Seberapa Besar Kemungkinan Resesi Ekonomi Menimpa Indonesia?

Rabu, 13 Juli 2022 13:36 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat membuka pertemuan pembiayaan berkelanjutan di Sofitel, Nusa Dua, Bali, Selasa, 13 Juli 2022. Foto: Istimewa

TEMPO.CO, Nusa Dua - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan probabilitas atau kemungkinan resesi menimpa Indonesia jauh lebih rendah dari banyak negara. Meski begitu, pemerintah tetap mewaspadai berbagai potensi yang bisa meningkatkan risiko resesi.

“Kami akan memakai semua instrumen seperti kebijakan fiskal, moneter, termasuk finansial dan regulasi lain untuk memonitor dan menjaga risiko resesi ini,” kata Sri Mulyani di Nusa Dua, Bali, 13 Juli 2022.

Pekan lalu, Bank Dunia merilis laporan Global Economic Prospect yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global turun dari 5,7 persen pada 2021 menjadi hanya 2,9 persen pada tahun ini. Angka itu jauh lebih rendah dari proyeksi Bank Dunia pada Januari yang sebesar 4,1 persen. Sejumlah negara berkembang juga diprediksi menghadapi kondisi inflasi tinggi berkepanjangan (stagflasi).

“Perang di Ukraina, lockdown Cina, gangguan rantai pasokan global, dan risiko staglasi memukul pertumbuhan ekonomi dunia. Bagi banyak negara, resesi akan sulit dihindari,” ujar Presiden Bank Dunia David Malpass dalam laporan tersebut.

Laporan Bank Dunia itu menyatakan kondisi ekonomi global saat ini sama dengan resesi global pada 1970-an. Ada tiga aspek utama yang mirip antara kondisi saat ini dengan masa lalu: gangguan pada sisi pasokan dan permintaan barang yang memicu inflasi, prospek pelemahan pertumbuhan ekonomi, serta kerentanan pada negara berkembang yang harus memperketat kebijakan moneternya demi menahan inflasi.

Advertising
Advertising

Menurut Sri Mulyani, beberapa negara memang lebih berisiko terkena inflasi akibat situasi geopolitik yang menyebabkan kenaikan harga bahan makanan dan energi dan berujung pada tingginya tingkat inflasi. Tingkat inflasi itu, kata Sri Mulyani, di sejumlah negara bahkan jauh lebih tinggi dari masa pandemi. Situasi ini diperburuk dengan kondisi geopolitik, yakni perang Rusia-Ukraina.

Sejumlah negara maju yang selama ini perekonomiannya relatif stabil juga terancam risiko resesi. Di Amerika Serikat dan Inggris, misalnya, tingkat inflasi sudah mencapai 7-8 persen. Tingkat inflasi di Eropa juga sudah di atas 6 persen, begitu juga dengan Jepang. “Mereka adalah negara maju yang selama 1,5 dekade terakhir tingkat inflasinya nol persen.”

Ancaman resesi itu membesar pada sejumlah negara karena menurut Sri Mulyani, kondisi perekonomian negara tidak cukup kuat. Pertama, akibat neraca pembayaran yang tidak memadai sehingga berdampak kepada nilai tukar mata uang. Kedua, pertumbuhan ekonominya yang rendah. Ketiga, terkontraksinya perekonomian akibat belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi. “Meningkatnya inflasi membuat situasi semakin kompleks.”

Sri Mulyani meyakini saat ini Indonesia memiliki daya tahan lebih baik dari ancaman resesi. Pasalnya, sejak krisis keuangan 2008, perekonomian Indonesia telah lebih prudent. “Eksposur pinjaman luar negeri kita turun, korporasi juga telah melakukan hedging, kemudian anggaran negara kita masih cukup kuat,” ujarnya.

Kendati begitu, Sri Mulyani tak membantah bahwa tingkat inflasi Indonesia juga mulai merangkak naik. Juni lalu, Badan Pusat Statistik melaporkan inflasi tahunan telah mencapai 4,35 persen, di atas target inflasi yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 3 persen. “Tekanan terhadap inflasi dapat memicu krisis. Tapi pemerintah teris melakukan langkah-langkah antisipasi selama kita punya instrumen dan kemampuan.”

Sebagai contoh, Sri Mulyani menyebut, pemerintah masih terus menahan kenaikan harga BBM dan listrik yang seharusnya sudah naik sejak lama. “Persoalan harga energi ini, kan, jika negara tidak mampu menahan maka yang harus membayar ya rakyatnya. Tapi karena Indonesia masih mampu, maka pemerintah tetap memberikan subsidi bagi harga energi.”

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara(APBN) kata Sri Mulyani, hingga 2023 masih akan dirancang untuk menjadi bantalan untuk meredam guncangan akibat kenaikan harga-harga, terutama komoditas yang masih harus diimpor. “APBN kita masih kuat karena kita mendapatkan keuntungan dari windfall (kenaikan harga komoditas).”

PRAGA UTAMA (NUSA DUA)

Baca juga: Sri Mulyani Bahas Krisis Pangan dengan Cina

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 2024 Tingkatkan Lapangan Pekerjaan

3 jam lalu

Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 2024 Tingkatkan Lapangan Pekerjaan

Kementerian Keuangan mencatat di tengah gejolak ekonomi global perekonomian Indonesia tetap tumbuh dan mendorong peningkatan lapangan pekerjaan.

Baca Selengkapnya

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

4 jam lalu

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 yang tercatat 5,11 persen secara tahunan

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Siapkan Paket Pensiun Dini PLTU untuk Jadi Percontohan Transisi Energi

6 jam lalu

Sri Mulyani Siapkan Paket Pensiun Dini PLTU untuk Jadi Percontohan Transisi Energi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut Indonesia sedang memfinalisasi paket pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap batu bara atau PLTU

Baca Selengkapnya

Nama Sri Mulyani Masuk Bursa Bakal Calon Gubernur Jakarta dari PDIP

7 jam lalu

Nama Sri Mulyani Masuk Bursa Bakal Calon Gubernur Jakarta dari PDIP

Gilbert Simanjuntak, mengatakan nama Sri Mulyani masuk bursa bacagub bersama Menteri Sosial Tri Rismaharini, dan mantan Panglima TNI Andika Perkasa.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani dan Presiden ADB Bahas Mekanisme Transisi Energi: Kita Mulai Bicara yang Konkret

1 hari lalu

Sri Mulyani dan Presiden ADB Bahas Mekanisme Transisi Energi: Kita Mulai Bicara yang Konkret

Sri Mulyani Indrawati dan Presiden ADB Masatsugu Asakawa membahas lebih lanjut program Mekanisme Transisi Energi (ETM) ADB untuk Indonesia.

Baca Selengkapnya

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

2 hari lalu

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

Daerah dengan catatan inflasi terendah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang yaitu 0,02 persen.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

2 hari lalu

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ada dampak kenaikan BI Rate ke level 6,25 persen terhadap APBN, terutama penerimaan pajak.

Baca Selengkapnya

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

2 hari lalu

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

3 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

3 hari lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya