Semester I 2021, Holding BUMN Farmasi Bukukan Pendapatan Rp 15,26 Triliun
Reporter
Ahmad Fikri (Kontributor)
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Senin, 27 September 2021 10:00 WIB
TEMPO.CO, BANDUNG - Bio Farma, Kimia Farma, dan Indofarma yang tergabung dalam Holding BUMN Farmasi membukukan pendapatan Semester 1/2021 Rp 15,26 triliun. Pendapatan tersebut naik 164 persen dibandingkan tahun 2020 yang membukukan pendapatan Rp 5,78 triliun.
Bio Farma membukukan pendapatan paling besar menembus Rp 8,12 triliun. Diantaranya berasal dari penugasan pemerintah untuk program vaksin Covid-19 Rp 7,97 triliun, serta vaksinasi gotong royong Rp 144,3 miliar.
Bio Farma membukukan pendapatan di luar program vaksin Covid-19 menembus Rp 985 miliar. Atau setara 84,39 persen yang ditargetkan pada Semester 1/2021.
“Pencapaian ini terdiri dari penjualan ekspor yang mencapai Rp 549 miliar, dan untuk penjualan dalam negeri (pemerintah), mencapai Rp 66,39 miliar, atau baru terealisasi 59,8 persen dari yang dianggarkan," kata Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir, dikutip dari siaran pers, Senin, 27 September 2021.
Honesti mengatakan, penjualan produk Bio Farma pada sektor swasta menembus Rp 431 miliar. "Penjualan sektor swasta, mencapai Rp 431 miliar, atau sudah mencapai 105 persen dari yang dianggarkan sebesar Rp 411 miliar," kata dia.
Hampir separuh penjualan pafa sektor swasta tersebut berasal dari produk inovasi yang lahir di masa pandemi. Bio Farma bersama perusahaan start-up merilis Rapid Test polymerase chain reaction (RT-PCR) yakni alat diagnostik kit untuk mendeteksi virus Covid-19 pada Semester 2/2020.
"68,86 persen dari total penjualan dalam negeri sektor swasta diperoleh dari penjualan untuk RT-PCR dengan nama M-BioCov, mencapai Rp 283 miliar," kata Honesti.
<!--more-->
Sementara anggota Holding BUMN Farmasi lainnya pada Semester 1/2021, yakni Kimia Farma membukukan pendapatan Rp 5,56 triliun. Berasal dari penjualan produk pihak ketiga Rp 4,1 triliun, serta vaksin gotong royong Rp 402,9 miliar.
Indofarma pada Semester 1/2021 membukukan pendapatan Rp 849,33 miliar. Berasal diantaranya dari penjualan obat generik berlogo dan ethical Rp 492,79 miliar, sisanya dari penjualan alat kesehatan, multivitamin, dan lainnya.
Honesti mengklaim, kinerja Holding BUMN Farmasi di luar penugasan pemerintah menghadapi pandemi Covid-19 masih in the track. Kendati diakuinya ada sejumlah tantangan yang dihadapi, diantaranya penjualan produk ekspor yang terkendala lockdown beberapa negara yang menerima produk Holding Farmasi.
Holding BUMN Farmasi dibentuk 31 Januari 2020, dua bulan sebelum pandemi Covid-19. Terdiri dari Bio Farma sebagai induknya, bersama Kimia Farma, dan Indofarma sebagai anak perusahaannya. Holding tersebut memiliki 13 pabrik, 78 jaringan apotek, seeta 560 laboratorium klinik di Indonesia.
Honesti mengatakan, prioritas Holding saat ini menata ulang portofolio produk terutama untuk Kimia Farma dan Indofarma agar keduanya memiliki diversitas dan fokus jenis produk yang berbeda.
"Penataan ulang portofolio produk ini, menjadi prioritas kami, mengingat produk Kimia Farma dan Indofarma, ada yang saling beririsan. Hal ini kami lakukan agar dapat memenuhi kebutuhan pemerintah akan obat dan dapat menurunkan harga produk yang saling bersaing," kata Honesti.
Holding Farmasi sudah menetapkan jenis produk yang akan dihasilkan oleh masing-masing entitas baik Kimia Farma yang fokus dengan produk chemical, serta Indofarma dengan produk herbal dan alkes
BACA: 90 Persen Bahan Baku Impor, Bos Bio Farma: Industri Farmasi di RI Tidak Sehat
AHMAD FIKRI