Kiri ke kanan: Direktur Utama PT Pos Indonesia Faizal Rochmad, Sekjen Kementerian Sosial Hartono Laras, Direktur Utama Bulog Budi Waseso, dan CEO DNR Corporstion Rudy Tanoesudibjo dalam konferensi pers di kantor Bulog, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis, 12 Agustus 2021. TEMPO/Francisca
TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 36 ribu ton daging kerbau impor akan masuk ke Indonesia hingga Lebaran 1443 Hijriah mendatang. Ini adalah impor tahap kedua dari kontrak yang dilaksanakan Bulog.
“Kedatangan stok daging impor oleh Bulog ini sangat dibutuhkan untuk menjawab persoalan ketersediaan daging yang mengalami tren kenaikan permintaan saat Ramadan dan menjelang Idul Fitri,” ujar Direktur Utama Bulog Budi Waseso dalam keterangannya, Kamis, 14 April 2022.
Sebelumnya hingga akhir Maret 2022, Bulog telah mendatangkan daging kerbau impor sebanyak 20 ribu ton. Budi Waseso alias Buwas mengatakan pemerintah memberikan penugasan kepada Bulog untuk mengimpor daging kerbau beku sebanyak 100 ribu ton pada 2022.
Daging kerbau ini merupakan alternatif pilihan bagi konsumen di tengah meningkatnya harga komoditas daging sapi. Impor daging kerbau dilakukan untuk menjaga stabilisasi harga menjelang Idul Fitri. Adapun Buwas meminta stok daging kerbau didistribusikan langsung kepada konsumen.
Selanjutnya, Buwas memastikan Bulog telah mengatur proses kedatangan impor daging kerbau dan menyiapkan sarana penyimpanan atay cold storage. Bulog juga memastikan jaringan infrastruktur agar daging dapat langsung disitribusikan ke seluruh Indonesia.
“Di masing-masing wilayah yang sudah menerima daging tersebut, sudah dilakukan operasi pasar daging kerbau beku agar masyarakat mendapatkan langsung dengan harga terjangkau,” ucap Buwas. <!--more--> Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mendorong masyarakat untuk mencari alternatif daging konsumsi, seperti daging kerbau, di tengah meningkatnya harga daging sapi. Ia mengklaim kini gemar daging kerbau mulai digemari masyarakat.
“Kerbau itu disukai. Orang Padang kalau makan rendang pakai daging kerbau. Ini sudah terjadi pergeseran,” ujar Lutfi.
Lutfi mengakui dulu masyarakat enggan mengkonsumsi daging kerbau karena cara penjualannya berbeda dengan daging sapi. Daging kerbau umumnya dipasarkan dalam bentuk kemasan beku atau dicampur dengan daging sapi.
Namun, kata Lutfi, tren itu telah berubah lantaran harga jual produknya lebih murah. Saat ini harga daging kerbau dipasarkan di kisaran Rp 80 ribu per kilogram.
Adapun tingginya harga daging sapi, kata Lutfi, terjadi karena pengaruh kebakaran hutan di Australia. Kelangkaan pasokan daging impor dari negara tersebut membuat harga meningkat menjadi US$ 4,2 per kilogram.
Menyitir data Info Pangan Jakarta, harga daging sapi di pasar tradisional untuk jenis murni atau semur per 13 April dipatok rata-rata Rp 137.66 per kilogram. Harga ini turun Rp 159 dari posisi sehari sebelumnya.
Sedangkan harga daging sapi has atau paha belakang lebih mahal. Jenis daging itu dijual seharga Rp 141.66 per kilogram. Kendati begitu, harga ini sudah turun Rp 1.333 per kilogram dari posisi sebelumnya.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.