Laju Rupiah Pekan Terakhir Oktober Diprediksi Fluktuatif
Reporter
Tempo.co
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Jumat, 22 Oktober 2021 22:05 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi menyampaikan, dolar menguat terhadap mata uang lainnya pada Jumat, 22 Oktober 2021, dan rupiah ditutup di rentang Rp 14.100 hingga Rp 14.140.
“Dalam perdagangan akhir pekan, rupiah ditutup stagnan walaupun sebelumnya sempat melemah 40 point di level Rp 14.122 dari penutupan sebelumnya di level Rp 14.123. Sedangkan untuk perdagangan minggu depan, tepatnya Senin, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif. Namun, ditutup melemah di rentang Rp 14.100 hingga Rp 14.140,” papar Ibrahim, pada Jumat, 22 Oktober 2021.
Ibrahim juga memaparkan, bahwa terdapat faktor internal dan faktor eksternal yang mendorong indeks dolar menjadi meningkat. Salah satu faktor internal yang ada, yaitu pandemi covid-19 yang terjadi di Indonesia.
Covid-19 menjadi pelajaran yang berharga dan bisa menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk melangkah ke depan, menuju Indonesia yang lebih baik dan fundamental ekonomi yang semakin kokoh. Pandemi juga memberikan banyak pelajaran penting bagi seluruh golongan masyarakat, dengan mengekspos hal-hal yang masih perlu diperkuat di Indonesia.
“Hal-hal tersebut antara lain sistem dan layanan kesehatan, logistik dan infrastruktur, digital technology, juga kompetensi sumber daya manusia. Selain tantangan dan pelajaran berharga, pandemi ini juga membuka begitu banyak peluang bagi Indonesia untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi nasional,” papar Ibrahim.
Salah satu peluang Indonesia, yaitu melakukan reformasi terhadap regulasi yang selama ini tumpang tindih, serta adanya kesempatan untuk melakukan konsolidasi domestik. Pada tahun 2020, saat pandemi menggoyang ekonomi global sehingga foreign direct investment ke Indonesia turun signifikan. Namun ekonomi tetap relatif lebih baik dibandingkan negara lain karena kita ditopang oleh investasi domestik.
<!--more-->
Berbagai peluang kolaborasi dengan sejumlah investor, baik investor dalam negeri dan investor global. Para investor memiliki ketertarikan yang tinggi untuk berinvestasi di Indonesia, terlebih lagi Indonesia terus membenahi ekosistem investasi, kepastian regulasi, serta proses investasi yang jelas dan transparan.
Investasi memegang peranan penting dalam rangka mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini sesuai dengan arahan Presiden RI Joko Widodo, bahwa transformasi ekonomi harus didorong untuk mengarah pada hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah. Dimana, Indonesia tidak boleh dikenal dunia sebagai pengimpor bahan baku mentah.
Selain faktor internal, terdapat faktor eksternal yang menguatkan indeks dollar pada minggu ini. Federal Reserve AS harus membiarkan neraca $8 triliun berkurang selama beberapa tahun ke depan, Gubernur Fed Christopher Waller mengatakan pada hari Kamis. Tren penurunan dolar memberikan beberapa bantuan dari imbal hasil obligasi AS yang lebih tinggi dan meningkatkan taruhan bahwa bank sentral secara global dapat segera memulai pengurangan aset.
“Rekannya, Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic, mengatakan dia memperkirakan inflasi yang tinggi akan bertahan hingga 2022 dan bank sentral AS harus menaikkan suku bunga pada akhir 2022. Ketua Fed Jerome Powell juga akan mengambil bagian dalam diskusi panel kebijakan di kemudian hari,” papar Ibrahim.
Menurut Reuters, Bank of Japan tengah mempertimbangkan apakah akan menghapus program pinjaman COVID-19 jika jumlah kasus COVID-19 di negara itu terus turun. Jika memutuskan untuk menghapus program secara bertahap, bank sentral berpotensi keluar dari kebijakan mode krisis utama lebih cepat dari yang diharapkan.
Sementara itu, menurut data yang dirilis di Jepang pada hari sebelumnya, indeks harga konsumen inti (CPI) nasional Jepang tumbuh 0,1 persen tahun ke tahun di bulan September. Data tersebut juga menunjukkan bahwa IHK nasional yang tumbuh 0,4 persen bulan ke bulan dan 0,2 persen tahun ke tahun.
Fairuz Amanda Putri
BACA: Laju Nilai Tukar Rupiah Besok Diprediksi Kembali Terkoreksi