Ekonomi Bali 2022 Diprediksi Tumbuh 6,2 Persen, Ini Indikator dari BI

Kamis, 25 November 2021 04:47 WIB

Pekerj membersihkan fasilitas di kawasan Pantai Melasti, Badung, Bali, Selasa, 14 September 2021. Pemerintah menurunkan PPKM dari PPKM Level 4 menjadi PPKM Level 3 di seluruh wilayah kabupaten/kota di Provinsi Bali selama perpanjangan PPKM hingga 20 September 2021. ANTARA/Fikri Yusuf

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali pada 2022 tumbuh positif di kisaran 5,4 persen sampai 6,2 persen.

"Kami optimistis, Bali bisa bangkit lagi, tumbuh lagi," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali Trisno Nugroho saat menyampaikan Kilas Balik 2021, Prospek Ekonomi Bali 2021 dan Prospek Ekonomi Bali 2022 di Nusa Dua, Badung, Bali, Rabu 24 November 2021.

Trisno mengemukakan, dengan memperhatikan hasil-hasil survei, indikator-indikator, memperhatikan kondisi sistem keuangan, stabilitas harga serta keuangan pemerintah, pihaknya telah melakukan perhitungan secara teliti mengenai kinerja perekonomian tahun 2021 dan 2022.

Berdasarkan seluruh indikator itu, maka pertumbuhan ekonomi Bali hingga akhir 2021 diperkirakan berkisar pada -2,6 persen sampai -1,8 persen.

Ekonomi Bali pada triwulan III 2021 tercatat terkontraksi 2,91 persen (yoy) dan menjadi yang terendah di Indonesia karena kebijakan pembatasan mobilitas PPKM, setelah sempat tumbuh positif 2,88 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya.

"Sementara itu, untuk tahun 2022, beberapa indikator diperkirakan semakin membaik sehingga pertumbuhan ekonomi akan berkisar pada 5,4 persen sampai dengan 6,2 persen," ucap Trisno. Proyeksi Bali tersebut lebih tinggi dibandingkan nasional yang diperkirakan tumbuh 4,6-5,4 persen pada 2022.

<!--more-->

Menurut Trisno, ada sejumlah faktor pendorong pertumbuhan ekonomi yakni pemulihan kegiatan masyarakat seiring gencarnya vaksinasi, pemulihan pariwisata domestik, potensi dari penyelenggaraan sejumlah kegiatan internasional seperti KTT G20 dan kelanjutan proyek investasi dan infrastruktur.

"Namun, ada pula sejumlah faktor penahan seperti pemulihan kunjungan wisman yang masih sangat terbatas, tertahannya pendapatan pemerintah daerah, perilaku wait and see dari pelaku usaha," ujar Trisno.

Ia menambahkan dalam jangka pendek, pemulihan perekonomian Bali juga masih tergantung pada kedatangan wisatawan ke Bali dengan tantangan berupa kenaikan kasus COVID-19 global dan kebijakan pembatasan mobilitas.

Di samping itu, juga kebijakan restriksi beberapa negara pasar utama wisman Bali dan tingkat kepercayaan diri wisatawan untuk bepergian juga masih terbatas.

Di sisi lain, kata Trisno, tingkat harga di Bali tergolong stabil. Pada Oktober 2021, Bali mengalami inflasi sebesar 1,45 persen (yoy), lebih rendah dibanding nasional sebesar 1,66 persen (yoy).

Tekanan harga yang terjadi bersumber dari meningkatnya tekanan harga volatile food, yang menjadi faktor utama yakni minyak goreng, daging ayam ras, daging babi dan tongkol yang diawetkan.

<!--more-->

Sementara itu, Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra yang hadir mewakili Gubernur Bali mengajak untuk bersama-sama menjaga momentum ekonomi Bali yang sudah bergerak positif dan membaik, meskipun masih mengalami kontraksi sebesar 2,91 persen pada triwulan III 2021.

Di samping itu, menurut dia, kasus COVID-19 yang sudah melandai harus terus dikendalikan karena menjadi prakondisi untuk pemulihan ekonomi dan pariwisata

"Ini merupakan tugas bersama, sejauhmana disiplin prokes dan upaya pencegahan penyebarannya. Kalau COVID bisa dilandaikan di Bali, di nasional, bahkan global, maka pariwisata Bali perlahan bisa dilakukan pemulihan dan ekonomi beranjak naik," ucapnya.

Dewa mengatakan pemprov setempat sudah mendesain paradigma baru ekonomi Bali yang dinamakan Ekonomi Kerti Bali dengan menciptakan kekuatan ekonomi di luar pariwisata.

"Pariwisata selama ini tidak sepenuhnya atau belum optimal memberikan manfaat bagi masyarakat lokal Bali," ujarnya.

Oleh karena itu, kata Dewa. dengan paradigma ekonomi Bali yang baru dengan mengoptimalkan sumber daya lokal yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, budaya dan kreativitas untuk mendorong dan menggerakkan pertumbuhan ekonomi.

BACA: Banyak Vila di Bali Mati Suri, Pengusaha Sebut Butuh Rp 50 Juta untuk Reaktivasi

Advertising
Advertising

Berita terkait

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

22 jam lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

KemenKopUKM Pastikan Kebijakan Pemerintah Berpihak pada Pelaku UMKM

1 hari lalu

KemenKopUKM Pastikan Kebijakan Pemerintah Berpihak pada Pelaku UMKM

KemenkopUKM tidak menemukan aturan yang melarang secara spesifik warung Madura untuk beroperasi sepanjang 24 jam dalam Perda Kabupaten Klungkung

Baca Selengkapnya

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

1 hari lalu

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

Proyek Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) yang sedang dibangun di Pelabuhan Benoa, Bali, harus memberi manfaat yang besar bagi masyarakat Bali.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

2 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

2 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

2 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

2 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

2 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

2 hari lalu

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

3 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya