Pekerja mengolah kedelai untuk pembuatan tahu bulat di Kampung Kaung, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis 17 Februari 2022. Kenaikan harga kedelai sejak dua pekan terakhir dari Rp10 ribu menjadi Rp12 ribu per kilogram membuat produsen tahu bulat mengurangi ukuran, bahkan menjual ampas tahu seharga Rp14 ribu per karung untuk menghindari kerugian dan mempertahankan karyawannya. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi meminta pemerintah segera mengambil langkah taktis untuk mengintervensi isu mahalnya harga dan kelangkaan kedelai yang setiap tahun terjadi di Indonesia.
“Isu mahal dan langkanya kedelai di pasaran membuat sejumlah pedagang tahu tempe berencana menggelar aksi mogok produksi. Itu selalu terjadi setiap tahun. Jadi harus ada langkah taktis jangka pendek dan jangka panjang dari pemerintah,“ kata Dedi, dalam sambungan telepon, di Purwakarta, Sabtu, 19 Februari 2022.
Ia menyampaikan, hal yang harus dilakukan pemerintah saat ini sebagai langkah jangka panjang ialah mendorong agar jumlah produksi kedelai dalam negeri ditingkatkan.
Sedangkan langkah jangka pendek yang bisa diambil ialah dengan menyiapkan ketersediaan kedelai, sesuai dengan kebutuhan pasar.
Menurut dia, intervensi di tengah isu mahal dan langkanya kedelai harus dilakukan, karena kedelai adalah sebuah kebutuhan mendasar dari pangan rakyat.
Dedi meminta pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan segera melakukan langkah dalam mendorong ketersediaan kedelai di pasaran, sekaligus menstabilkan harga. Sebab harga akan stabil saat kedelai ada dan mudah didapat.
“Kedelai di kita memiliki kualitas baik, dan itu rasanya enak dibanding yang impor. Tapi sering kali untuk kepentingan tempe kurang diminati karena ukurannya dianggap kecil dibanding impor yang ukurannya besar. Itu yang mendorong pedagang menyukai kedelai impor,” katanya.