Auto Reject, Batas Kenaikan dan Penurunan Perdagangan Saham

Jumat, 9 September 2022 12:29 WIB

Ilustrasi bursa saham. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Senin hampir sekitar sebulan lalu, 15 Agustus 2022, Bursa Efek Indonesia memerah. Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) tergerus 36 poin atau 0,50 persen menjadi 7.093,28. Namun, sejumlah saham naik hingga mengalami auto reject atas (ARA). Di antaranya saham PT Sari Kreasi Boga Tbk (RAFI) ], PT Hetzer Medical Indonesia Tbk (MEDS) dan saham PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (BIMA).

Apakah auto reject? Dikutip dari laman idxchannel.com, auto reject adalah batasan minimum dan maksimum kenaikan dan penurunan harga saham dalam satu hari perdagangan di bursa efek. Batasan-batasan ini diterapkan untuk menjaga agar perdagangan saham berjalan dalam kondisi yang wajar, ini karena harga saham dalam perdagangan bursa sangat fluktuatif.

Mekanisme auto reject dapat membantu investor ketika harga saham tengah mengalami fluktuasi yang tinggi hingga menembus batas atas atau bawah, sehingga secara otomatis sistem bursa akan menolak permintaan jual atau beli. Batasan-batasan inilah yang kemudian dibagi menjadi dua, yakni Auto Reject Atas (ARA) dan Auto Reject Bawah (ARB).

Website Bursa Efek Indonesia menyatakan batasan auto reject yang berlaku adalah:

  • Harga saham dengan besaran Rp50 – Rp 200, batas naik dan turunnya dalam sehari adalah 35 persen.
  • Harga saham dengan besaran Rp200 – Rp 5.000, batas naik dan turunnya dalam sehari adalah 25 persen.
  • Harga saham dengan besaran di atas Rp 5.000, batas naik dan turunnya dalam sehari hanya 20 persen.
  • Sejak pandemi, khusus ARB diubah menjadi 7 persen untuk menahan penurunan harga saham dan IHSG secara signifikan.


Auto Reject Atas dan Bawah

Advertising
Advertising

ARA atau auto rejection atas adaslah batas maksimum dari kenaikan harga sebuah saham dalam satu hari perdagangan bursa efek. Jika saham naik secara signifikan hingga menyentuh batas atas yang telah ditetapkan pasar modal, saham itu akan mengalami ARA.

Contohnya, pada perdagangan bursa hari Selasa, saham A hari ini ditutup dengan harga Rp 10 ribu. Esok harinya, batas auto reject atasnya adalah 25 persen dari perhitungan maksimal hari ini adalah Rp 10 ribu + (Rp 10.000 x 25 persen) hasilnya Rp 12,5 ribu. Jika pada hari Rabu perdagangan saham A melampaui harga Rp 12,5 ribu, saham A akan terkena ARA dan tidak lagi diperjualbelikan.

Sedangkan, ARB atau auto rejection bawah adalah batasan maksimum dari penurunan harga saham dalam satu hari perdagangan di bursa efek. Mekanisme ini akan terjadi ketika harga saham turun signifikan dalam satu hari perdagangan.

Contoh begini, pada perdagangan hari Kamis, saham X ditutup dengan harga Rp 15 ribu. Batas auto rejection yang berlaku sejak pandemi adalah sebesar 7 persen. Dengan demikian, penurunan harga saham B maksimal pada Kamis adalah Rp 15 ribu – (Rp 15.000 x 7%) = Rp 13.950. Artinya, jika saham B telah mencapai batas bawah di harga Rp 13.950, maka saham itu akan terkena ARB. Ciri saham ARB adalah tidak adanya permintaan atas saham itu di antrean beli.

MUHAMMAD SYAIFULLOH

Baca juga: Lima Perusahaan yang Terancam Delisting dari Bursa Efek Indonesia





Berita terkait

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

1 hari lalu

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

Saham Freeport akhirnya 61 persen dikuasai Indonesia, berikut kronologi dari jatuh ke Bakrie sampai skandal Papa Minta Saham Setya Novanto.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

2 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

IHSG Tutup Sesi Pertama di Zona Hijau, Saham Bank BRI Paling Aktif Diperdagangkan

5 hari lalu

IHSG Tutup Sesi Pertama di Zona Hijau, Saham Bank BRI Paling Aktif Diperdagangkan

IHSG menguat 0,86 persen ke level 7.097,2 dalam sesi pertama perdagangan Senin, 29 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

9 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

9 hari lalu

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

Presdir Unilever Indonesia, Benjie Yap mengatakan salah satu hal yang penting bagi investor adalah fundamental bisnis.

Baca Selengkapnya

Unilever Indonesia Raup Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I-2024

9 hari lalu

Unilever Indonesia Raup Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I-2024

PT Unilever Indonesia Tbk. meraup laba bersih Rp 1,4 triliun pada kuartal pertama tahun 2024 ini.

Baca Selengkapnya

IHSG Sesi I Menguat 0,8 Persen ke Level 7.168,5

10 hari lalu

IHSG Sesi I Menguat 0,8 Persen ke Level 7.168,5

IHSG sesi I ditutup menguat 0,81 persen ke level 7.168,5. Nilai transaksi mencapai Rp 6,6 triliun.

Baca Selengkapnya

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

12 hari lalu

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?

Baca Selengkapnya

SimInvest: Konflik Timur Tengah Tak Berpengaruh Langsung terhadap Bursa Saham Indonesia

15 hari lalu

SimInvest: Konflik Timur Tengah Tak Berpengaruh Langsung terhadap Bursa Saham Indonesia

SimInvest memprediksi dampak konflik timur Tengah tak begitu berpengaruh langsung terhadap bursa saham Indonesia.

Baca Selengkapnya

Seberapa Jauh Ekonomi Indonesia Terkena Imbas Efek Domino Serangan Iran ke Israel?

16 hari lalu

Seberapa Jauh Ekonomi Indonesia Terkena Imbas Efek Domino Serangan Iran ke Israel?

Pasca-serangan Iran ke Israel, perekonomian Asia ditengarai melemah diikuti dengan beragam fenomena yang terjadi. Bagaimana dampak bagi Indonesia?

Baca Selengkapnya