Suku Bunga Wajib Turun Minimal Jadi 8,75 Persen

Reporter

Editor

Senin, 5 Januari 2009 15:29 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Ekonom menilai Bank Indonesia sudah harus menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) minimal 50 basis poin untuk mendongkrak kinerja perekonomian. Terlebih tren inflasi sudah berubah menjadi deflasi. Bank Indonesia berencana mengadakan Rapat Dewan Gubernur untuk menetapkan besaran BI Rate pada 7 Januari 2009.

Kepala Ekonom PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Joko Retnadi mengatakan deflasi kemungkinan besar akan terjadi mengingat daya beli masyarakat semakin merosot akibat maraknya pemutusan hubungan kerja. "BI Rate wajib turun minimal 50 basis poin. Ini untuk mendongkrak kredit konsumsi agar tidak mampet," kata Joko kepada Tempo di Jakarta, Senin (5/12).

Ekonom Indef Fadhil Hasan mengemukakan, BI sebaiknya menurunkan BI Rate sebesar 50 basis poin menjadi 8,75 persen pada awal 2009. "Tekanan inflasi dan adanya penurunan harga BBM sudah cukup untuk menurunkan BI Rate," katanya.

Dia menjelaskan bahwa Januari 2009 merupakan saat yang tepat memangkas BI Rate tersebut untuk menjaga ekspektasi. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pun, lanjut dia, sudah mulai stabil dan masih pada batas aman di kisaran Rp 11.000 per dolar.

Selain itu, dari perkembangan harga komoditas dan bahan kebutuhan pokok, sudah cukup untuk mendorong penurunan BI Rate. Terlebih, Pemerintah sudah berencana menggeliatkan sektor riil sebagai penggerak perekonomian dengan berbagai stimulus. "Jika suku bunga sudah rendah, para pengusaha sektor riil akan lebih mudah bangkit, terutama dalam mencari tambahan dana dari pinjaman perbankan," katanya.

Badan Pusat Statistik mencatat pada Desember 2008 terjadi deflasi 0,04 persen sehingga inflasi tahunan tercatat 11,06 persen. Deflasi terjadi di 27 kota dan 29 kota inflasi, yang didorong penurunan harga BBM. Deflasi terbesar terjadi di Ambon sebesar 1,4 persen. Deflasi paling rendah di Pekan Baru sebesar 0,03 persen.

Ketua Komite Tetap Fiskal dan Moneter Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bambang Soesatyo meminta Bank Indonesia menurunkan BI Rate menjadi 8,5 persen. "Penurunan BI rate akan melengkapi stimulus fiskal yang telah ditempuh pemerintah melalui penurunan harga bensin dan solar serta insentif pajak," ujar dia.

Selain faktor melemahnya tekanan inflasi, ada alasan lain yang mengharuskan koreksi terhadap suku bunga. Salah satunya adalah penurunan suku bunga sudah menjadi tren global sebagai upaya mereduksi dampak krisis finansial.

EKO NOPIANSYAH

Berita terkait

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

14 jam lalu

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

OJK mengungkap prediksi kredit bermasalah perbankan.

Baca Selengkapnya

Kepala Perwakilan BI Solo Sebut Kendala-kendala yang Masih Dihadapi UMKM

20 jam lalu

Kepala Perwakilan BI Solo Sebut Kendala-kendala yang Masih Dihadapi UMKM

Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) harus konsisten menerapkan kualitas hasil produksi jika ingin bisa bertahan di tengah dinamika ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

1 hari lalu

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyatakan pihaknya terus memperkuat sinergi dan mendukung upaya pengendalian inflasi daerah.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Berada di Rentang Rp15.900 - Rp16.025 per Dolar AS Hari Ini

1 hari lalu

Rupiah Diprediksi Berada di Rentang Rp15.900 - Rp16.025 per Dolar AS Hari Ini

Pada awal perdagangan Jumat pagi, rupiah turun 60 poin atau 0,38 persen menjadi Rp15.984 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

2 hari lalu

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

Survei BI mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer triwulan I 2024 tetap naik, tecermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial triwulan I 2024 sebesar 1,89 persen

Baca Selengkapnya

Penyebab Rupiah Melemah, Ini Analisis Direktur Laba Forexindo Berjangka

2 hari lalu

Penyebab Rupiah Melemah, Ini Analisis Direktur Laba Forexindo Berjangka

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memberikan analisis soal nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS belakangan ini.

Baca Selengkapnya

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

2 hari lalu

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

Rupiah melemah dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, apa saja?

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 15.923 per Dolar AS

2 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 15.923 per Dolar AS

Kurs rupiah hari ini ditutup menguat 104 poin ke level Rp 15.923 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat Setelah Rilis Indeks Harga Produsen Amerika Serikat Membaik

3 hari lalu

Rupiah Menguat Setelah Rilis Indeks Harga Produsen Amerika Serikat Membaik

Rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu ditutup menguat setelah rilis data inflasi Indeks Harga Produsen (PPI) Amerika Serikat menguat.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Suahasil Nazara Memperkirakan Suku Bunga the Fed Belum akan Turun Dalam Waktu Dekat, Rupiah Tertekan

4 hari lalu

Wamenkeu Suahasil Nazara Memperkirakan Suku Bunga the Fed Belum akan Turun Dalam Waktu Dekat, Rupiah Tertekan

Wamenkeu Suahasil Nazara memperkirakan suku bunga The Fed belum akan turun dalam waktu dekat, sehingga indeks dolar meningkat dan menekan nilai tukar rupiah.

Baca Selengkapnya