Harga Minyak Mentah Jatuh ke USD 100,11 Dipicu Kekhawatiran Perlambatan Ekonomi

Rabu, 11 Mei 2022 08:05 WIB

Ilustrasi kilang minyak dunia. REUTERS/Shannon Stapleton

TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak mentah jatuh pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu pagi WIB. Penurunan harga minyak mentah itu terjadi pada minyak jenis West Texas Intermediate atau WTI AS dan jenis Brent.

Harga minyak mentah berjangka WTI AS untuk pengiriman Juni, misalnya turun US$ 3,33 atau 3,2 persen, menjadi US$ 100,11 per barel. Sedangkan harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk pengiriman Juli tergelincir US$ 3,48 atau 3,28 persen menjadi US$ 102,46 per barel.

Adapun kedua kontrak acuan minyak dunia turun untuk hari kedua berturut-turut dan merosot lebih dari empat dolar AS per barel sebelumnya pada awal sesi perdagangan.

Efek Lockdown di Cina

Penurunan harga minyak AS itu menjadi ke level terendah dalam dua minggu karena prospek permintaan ditekan oleh lockdown di Cina akibat pandemi Covid-19. Selain itu, ada peningkatan risiko resesi, sementara dolar yang kuat membuat minyak mentah lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

Advertising
Advertising

Di saat yang sama, indeks-indeks utama Wall Street juga berbalik melemah dalam perdagangan yang bergejolak. Hal ini terjadi di tengah kekhawatiran atas pengetatan kebijakan moneter yang agresif dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Sebelumnya, komentar dari menteri energi Saudi dan Uni Emirat Arab sempat mendorong harga minyak Brent dan harga minyak WTI naik lebih dari US$ 1 per barel. "Ini adalah masa yang bergejolak, harga harian terlalu besar akhir-akhir ini," kata mitra di Again Capital LLC, John Kilduff.

Ia menyebutkan, harga minyak dunia juga dipengaruhi oleh sentimen pasar yang khawatir akan rencana embargo minyak Rusia. “Ketika Uni Eropa terus ragu apakah mereka akan mengembargo minyak Rusia atau tidak, itu mengubah kalkulusnya juga di kedua arah,” ucapnya.

Komisi Uni Eropa sebelumnya sudah menunda tindakan atas proposal tersebut. Kebulatan suara diperlukan untuk melarang impor minyak dari Rusia, dan sementara seorang menteri Prancis mengatakan anggota Uni Eropa dapat mencapai kesepakatan minggu ini, Hungaria telah berusaha keras menentang embargo.

Sejumlah negara di Eropa juga bakal kesulitan jika impor minyak Rusia dibatasi lebih lanjut. Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (EBRD) pun mengingatkan, bila Rusia membalas dengan menghentikan pasokan gas, ekonomi di negara berkembang Eropa, Asia Tengah dan Afrika Utara bisa jeblok hingga ke level pra-pandemi.

<!--more-->

Tak hanya larangan impor bertahap G7 baru-baru ini terhadap minyak Rusia, Jepang--yang memperoleh 4 persen dari impor minyaknya dari Rusia tahun lalu--telah setuju menghentikan pembelian tersebut. Namun waktu dan metodenya masih belum diputuskan.

Salah satu broker PVM Oil Associates, Tamas Varga, berpendapat, kombinasi penguncian terkait Covid di Cina dan kenaikan suku bunga di seluruh dunia untuk memerangi inflasi menempatkan investor ekuitas kurang menguntungkan. "Memperkuat dolar dan secara signifikan meningkatkan kekhawatiran perlambatan ekonomi," tuturnya.

Walhasil, dengan jebloknya permintaan minyak mentah karena lockdown dan diskon barel Rusia di pasar, Cina menjadi lebih selektif dalam membeli minyak mentah. Hal tersebut disampaikan oleh Robert Yawger, Direktur Eksekutif Energi Berjangka di Mizuho.

Dampak kenaikan suku bunga The Fed

Adapun Presiden Federal Reserve (Fed) Cleveland, Loretta Mester, mengatakan, menaikkan suku bunga AS dengan kenaikan setengah poin adalah tindakan yang masuk akal untuk beberapa pertemuan kebijakan bank sentral AS berikutnya.

Sedangkan Kepala Bundesbank Joachim Nagel mengatakan Bank Sentral Eropa harus menaikkan suku bunga pada Juli. Dolar bertahan di dekat level tertinggi dua dekade menjelang pembacaan inflasi yang dapat mengisyaratkan prospek kebijakan The Fed.

Produksi minyak mentah AS turun

Di saat yang sama, Badan Informasi Energi AS memangkas perkiraan produksi minyak mentah AS untuk 2022 dan 2023. Kini mereka memperkirakan produksi pada 2022 menjadi rata-rata 11,9 juta barel per hari (bph) dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya 12 juta barel per hari.

Persediaan minyak mentah, sulingan dan bensin di Amerika Serikat kemungkinan turun minggu lalu. Hal tersebut terdapat dalam hasil jajak pendapat awal Reuters untuk data mingguan menunjukkan pada Senin lalu, 9 Mei 2022.

Data Euroilstock menunjukkan stok produk minyak mentah dan produk minyak penyulingan Eropa mencapai sekitar 1 miliar barel pada April. Angka tersebut turun 10,3 persen pada basis tahun-ke-tahun tetapi hampir pada tingkat yang sama seperti pada Maret.

ANTARA

Baca: Luhut Beberkan Sebab Perpanjangan PPKM di Jawa-Bali Meski Kasus Covid-19 Menurun

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

8 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

13 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Turun, Analis: Gara-gara Cadangan Minyak AS Melimpah

19 jam lalu

Harga Minyak Dunia Turun, Analis: Gara-gara Cadangan Minyak AS Melimpah

Cadangan minyak Amerika Serikat (AS) mengalami peningkatan sebesar 7,3 juta barel pada pekan yang berakhir pada 26 April 2024.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

20 jam lalu

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

Keputusan penyelenggara Eurovision diambil meskipun ketegangan meningkat seputar partisipasi Israel

Baca Selengkapnya

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

22 jam lalu

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

Pemilu dan beberapa periode libur panjang seperti lebaran berpotensi mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2024.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

1 hari lalu

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

Direktur Utama InJourney Airports, Faik Fahmi mengatakan pemangkasan jumlah bandara internasional tidak bepengaruh signifikan ke ekonomi daerah.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

1 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

1 hari lalu

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

Gedung Putih menyarankan agar Rusia dijatuhi lagi sanksi karena diduga telah secara diam-diam mengirim minyak olahan ke Korea Utara

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

2 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya