Profil Sam Bankman-Fried, Anak Muda Terkaya dari Kripto Berharta Rp 320 Triliun
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Kamis, 7 Oktober 2021 17:17 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pendiri FTX, Sam Bankman-Fried, masuk ke dalam daftar orang terkaya yang dirilis oleh Forbes dengan total harta US$ 22,5 miliar atau sekitar Rp 320 triliun (asumsi kurs Rp 14.212 per dolar AS). Pundi-pundi kekayaan yang dikumpulkannya sebelum berusia 30 tahun itu didapat dari kripto.
Padahal, sebelumnya Bankman-Fried tak pernah benar-benar percaya pada aset digital tersebut. Bahkan, empat tahun yang lalu, ia belum memiliki satu Bitcoin pun.
Tapi kini, di usianya yang belum genap 39 tahun tersebut, Sam Bankman-Fried masuk ke dalam Forbes 400 tahun ini dan berada di urutan ke-32. Sebelumnya, namanya juga masuk dalam daftar Forbes 2021 30 Under 30 dalam kategori keuangan.
Sebelum terjun ke dunia kripto, Bankman-Fried kuliah dan meraih sarjana fisika di MIT, tapi semuanya dijalani dengan setengah-setengah. Setelah lulus, ia mengambil pekerjaan keuangan dengan gaji tinggi yakni memperdagangkan ETF untuk perusahaan quant Jane Street Capital, dan menyalurkan sebagian dari gaji enam digitnya untuk tujuan filantropi.
Pada tahun 2017, ia berhenti dari pekerjaannya dan meluncurkan Alameda Research, perusahaan perdagangan cryptocurrency kuantitatif dengan sekitar US$ 1 juta dari tabungan teman dan keluarga. Pria kelahiran tahun 1992 itu lalu mendirikan toko di Berkeley, California, Airbnb dengan beberapa lulusan perguruan tinggi dan bekerja keras dalam perdagangan arbitrase.
Bankman-Fried saat itu memperhatikan jika dirinya membeli Bitcoin di Amerika Serikat dan menjualnya di Jepang maka akan memeroleh 30 persen lebih banyak. Hingga suatu saat, para staf harus berhenti bekerja dan mengerumuni situs web valuta asing karena tidak dapat mengonversi yen Jepang ke dolar dengan cepat.
Puncaknya, pada Januari 2018, ia mengatakan bahwa dirinya memindahkan Bitcoin senilai US$ 25 juta setiap hari. Karena tak puas dengan kualitas pertukaran kripto utama, ia lalu memulai untuk fokus pada pertukarannya sendiri.
<!--more-->
Berikutnya, pada tahun 2019, ia mengambil sebagian keuntungan dari Alameda dan US$ 8 juta yang dikumpulkan dari beberapa perusahaan VC yang lebih kecil dan meluncurkan FTX. Dengan cepat, Bankman-Fried menjual sepotong ke Binance, pertukaran crypto terbesar di dunia berdasarkan volume, sekitar US$ 70 juta.
Bankman-Fried dan karyawannya lalu kemudian mencoba memikat para pedagang ke bursa baru mereka. Dia segera menemukan ceruk yang melayani investor yang lebih canggih yang ingin memperdagangkan derivatif.
Akhirnya, mereka cenderung melakukan banyak perdagangan secara substansial daripada rata-rata investor ritel. Hal ini mengarah lebih ke banyak biaya untuk FTX yang mengambil potongan antara 0,005 persen dan 0,07 persen dari setiap transaksi.
Dalam dua tahun melayani pedagang yang lebih canggih, FTX kemudian menjadi besar. Volume perdagangan derivatif harian rata-ratanya mencapai US$ 11,5 miliar atau Rp 163 triliun dan menjadikannya pertukaran derivatif terbesar keempat.
Kecepatan eksekusi Bankman-Fried tersebut telah menarik banyak perhatian investor. Walhasil, pada tahun 2020 dan tahun kini, FTX bisa menarik berbagai perusahaan modal ventura.
Bankman-Fried juga telah menggelontorkan ratusan juta dolar untuk pemasaran yakni US$ 210 juta untuk mencap logo FTX di liga esports terkemuka TSM, US$ 135 juta untuk mengubah citra arena Miami Heat dan US$ 17,5 juta untuk mengganti nama lapangan sepak bola UC Berkeley.
Tak berhenti di situ, Bankman-Fried juga ingin bergerak melampaui kripto. Tahun lalu, ia mengarahkan FTX ke pasar prediksi, yang memungkinkan para pedagang bertaruh pada hasil dari peristiwa dunia nyata seperti Super Bowl dan pemilihan presiden. Harapannya, suatu saat pelanggan dapat membeli dan menjual segala sesuatu mulai dari opsi panggilan Ethereum hingga saham Microsoft atau reksa dana di FTX.
Baca: Bitcoin Melejit ke Rp 781,6 Jutaan, Ada Andil George Soros?