Inflasi Terus Menanjak, Simak Strategi Investasi dari Bareksa: Sesuaikan dengan Profil Risiko

Senin, 8 Agustus 2022 12:32 WIB

Logo Bareksa. Foto/Dok/Bareksa

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam setahun terakhir, laju inflasi di Indonesia konstan mengalami kenaikan karena didorong oleh pemulihan ekonomi yang terus berjalan serta dipengaruhi tingginya harga komoditas global. Oleh karena itu, Bareksa menilai kenaikan harga barang dan jasa harus dibarengi dengan investasi yang tepat agar nilai uang masyarakat dapat melawan inflasi tersebut.

Bahkan, per Juli 2022, inflasi menjadi yang tertinggi sejak Oktober 2015, yakni di level 4,95 persen year on year (YoY).

Di tengah kondisi global yang kurang mendukung ini, tak jarang investor pemula cukup kesulitan menentukan strategi serta instrumen investasi yang pas. Untuk itu, menurut Bareksa, strategi diversifikasi masih diperlukan untuk menghadapi risiko tingginya fluktuasi pasar akibat kondisi global tersebut.

"Agar nilai uang saat ini tidak tergerus inflasi, masyarakat dapat investasikan dana yang dimiliki ke instrumen investasi seperti reksa dana, surat berharga negara, maupun emas untuk jangka waktu tertentu menyesuaikan profil risiko," seperti dikutip dari keterangan Bareksa Insights pada Senin, 8 Agustus 2022

Dalam setahun terakhir, ada beberapa instrumen investasi yang kinerjanya dapat mengalahkan inflasi, pertama pendapatan tetap yaitu Syailendra Pendapatan Tetap Premium dengan returs setahun 6,06 persen dan barometer 3,75; dan Sucorinvest Stable Fund dengan return setahun 7,08 persen dan barometer 3,5.

Advertising
Advertising

Berikutnya, ada reksa dana saham yakni Avrist Ada Saham Blue Safir dengan return setahun 22,21 persen persen dan barometer 4,5; dan Bahana Dana Prima dengan return setahun 22,67 persen persen dan barometer 4,5.

Untuk kelompok reksa dana indeks, ada BNP Paribas Sri Kehati dengan return setahun 27,67persen dan barometer 4,13; dan Allianz SRI KEHATI Index Fund dengan return setahun 27,7 persen dan barometer 4,13.

Selain instrumen di atas, investor juga perlu diversifikasi di aset rendah risiko seperti reksa dana pasar uang untuk meminimalisir efek dari fluktuasi pasar modal. Untuk kelompok reksa dana pasar uang, ada Capital Money Market Fund dengan return setahun 4,52 persen dan barometer 3,64; dan Sucorinvest Sharia Money Market Fund dengan return setahun 4,38 persen dan barometer 3,62.

<!--more-->

"Tak hanya reksa dana, instrumen surat berharga negara (SBN) yang diterbitkan oleh pemerintah ke masyarakat pun juga menarik. Seperti diketahui, SBN seri SBR011 yang telah dijual pada Juni lalu menawarkan kupon hingga 5,5 persen per tahun belum dipotong pajak," tulis Bareksa Insights.

Masyarakat juga bisa menanti penjualan SBN seri selanjutnya, yakni SR017, yang akan mulai ditawarkan pada 19 Agustus-14 September 2022. Jika sebelumnya SR016 menawarkan kupon sebesar 4,95 persen belum dipotong pajak, maka kupon SR017 diperkirakan akan lebih menarik karena terdapat potensi kenaikan suku bunga acuan BI.

"Selain itu, menurut hasil penelitian dari BlackRock Investment investor juga dapat mengalokasikan 5 persen dari portofolio investasi ke dalam instrimen emas untuk mengoptimalkan kinerja portofolio," tulis Bareksa Insights.

Ketegangan hubungan antara Cina dan Amerika Serikat selama beberapa hari terakhir juga membuat harga emas dunia meningkat karena dikhawatirkan akan kembali menimbulkan gejolak perekonomian dan resesi apabila mereka berperang. "Indonesia juga akan dirugikan apabila kedua negara ini saling menjatuhkan sanksi ke depannya akibat keduanya merupakan mitra strategis perdagangan Indonesia.

