Wamenkeu: Inflasi Naik Akibat BBM Cuma pada September, Oktober Akan Turun

Selasa, 13 September 2022 06:51 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani didampingi Wamenkeu Suahasil Nazara mengikuti Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu, 26 Agustus 2020. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta -Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan Indonesia akan kembali mengalami tren kenaikan inflasi pada September 2022. Ini akibat kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM yang diumumkan pemerintah pada 3 September 2022.

Tapi, dia mengatakan, tren kenaikan inflasi itu hanya akan terjadi pada bulan ini saja setelah pada Agustus 2022 malah deflasi. Oleh sebab itu, Suahasil optimistis pada bulan berikutnya, yaitu pada Oktober 2022, inflasi akan kembali turun secara bulanan.

“Inflasi akan naik di bulan September ini, kita harapkan nanti secara month to month mulai turun di bulan Oktober, lalu kemudian di bulan November sudah balik ke pola normal bulanannya,” kata dia dikutip dari keterangan tertulis, Senin, 12 Septembee 2022.

Berdasarkan Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia pada pekan ke-2 September 2022, inflasi pada bulan ini memang diperkirakan akan terjadi, dan angkanya mencapai 0,77 persen secara bulanan atau month to month (mtm). Angka ini naik dari kondisi Agustus 2022 yang malah deflasi 0,21 persen.

Komoditas utama penyumbang inflasi September 2022 sampai dengan minggu kedua menurut survei BI itu yakni bensin sebesar 0,66 persen mtm, telur ayam ras 0,03 persen, beras dan tarif angkutan dalam kota masing-masing 0,02, persen, serta tarif angkutan antar kota, rokok kretek filter, dan bahan bakar rumah tangga (BBRT) masing-masing 0,01 persen.

Advertising
Advertising

Suahasil mengatakan dengan potensi tren inflasi September 2022 yang akan lebih besar dari inflasi Juli 2022 sebesar 0,64 persen, dan kembali turun pada bulan-bulan berikutnya, tidak akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tertekan hingga akhir 2022.

Ia meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan terpengaruh dengan inflasi dan tetap akan tumbuh di kisaran 5,1 persen hingga 5,4 persen. Menurut Suahasil, ini disebabkan fakta dilapangan bahwa aktivitas atau kegiatan ekonomi masyarakat masih terjadi meski inflasi naik akibat BBM.

“Kenapa pertumbuhan ekonomi enggak tersentuh? Karena walaupun harganya naik, tapi kegiatan ekonomi ini lagi maju bangeut. Makanya orang tetap melakukan kegiatan ekonomi. Moga-moga enggak terpengaruh secara terlalu signifikan," ucap dia.

Di sisi lain, Suahasil melanjutkan, pemerintah juga telah memberikan bantuan sosial (bansos) kepada masyarakat miskin demi menghadapi kenaikan BBM itu. Bansos tambahan itu senilai Rp24,17 triliun dalam bentuk bantuan langsung tunai (BLT).

Melalui bansos itu, Suahasil memastikan, kenaikan harga BBM dan inflasi secara umum yang biasanya menekan daya beli masyarakat dan meningkatkan angka kemiskinan akan bisa diredam. Menurutnya angka kemiskinan secara neto dapat turun sebesar 0,3 persen, dari baseline awal 9,3 persen menjadi 9 persen akibat bansos BBM.

“Estimasi angka kemiskinan itu akan turun sekitar 0,3 percentage point walaupun harga BBM-nya naik. Kenapa bisa begitu? Karena kita berikan bantalan sosial yang bisa meningkatkan daya beli,” ujar dia.

Bantalan sosial tambahan sebesar Rp24,17 triliun diberikan melalui BLT sebesar Rp12,4 triliun untuk 20,65 juta keluarga penerima manfaat (KPM), Bantuan Subsidi Upah (BSU) sebesar Rp9,6 triliun untuk 16 juta pekerja yang memiliki gaji maksimum Rp3,5 juta per bulan, dan dukungan Pemerintah Daerah 2 persen dari Dana Transfer Umum (DTU) sebesar Rp2,17 triliun.

Baca Juga: Sri Mulyani Akan Urai Gangguan Rantai Pasok Pangan Untuk Tekan Inflasi

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

2 hari lalu

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

Daerah dengan catatan inflasi terendah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang yaitu 0,02 persen.

Baca Selengkapnya

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

2 hari lalu

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

3 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Jokowi soal Rencana Pemberian Insentif Mobil Listrik: Masih Dibicarakan

3 hari lalu

Jokowi soal Rencana Pemberian Insentif Mobil Listrik: Masih Dibicarakan

Presiden Joko Widodo alias Jokowi buka suara soal kelanjutan rencana pemerintah memberi insentif untuk mobil hybrid.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

3 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

3 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

3 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

3 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

3 hari lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

4 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya