TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Badung Bali I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya bercerita masih banyak akomodasi di Pulau Dewata yang mati suri. Pengelola penginapan, khususnya vila, terpaksa menutup sementara usahanya selama hampir dua tahun akibat tingkat kunjungan wisatawan yang rendah.
“Masih banyak yang off temporary. Temporary-nya lama dan mau dibuka harus ada working capital (modal kerja),” ujar Rai saat dihubungi Tempo, Selasa, 23 November 2021.
Meski kunjungan wisatawan domestik telah meningkat pasca-pelonggaran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), jumlah pergerakan yang ada saat ini belum dirasakan secara merata oleh penyedia jasa akomodasi. Minat menginap di kawasan Seminyak, Legian, dan Kuta, misalnya, masih sangat rendah.
Pertambahan jumlah kunjungan tamu domestik pun hanya terpusat di titik-titik tertentu, seperti Nusa Dua dan Canggu. Walhasil dari total kamar hotel, vila, dan penginapan di Bali yang berjumlah 146 ribu, 35 persen di antaranya belum beroperasi hingga akhir 2021.
Di tengah himpitan persoalan tingkat okupansi kamar yang rendah, penyedia jasa akomodasi menghadapi persoalan modal kerja saat hendak mereaktivasi usahanya. Untuk mengoperasikan kembali vila atau hotel, pengusaha membutuhkan minimal Rp 50 juta untuk biaya renovasi hingga persiapan menerima tamu.
“Kan 1,5 tahun vila tidak ditempati banyak yang rusak. Misalnya pool (kolam renang), airnya harus diganti. Lalu AC harus diservis, at least satu vila Tp 50 juta pasti habis. kalau punya 25 vila bayangkan Rp 2,5 miliar bisa habis,” ujar Rai.
Rai mendukung pemerintah untuk segera membuka pintu perbatasan bagi wisatawan asing tanpa karantina melalui skema vaccinated travel lanes (VTL). Telah diterapkan di negara lain, seperti Thailand, VTL dianggap sukses meningkatkan jumlah wisatawan asing sehingga sektor pariwisata di negara tersebut beranjak pulih.
“Kalau sekarang jumlah wisatawan wisdom (lokal) rata-rata 1.500 kan nothing. Kalau VTL dibuka, averrage okupansi kita bisa sekitar 40 persen. Memang tidak signfiikan tapi ini bisa memberikan optimisme pelaku usaha yang sudah hampir 2 tahun ini berada dalam keprihatinan,” tutur Rai.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA
BACA: Qatar Airways Siap Kembali Terbang ke Bali 3 Kali Sehari