Menyikapi hal itu, Bareksa Insight menyarankan para investor untuk melakukan beberapa hal. Pertama, investor dengan profil risiko agresif dapat wait and see terlebih dahulu dan cermati reksa dana saham dan indeks basis saham kapitalisasi besar jika IHSG mengalami penurunan. Kedua, investor profil risiko moderat dapat tetap melakukan akumulasi secara bertahap di reksa dana pendapatan tetap basis obligasi korporasi.

Ketiga, untuk semua jenis profil risiko, ada baiknya melakukan diversifikasi yang cukup di reksa dana pasar uang karena fluktuasi pasar saham dan obligasi diproyeksikan masih tinggi melihat gejolak risiko global. "Perlu diingat kembali, investasi mengandung risiko, sehingga investor juga perlu membekali diri mengenai peluang keuntungan maupun risiko yang ada di pasar keuangan," tulis Bareksa Insights.

Baca: Setahun Ambil Alih Blok Rokan dari Chevron, Pertamina Mengebor 376 Sumur Baru

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Antam Bagi Dividen Rp 3 Triliun

1 jam lalu

Antam Bagi Dividen Rp 3 Triliun

PT Aneka Tambang Tbk. atau Antam (ANTM) akan membagikan dividen Rp 3,08 triliun.

Baca Selengkapnya

Sandiaga Uno Ajak Investor Asing Masuk Indonesia

2 jam lalu

Sandiaga Uno Ajak Investor Asing Masuk Indonesia

Menteri Sandiaga Uno mengajak investor asing untuk berinvestasi di sektor pariwisata Indonesia.

Baca Selengkapnya

Fitch Naikkan Rating Bank Mandiri jadi BBB

12 jam lalu

Fitch Naikkan Rating Bank Mandiri jadi BBB

Bank Mandiri meraih kenaikan peringkat Internasional Jangka Panjang dan Jangka Pendek pada level "BBB", dari sebelumnya

Baca Selengkapnya

Apindo Optimistis Target Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen Tercapai

1 hari lalu

Apindo Optimistis Target Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen Tercapai

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) optimistis target pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen pada tahun ini dapat tercapai.

Baca Selengkapnya

Laporkan Kinerja 2023, Laba Bersih Jasa Marga Capai Rp 6,8 Triliun

1 hari lalu

Laporkan Kinerja 2023, Laba Bersih Jasa Marga Capai Rp 6,8 Triliun

PT Jasa Marga (Persero) Tbk. atau JSMR melaporkan kondisi kinerja perseroan selama tahun 2023 dengan laba bersih mencapai Rp 6,8 triliun.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Investasi Bidang Pendidikan Membuka Peluang Indonesia Maju

1 hari lalu

Sri Mulyani: Investasi Bidang Pendidikan Membuka Peluang Indonesia Maju

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan investasi di bidang pendidikan akan membuka peluang Indonesia menjadi lebih maju.

Baca Selengkapnya

PT Timah Rombak Direksi untuk Perbaikan Bisnis

1 hari lalu

PT Timah Rombak Direksi untuk Perbaikan Bisnis

PT TIMAH Tbk melakukan perombakan direksi melalui RUPST. Berharap bisa memperbaiki bisnis perusahaan.

Baca Selengkapnya

Wamen BUMN Sebut Freeport Bisa Produksi 50 Ton Emas Batangan per Tahun: Mulai Mei di Manyar

1 hari lalu

Wamen BUMN Sebut Freeport Bisa Produksi 50 Ton Emas Batangan per Tahun: Mulai Mei di Manyar

Wamen BUMN Kartika Wirjoatmodjo menargetkan Indonesia mulai bulan ini bakal memproduksi emas batangan secara mandiri hingga 50 ton per tahun.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Melemah di Sesi I, Saham BBRI Paling Aktif Diperdagangkan

1 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Melemah di Sesi I, Saham BBRI Paling Aktif Diperdagangkan

IHSG melemah di sesi pertama Rabu, 8 Mei 2024, menutup sesi pertama di level 7,097,7.

Baca Selengkapnya

Startup Runchise Kumpulkan Modal Segar Rp 16 Miliar, Akan Digunakan untuk Apa Saja?

1 hari lalu

Startup Runchise Kumpulkan Modal Segar Rp 16 Miliar, Akan Digunakan untuk Apa Saja?

Startup manajemen restoran dan waralaba kuliner dalam negeri, Runchise, memperoleh pendanaan segar sebesar US$1 juta atau sekitar Rp 16 miliar.

Baca Selengkapnya