PTPN Divestasi Aset, Bagaimana Nasib Saham Pemerintah?
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Senin, 20 September 2021 14:09 WIB
TEMPO.CO, Jakarta – Holding PT Perkebunan Nusantara (PTPN Group) telah resmi membentuk Sugar Co atau PT Sinergi Gula Nusantara sebagai subholding dengan nilai investasi di atas Rp 20 triliun. Langkah ini merupakan upaya restrukturisasi perusahaan untuk meningkatkan produksi olahan tebu dalam negeri guna mencapai target swasembada gula konsumsi.
Direktur Utama PTPN III Mohammad Abdul Ghani mengatakan PTPN akan melakukan divetasi atau pelepasan saham ke pihak swasta untuk mendanai SugarCo. Berdasarkan persetujuan Presiden Joko Widodo atau Jokowi, porsi saham yang akan digenggam investor adalah 49 persen.
Dengan demikian, pemerintah tetap memiliki andil terbesar dalam posisi saham perusahaan pelat merah.
“Jadi dengan ini, PTPN tetap sebagai mayoritas pemegang saham dan kita juga memintakan ada pakta non-deduktif. Kapan pun kita tetap mayoritas, negara tetap mengendalikan (saham),” ujar Gani dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR, Senin, 20 September 2021.
Gani menyebut PTPN Group tengah meminta izin kepada lender perihal aksi korporasi tersebut. Ia memastikan proses ini membutuhkan persetujuan para lender. Adapun persetujuan dari kreditur bakal dilakukan setelah perhitungan valuasi aset kelar.
Menurut Gani, tahap-tahap restrukturisasi telah dikawal oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) agar seluruh prosesnya berjalan akuntabel, responsibel, dan tidak melanggar aturan. Sementara itu ihwal aset-aset yang dilepas, dia memastikan hanya pabrik gula yang ditawarkan kepada investor. Divestasi pun tidak menyentuh pada lahan tebu.
<!--more-->
“Jadi perusahaan ini nanti kerja sama dengan PTPN pemilik HGU, pakai organsasi PTPN lama, untuk menanam dan mengelola tebunya. Kemudian juga tanah rakyat,” kata Gani.
Gani melanjutkan, PTPN tidak akan sembarangan dalam menggandeng investor. Mereka yang berniat menanam modal harus memenuhi kriteria tertentu, yakni merupakan pemain on farm dan off farm, memiliki jaringan ke industri gula luar negeri, dan kuat secara pendanaan.
Menurut Gani, PTPN membutuhkan dana besar lantaran banyak pabrik gula perusahaan yang akan dibangun ulang. Pabrik gula yang ada saat ini disebut-sebut merupakan tinggalan era 1.200-an sehingga tidak layak direvitalisasi. “Harus dibongkar ganti baru. Bahkan di beberapa tempat, kami akan bangun pabrik lagi. Contohnya kami buat akan kaji, mungkin di lampung buat 1 pabrik lagi,” tutur Gani.
Dengan divestasi ini, dia berharap produktivitas petani meningkat dan memperkuat daya saing. Selama ini, produktivitas petani gula terus menurun bahkan hanya 5 ton per tahun per hektare.
BACA: Erick Thohir Dorong Holding BUMN Perkebunan Tebu dan Gula
FRANCISCA CHRISTY ROSANA