RIPPP Diharapkan Tidak Buat Papua Merana 20 Tahun Mendatang
Reporter
M. Faiz Zaki
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 18 Januari 2022 14:59 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Perencanaan Keuangan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Papua Yohanis Walilo berharap 20 tahun lagi Papua tidak lagi merana. Kehadiran Rencana Induk Percepatan Pembangunan Papua (RIPPP) diharapkan bisa benar-benar menjadi angin segar untuk pembangunan daerah.
“Semoga 20 tahun yang akan datang Papua tidak lagi merana. Karena 20 tahun yang lalu kita dapat otonomi khusus (otsus), tapi kita sendiri yang cari jalannya,” ujar Yohanis dalam siaran langsung pada Senin, 17 Januari 2022.
Menurut Yohanis, Pemerintah Daerah Papua pernah menyusun sendiri saran regulasi untuk pembentukan otsus. Namun usulan banyak ditolak oleh pusat karena banyak yang tidak sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.
Otonomi Khusus yang diberikan sebelumnya kepada Papua pun bagi Yohanis tidak sesuai dengan kebutuhan daerah. Ia berharap 20 tahun mendatang akan ada hasil nyata perubahan signifikan di Papua.
“RIPPP ini diharapkan ada hasil nyata dan berbeda dari 20 tahun sebelumnya. Kalau kita bilang percepatan pembangunan harus ada kemajuan dan perubahan. Kalau tidak ada perubahan sama saja kita jalan ditempat,” katanya.
Staf Ahli Bidang Pemerataan dan Kewilayahan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas, Oktorialdi, pada pembukaan rapat RIPPP menjelaskan ada 10 tren untuk Papua pada 2041. Tren yang dimaksud antara lain:
1. Demografi
Jumlah penduduk Papua meningkat dengan suku atau etnik yang beragam dan arus migrasi ke Papua.
2. Urbanisasi dan Ekonomi Kampung – Kota
Konsentrasi penduduk Papua di Kota-kota pesisir pantai dan keterkaitan ekonomi kampung – kota.
3. Kehidupan Sosial yang Damai
Penduduk yang beraneka ragam, nilai toleransi dan inklusifitas.
<!--more-->
4. Kompetensi Orang Asli Papua
Pendidikan, keterampilan, kesehatan yang baik menciptakan Orang Asli Papua yang produktif (lapangan terbuka meningkat).
5. Provinsi Baru dan Pemerataan Pembangunan
Provinsi baru sebagai sentra-sentra ekonomi baru dan pelayanan publik ke kampung secara merata dan berimbang.
6. Ekonomi Daerah
Indeks Pembangunan Manusia atau IPM meningkat, kemiskinan menurun, kemandirian fiskal daerah meningkat (Pendapatan Asli Daerah).
7. Potensi Sumber Daya Alam
Pengelolaan SDA di Papua yang berkelanjutan dan inklusif untuk Orang Asli Papua (masyarakat adat).
8. Teknologi, Data, dan Digital
Tren perubahan teknologi global mempengaruhi berbagai bidang kehidupan di Papua (digital platform).
9. Ekonomi Hijau, Ekonomi Biru, Perubahan Iklim
Hutan Papua sebagai “heart of Indonesia” memiliki dampak ekonomi yang berkelanjutan.
10. Perubahan Geopolitik dan Perbatasan Negara
Pulau Papua sebagai pintu terdepan Indonesia di kawasan Pasifik (Pacific Gate).
Oktorialdi menyampaikan bahwa poin-poin tersebut sesuai penekanan dari presiden untuk desain pembangunan yang baru untuk Papua. “Dalam hal ini presiden menekankan Paradigma, cara kerja, dan desain baru dalam pembangunan Papua sehingga diharapkan menghasilkan lompatan kemajuan kesejahteraan bagi rakyat Papua dan Papua Barat,” kata Oktorialdi dalam pembukaan rapat.
Kekayaan alam di Papua, kata Oktorialdi, juga harus dimanfaatkan secara berkelanjutan dan inklusif. Sehingga orang asli Papua OAP pun bisa menikmati kekayaan tanah kelahirannya sendiri.
Baca: Biaya Pindahan Keluarga PNS hingga Asisten Rumah Tangga ke IKN Ditanggung Negara
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.