariah Berdenominasi Dolar AS

7 jam lalu

CIMB Niaga Gandeng Principal Indonesia, Luncurkan Reksa Dana Syariah Berdenominasi Dolar AS

Bank CIMB Niaga bekerja sama dengan Principal Indonesia untuk meluncurkan Reksa Dana Syariah Principal Islamic ASEAN Equity Syariah.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

1 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

1 hari lalu

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

Wamenkeu Suahasil Nazara menyoroti tiga faktor yang menjadi perhatian dalam perekonomian Indonesia saat ini. Mulai dari suku bunga yang tinggi, harga komoditas, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

3 hari lalu

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah ditutup menguat Rp 16.083 terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat, 3 Mei.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

4 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

4 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

4 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

4 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

4 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya