Bos BCA hingga Bos Bank INA Prediksi BI Bakal Naikkan Suku Bunga, Kenapa?
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 16 Mei 2022 13:46 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah bankir memprediksi Bank Indonesia atau BI akan menaikkan suku bunga acuan atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) seiring dengan kenaikan suku bunga The Fed.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA, Jahja Setiaatmadja, memperkirakan bank sentral akan menyesuaikan bunga acuan di kisaran 25 - 50 basis poin. Hal tersebut, kata Jahja, jika BI melihat nilai tukar rupiah terkoreksi cukup besar.
“Menyesuaikan dengan kenaikan Fed rate yang mulai naik bertahap 0,50 persen mungkin sampai 6 kali lagi,” kata Jahja ketika dihubungi, Ahad, 15 Mei 2022.
Namun begitu, ia optimistis bahwa kenaikan suku bunga BI tidak akan terlalu berdampak terhadap penyaluran Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Jahja menyebutkan kinerja kredit KKB dan KPR BCA akan sangat tergantung dari kalkulasi harga yang ditentukan oleh emiten bank dengan kode saham BBCA tersebut.
“Tergantung pricing kami karena KPR merupakan kebutuhan masyarakat,” ujar Jahja.
Hal senada disampaikan oleh Direktur Utama PT Bank Ina Perdana Tbk. Daniel Budirahayu. Ia memproyeksikan BI bakal mengerek suku bunga acuan pada kuartal tiga atau empat tahun ini.
Daniel pun berharap kenaikan BI7DRR tidak terlampau tinggi agar pertumbuhan kredit sesuai target. “Harapan kami, kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) agar pertumbuhan kredit dapat tercapai sesuai dengan rencana pemerintah,” kata bos bank yang berkode saham BINA tersebut, Ahad, 15 Mei 2022.
Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, sebelumnya resmi mengumumkan kenaikan suku bunga atau Fed Funds Rate (FFR) sebesar 50 basis poin untuk menekan lonjakan inflasi di negara tersebut. Jika perkembangan ekonomi dan keuangan sesuai dengan ekspektasi ke depan, The Fed pada pertemuan berikutnya diperkirakan bakal menaikkan bunga lagi sekitar 50 bps.
<!--more-->
Adapun Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Sunarso, dalam keterangan tertulis, mengatakan bahwa pihaknya akan meningkatkan dana murah (current account saving account/CASA) dalam menghadapi tren kenaikan suku bunga.
Peningkatan CASA, kata Sunarso, dilakukan secara gradual dari 63 persen pada kuartal I/2021, menjadi 66 persen pada kuartal I/2022. Caranya melalui transaksi wholesale, penetrasi digital saving BRI, dan hyperlocal ekosistem pada segmen mikro.
Sementara itu, ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Faisal Rachman memperkirakan sikap The Fed yang lebih hawkish di tengah meningkatnya tekanan inflasi tersebut sesuai dengan perkiraan. Namun begitu, dia memprediksi bank sentral baru menaikkan suku bunga acuannya per semester II tahun 2022 ini.
Sebab, menurut dia, BI akan memprioritaskan menjaga stabilitas terlebih dahulu. "Meningkatkan rasio GWM (Giro Wajib Minimum) dan mengurangi pelonggaran kuantitatif, sebelum menyesuaikan BI7DRR,” kata Faisal.
Apalagi, harga komoditas global yang melonjak akibat perang Rusia-Ukraina telah mendorong kinerja ekspor Indonesia dan memperpanjang rangkaian surplus perdagangan. Neraca transaksi berjalan pun terapresiasi sehingga bisa mendorong stabilitas nilai tukar rupiah sampai tingkat tertentu.
Kondisi itu, kata Faisal, dapat memberikan ruang yang cukup bagi suku bunga acuan BI untuk bertahan di level 3,5 persen dalam beberapa waktu ke depan. Selain itu, peningkatan suku bunga acuan akan bergantung pada kondisi inflasi domestik yang diperkirakan meningkat secara fundamental dan substansial pada paruh kedua tahun ini.
BISNIS
Baca: Besok, Petani Akan Demo Tolak Larangan Ekspor CPO di Kantor Airlangga Hartarto
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.