Cerita Petani soal Harga TBS Sawit Jeblok hingga Rp 300: Sudah pada Titik Nadir

Jumat, 24 Juni 2022 06:29 WIB

Petani Sawit. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Serikat Petani Indonesia atau SPI Henry Saragih hmenceritakan bagaimana harga tandan buah segar atau harga TBS sawit kian jeblok tepat sebulan larangan ekspor crude palm oil (CPO) dicabut. Harga TBS sawit di Pasamanan Barat, Sumatera Barat, misalnya, kini di level Rp 600 per kilogram.

"Ini sudah sangat luar biasa. Sawit yang jadi komoditas ekspor seperti tidak ada harganya sama sekali," ujar Henry melalui keterangan tertulis, Kamis, 23 Juni 2022.

Menurut Henry, harga TBS sawit yang diterima para petani SPI di wilayah lain juga kompak mengalami tren penurunan yang signifikan. Bahkan di Tanjung Jabung Timur, harga TBS di bawah Rp 500 per kilogram.

"Kalau aksesnya jauh dari jalan. Ini kan sudah kelewatan. Laporan hari ini ada yang sampai Rp 300 per kilogram," ujarnya.

Oleh karena itu, ia menyebutkan pemerintah harus segera mengeluarkan kebijakan responsif dan solutif karena saat ini sudah termasuk situasi darurat. "Petani sawit sudah menjerit, sudah pada titik nadir, harga TBS jauh di bawah harga impasnya. Ini artinya petani sudah sangat merugi, keterlaluan," ucap Henry.

Advertising
Advertising

Ia menilai terjun bebasnya harga TBS ini karena Indonesia berada di bawah cengkeraman korporasi global sawit. Pemerintah, menurut dia, harus membangun sistem persawitan di Indonesia yang tidak tergantung dari pasar internasional yang dikuasai oleh korporasi-korporasi global. Alhasil, hajat hidup petani, orang banyak, dikuasai oleh cukong-cukong transnasional perseorangan.

SPI juga meminta pemerintah melalui penegak hukum agar menindak perusahaan sawit yang membeli TBS di bawah harga pemerintah. Dengan begitu, jika ada pabrik kelapa sawit (PKS) yang membeli dengan TBS petani dengan harga rendah, dapat langsung ditindak.

"Bukan tidak memungkin agar PKS tersebut ditutup, lalu diambil alih oleh pemerintah, ini levelnya sudah level krisis," kata Henry.

<!--more-->

Ia mengatakan izin ekspor perusahaan itu juga perlu dicabut, sehingga dana segar yang ada di di Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) bisa dialokasikan untuk atasi masa krisis ini, bukan hanya untuk memanjakan korporasi.

"Bangun pabrik-pabrik mini kelapa sawit di tingkat lokal, juga pabrik minyak goreng dan minyak makan merah pengelolaannya berikan kepada petani melalui koperasi, kalau memang serius ini bisa segera dikerjakan pemerintah," kata dia.

Menurut Henry pemerintah harus melakukan sesuatu yang luar biasa, terutama dalam perizinan dan regulasi untuk mempermudah koperasi-koperasi petani yang nantinya diproyeksikan mengelola persawitan nasional. Di tingkat wilayah pemda, harus dibuka posko pengaduan yang menerima keluhan laporan petani ketika TBS dibeli dengan harga yang tidak layak atau di bawah harga ketetapan pemerintah.

Ia menyatakan saat ini adalah momen yang sangat pas untuk merombak tata kelola persawitan Indonesia melalui reforma agraria. "Perkebunan sawit harus diurus oleh rakyat, didukung oleh pemerintah dan BUMN, bukan oleh korporasi,” kata Henry.

Sebab, perkebunan sawit korporasi telah mengubah hutan menjadi tanaman monokultur, menghilangkan kekayaan hutan Indonesia, sumber air berupa rawa-rawa, sungai, dan sumber-sumber air lainnya. Korporasi sawit juga terbukti telah menggusur tanah petani, masyarakat adat dan rakyat, sampai merusak infrastruktur di daerah.

