Anggota G20 Soroti Lonjakan Harga Pangan dan Energi

Sabtu, 9 Juli 2022 10:17 WIB

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat perkenalan Menteri Kabinet Indonesia Maju di Veranda Istana Negara, Jakarta, Rabu, 23 Oktober 2019. Retno dipercaya menjabat selama 2 periode di jajaran menteri Presiden Jokowi. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Nusa Dua - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan bahwa krisis pangan dan energi akan berdampak besar terhadap negara berkembang, terlebih ke negara berpenghasilan rendah dan negara kepulauan kecil. Hal tersebut termasuk dalam yang disoroti dalam Pertemuan Menteri Luar Negeri G20 (G20 Ministers Meeting atau FMM) di Nusa Dua, Bali, Jumat, 8 Juli 2022.

Ia menyatakan saat ini ada kebutuhan mendesak untuk mengatasi gangguan rantai pasokan pangan global. Oleh karena itu, upaya mengintegrasikan kembali pangan dan pupuk dari Ukraina dan Rusia ke pasar global menjadi sangat penting.

Hal tersebut disampaikan Retno dalam pernyataan pers usai FMM. Sebelumnya, semua perwakilan anggota G20 mengungkapkan kekhawatiran tentang melonjaknya harga pangan dan energi, yang dipicu oleh perang antara Rusia dan Ukraina.

Sebagai solusi, banyak peserta FMM G20 menyatakan dukungannya terhadap upaya Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menyediakan jalur yang aman (safe passage) untuk mendistribusikan produk pangan dan energi dari Rusia dan Ukraina, termasuk melalui pelabuhan.

Retno menyebutkan, sejumlah peserta menggarisbawahi bahwa distribusi pangan dan pupuk agar tidak dikenakan sanksi. "Dan menyatakan siap untuk mengatasi kesulitan praktis dalam melakukan perdagangan pangan dan pupuk, termasuk pembayaran, asuransi, logistik, dan lain-lain,” tutur Retno Marsudi.

Advertising
Advertising

Dalam pertemuan itu juga dibahas komitmen untuk mengeksplorasi kerja sama G20 agar berikutnya bisa memperkuat ketahanan pangan dan energi. Termasuk di dalamnya melalui sistem PBB atau organisasi internasional lainnya.

Adapun agresi militer yang dilancarkan Rusia di Ukraina sejak 24 Februari 2022 telah berdampak pada ketahanan pangan dunia. Pasalnya, kedua negara tersebut merupakan pemain utama dalam perdagangan hasil-hasil pertanian.

<!--more-->

Berdasarkan data Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Rusia adalah penghasil 11 persen gandum dunia dan Ukraina menyumbang 3 persen dalam perdagangan gandum dunia pada 2021.

Tak sedikit negara, terutama di Afrika, Eropa Timur, dan Asia Tengah yang bergantung pada impor bahan pangan dari kedua negara. Bahkan, Rusia dan Ukraina memasok sampai 80 persen kebutuhan gandum di Kenya, Somalia, Ethiopia, Armenia, Mongolia, Azerbaijan dan beberapa negara lainnya.

Perang yang disertai blokade di pelabuhan Ukraina di Laut Hitam juga mengakibatkan Ukraina tak lagi bisa mengekspor produk pertaniannya ke negara lain. Sanksi negara barat ke Rusia turut andil dalam memperparah kondisi pasokan pangan dunia.

Sebagai balasan, Rusia kemudian mengurangi atau menghentikan ekspor komoditas yang dibutuhkan banyak negara, di antaranya gas alam ke negara-negara Eropa.

Merepons perkembangan terakhir itu, FAO memprediksi harga pangan dan pakan ternak akan naik 8-22 persen. Selain itu, jumlah orang kurang gizi diperkirakan bertambah 8 juta hingga 13 juta dibandingkan kondisi saat ini apabila konflik tersebut terus berlanjut.

BISNIS

Baca: Mengenal Lebih Jauh Abenomics, Warisan Shinzo Abe yang Sukses Pulihkan Jepang

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

9 jam lalu

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

Delegasi PBB mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

13 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

20 jam lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

1 hari lalu

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

Dubes Palestina untuk Austria menilai upaya membahas Gaza pada forum PBB tidak akan berdampak pada kebijakan AS dan Eropa yang mendanai genosida.

Baca Selengkapnya

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

1 hari lalu

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

Jika perang terus berlanjut selama sembilan bulan, kemajuan yang dicapai selama 44 tahun akan musnah. Kondisi itu akan membuat Gaza kembali ke 1980

Baca Selengkapnya

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

1 hari lalu

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

Tema World Water Forum ke-10 di Bali berkaitan dengan sejumlah tujuan UNICEF. Salah satunya soal akses air bersih untuk anak-anak di daerah.

Baca Selengkapnya

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

1 hari lalu

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

PBB melaporkan kehancuran perumahan di Gaza akibat serangan brutal Israel sejak 7 Oktober merupakan yang terburuk sejak Perang Dunia II.

Baca Selengkapnya

Kunjungan Kerja ke Turkiye, Retno Marsudi Bawa Isu Palestina

1 hari lalu

Kunjungan Kerja ke Turkiye, Retno Marsudi Bawa Isu Palestina

Retno Marsudi menyebut Turkiye dan Indonesia sepakat perlunya memperkuat kolaborasi kedua negara guna mendukung perjuangan bangsa Palestina.

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

1 hari lalu

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

Retno Marsudi menilai situasi Timur Tengah telah mendesak Indonesia untuk mempersiapkan diri jika situasi semakin memburuk, termasuk pelindungan WNI

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Kunjungan Kerja ke Turkiye untuk Mempererat Hubungan Kedua Negara

2 hari lalu

Retno Marsudi Kunjungan Kerja ke Turkiye untuk Mempererat Hubungan Kedua Negara

Retno Marsudi kunjungan kerja ke Turkiye pada Rabu, 1 Mei 2024, untuk mempererat hubungan kedua negara.

Baca Selengkapnya