Ini Penampakan Kereta LRT Jabodebek yang Diklaim Mulai Beroperasi 2022
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Selasa, 19 Oktober 2021 09:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta – Dua rangkaian kereta layang ringan (LRT) terparkir di Stasiun Harjamukti, Cibubur, Senin petang, 18 Oktober 2022. Keduanya berada di jalur berlainan, berhadap-hadapan, dengan jarak satu sama lain sekitar 300 meter.
“Kereta ini sedang menjalani uji integrasi antara sarana dan prasarana. Uji integrasi telah berjalan tiga bulan dan akan berlangsung selama sembilan total sebelum commercial operation date,” ujar Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pembangunan Prasarana LRT Jabodebek Ferdian Suryo Adhi Pramono saat ditemui lokasi proyek LRT di Cibubur, Senin, 18 Oktober.
Kedua kereta yang masing-masing memiliki enam gerbong alias car itu melengkapi 31 rangkaian kereta LRT yang telah selesai diproduksi oleh PT INKA. Sebanyak 31 kereta nantinya akan beroperasi mengangkut penumpang di lintas Cibubur-Cawang, Cawang-Dukuh Atas, dan Cawang-Bekasi dengan panjang lintasan 44,43 kilometer.
Sepur ringan yang dibuat di pabrik INKA di Madiun secara bertahap dikirim ke Jakarta sejak 2019. Pengiriman terakhir berlangsung pada pekan kedua, Oktober 2021.
Dua tahun berada di jalur LRT Jabodebek dan belum kunjung beroperasi secara komersial, Ferdian mengatakan kereta tersebut telah menjalani perawatan rutin. Bila terjadi masalah, kereta akan dikembalikan ke Madiun untuk diperbaiki.
Hampir setiap hari, Ferdian mengklaim, pihak INKA melakukan pengujian kereta secara bergantian. Saat ini, kereta sedang menjalani uji integrasi untuk memastikan sistem persinyalnya terkoneksi sesuai dengan standar keamanan. Saat Tempo berkunjung ke lokasi proyek, tim INKA sedang bersiap mengoperasikan kereta.
“Kami biasa melakukan pengujian pada malam hari karena ada window time-nya,” ujar Ferdian.
<!--more-->
Rangkaian kereta LRT masing-masing memiliki dua kabin. Satu kabin berada di muka sepur dan yang lain terletak di bagian ekornya. Keduanya sama-sama berfungsi sebagai ruang kendali. Di belakang mesin kendali, ada kursi untuk train attendant.
Train attendant tidak bertugas menjalankan kereta. Karena kereta beroperasi otomatis atau tanpa awak, train attendant hanya akan memastikan bahwa sepur berjalan tanpa masalah. Adapun operasional kereta mengandalkan sistem persinyalan.
Sistem persinyalan LRT Jabodebek ini dikerjakan oleh PT Adhi Karya dengan subkontraktor PT Len Industri. Sistem tersebut menggunakan teknologi moving block signal dengan software dari Siemens AG Jerman. Dalam kondisi darurat atau ada kerusakan di arena tertentu, sistem LRT akan mengirim sinyal ke train attendant agar kereta dapat dikendalikan secara manual dan berhenti di stasiun berikutnya.
Ferdian mengatakan uji integrasi sistem persinyalan membutuhkan waktu sekurang-kurangnya sembilan bulan. Sistem persinyalan memegang peran besar dalam penyelesaian proyek prasarana LRT sehingga prosesnya berlangsung cukup lama. “Jadi LRT tidak bisa dihitung progressnya kalau belum lulus uji secara keseluruhan. Nah, sistem persinyalan itu overall 15 persen (dari total penyelesaian prasarana),” tutur Ferdian.
Berbeda dengan gerbong moda raya terpadu (MRT) dan kereta rel listrik (KRL), LRT memiliki bodi kereta yang lebih ramping. Lebar kereta itu memiliki lebar badan 2.650 milimeter dengan tinggi atap maksimal 3.600 milimeter.
Dalam kondisi normal, kereta mampu menampung 740 penumpang dan kondisi padat 1.308 orang. Masing-masing car memiliki 32 tempat duduk berhadap-hadapan. Satu rangkaian tempat duduk terdiri atas empat kursi dan seluruhnya dipisahkan oleh pintu. Saat Tempo berkunjung, tempat duduk dan lantai kereta itu masih dalam kondisi terbungkus plastik.
<!--more-->
Bila tak ada aral melintang, sepur ringan ini akan beroperasi secara komersial pada pertengahan 2022. Target pengoperasian komersial ini molor dari target yang semula ditetapkan dapat berjalan pada 2021.
Mundurnya proyek disebabkan oleh penyelesaian pembebasan lahan di Depo Jatimulya, Bekasi. Depo merupakan bagian vital dari pembangunan LRT karena merupakan pusat operation control center (OCC).
Ferdian menjelaskan saat ini pembebasan lahan LRT, termasuk depo, telah selesai. Untuk pembangunan Depo Jatimulya, ia menyebut penyelesaian proyek sudah mencapai 60 persen.
Kontraktor, kata dia, tengah mengejar penyelesaian proyek untuk area light maintenance dan heavy maintenance yang diperkirakan kelar pada awal tahun. Adapun secara keseluruhan untuk pembangunan prasarana, proyek LRT rute Cawang-Cibubur, Cawang-Dukuh Atas, dan Cawang-Bekasi telah mencapai 87,6 persen per 18 Oktober.
Ferdian melanjutkan, PT Kereta Api Indonesia (Persero) telah mengusulkan harga layanan kereta layang ringan kepada Kementerian Perhubungan sebesar Rp 12-15 ribu. Harga tersebut untuk layanan fase pertama rute Cibubur-Dukuh Atas.
“Itu secara hitungan yang diajukan oleh KAI. Namun range ini masih dalam pembahasan di Kementerian Perhubungan,” ujar Ferdian.
BACA: Proyek LRT Mundur 1 Tahun, Begini Dampaknya ke Biaya Investasi
FRANCISCA CHRISTY ROSANA