Di masa mendatang, menurut dia, perkebunan sawit harus diserahkan pengelolaannya kepada petani, dikelola usahanya secara koperasi, mulai dari urusan tanaman, pabrik CPO, dan turunannya. “Negara harus berperan dalam transisi ini dengan melaksanakan reforma agraria, tanah perkebunan atau pribadi yang luasnya di atas 25 hektare dijadikan tanah obyek reforma agraria (TORA),” ujarnya.

Ia mengungkapkan, pemerintah melalui BUMN yang harus mengurus turunan strategis produksi sawit. “Korporasi swasta bisa diikutkan di urusan pengolahan industri lanjutan, misalnya untuk pabrik sabun, kosmetik, obatan-obatan, dan usaha-usaha industri turunan lainnya,” ucapnya.

Baca: Terpopuler Bisnis: Petani Depresi karena Harga TBS, Ekonomi Diprediksi Tumbuh 5,3 Persen

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

2 hari lalu

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI mengklaim ekspor ke luar negeri turun, terutama di Eropa.

Baca Selengkapnya

Naik, Harga Biodiesel per Mei 2024 jadi Rp 12.453 per Liter

2 hari lalu

Naik, Harga Biodiesel per Mei 2024 jadi Rp 12.453 per Liter

Kementerian ESDM menetapkan harga indeks pasar bahan bakar nabati atau HIP BBN biodiesel per Mei 2024 sebesar Rp 12.453 per liter.

Baca Selengkapnya

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

4 hari lalu

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia mengatakan kinerja ekspor sawit mengalami penurunan. Ini penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Zulhas Revisi Permendag Barang Bawaan Impor, Teten Evaluasi Pernyataan Pejabatnya soal Warung Madura

4 hari lalu

Terpopuler: Zulhas Revisi Permendag Barang Bawaan Impor, Teten Evaluasi Pernyataan Pejabatnya soal Warung Madura

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas merevisi lagi peraturan tentang barang bawaan impor penumpang warga Indonesia dari luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gapki Tanggapi Target Pemerintah soal Pemutihan Lahan Sawit pada September 2024

4 hari lalu

Gapki Tanggapi Target Pemerintah soal Pemutihan Lahan Sawit pada September 2024

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau Gapki tanggapi soal target pemerintah menyelesaikan pemutihan hutan di lahan sawit September 2024.

Baca Selengkapnya

Sawit PT RAP Diduga Masuk Kawasan Hutan Kapuas Hulu

4 hari lalu

Sawit PT RAP Diduga Masuk Kawasan Hutan Kapuas Hulu

Perkebunan sawit PT Riau Agrotama Plantation (PT RAP), anak perusahaan Salim Group diduga merambah hutan Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

Baca Selengkapnya

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

4 hari lalu

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

Kebun sawit PT SKIP Senakin Estate, anak usaha Sinarmas, diduga menerabas hutan Cagar Alam Kelautku, Kalimantan Selatan.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

4 hari lalu

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

Ikappi merespons ramainya isu Kementerian Koperasi dan UKM membatasi jam operasional warung kelontong atau warung madura.

Baca Selengkapnya

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

4 hari lalu

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

Lebih dari separo lahan sawit di Kalimantan Tengah diduga berada dalam kawasan hutan. Pemerintah berencana melakukan pemutihan sawit ilegal.

Baca Selengkapnya

22 Ribu Hektare Lahan Sawit PT SCP Diduga Berada dalam Kawasan Hutan, Kerap Memicu Kebakaran

4 hari lalu

22 Ribu Hektare Lahan Sawit PT SCP Diduga Berada dalam Kawasan Hutan, Kerap Memicu Kebakaran

22 ribu hektare perkebunan sawit PT Suryamas Cipta Perkasa (PT SCP) masuk kawasan hutan hidrologis gambut di Kalimantan Tengah.

Baca Selengkapnya