Eks Bos Bank Dunia Diduga Tekan Staf untuk Naikkan Peringkat Cina

Reporter

Bisnis.com

Jumat, 17 September 2021 14:48 WIB

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva pada konferensi pers pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank World Bank's 2019 Annual Fall Meetings di Washington, AS, 17 Oktober 2019. [REUTERS / Mike Theiler]

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva
pada Kamis, 16 September 2021, membantah temuan penyelidikan independen soal kejanggalan laporan Ease of Doing Business atau Kemudahan Berbisnis saat dia bekerja di Bank Dunia. Temuan investigasi itu mensinyalir Georgieva menekan staf Bank Dunia guna mengubah metode peringkat Kemudahan Berbisnis untuk menghindari kemarahan Cina.

Akibat temuan yang mengindikasikan kejanggalan pada edisi 2018 dan 2020, Bank Dunia mengumumkan menghentikan laporan peringkat Kemudahan Berbisnis.

Georgieva, warga negara Bulgaria yang memimpin IMF sejak Oktober 2019, menolak kesimpulan investigasi independen mengenai perannya mengubah peringkat laporan Kemudahan Berbisnis.

"Saya secara fundamental tidak setuju dengan temuan dan interpretasi Investigasi Penyimpangan Data terkait peran saya dalam laporan Doing Business Bank Dunia 2018," katanya dalam sebuah pernyataan dikutip Channel News Asia.

Menurut Channel News Asia, tuduhan itu dapat merusak reputasinya, dan memberikan dasar bagi kritik lama AS terhadap organisasi multilateral dan perlakuan mereka terhadap Cina.

"Ini adalah temuan serius," tulis Kementerian Keuangan AS dalam sebuah pernyataannya. Karena itu, Kementerian Keuangan AS tengah menganalisis laporan ini.

"Tanggung jawab utama kami adalah menegakkan integritas lembaga keuangan internasional," kata Kementerian Keuangan AS.

Akibat temuan tersebut, Georgieva harus menjelaskannya ke dewan IMF. Dewan IMF akan bertemu untuk membahas masalah ini, tetapi tidak jelas kapan.
<!--more-->
Justin Sandefur dari Center for Global Development, yang banyak menulis tentang masalah dalam metodologi laporan Kemudahan Berbisnis, mengatakan semua pihak perlu mendengar sisi cerita dari Georgieva.

"IMF bertugas memantau integritas data makroekonomi dan keuangan internasional, dan keterlibatan pimpinan IMF dalam manipulasi data adalah tuduhan yang cukup memberatkan," katanya. "Itu memang tampak seperti pukulan pada kredibilitas mereka."

Laporan tersebut memeringkat negara-negara berdasarkan peraturan bisnis dan reformasi ekonomi mereka, dan telah menyebabkan pemerintah berebut tempat yang lebih tinggi untuk menarik investor.

Menurut penyelidikan independen dari firma hukum WilmerHale, Beijing mengeluh tentang peringkatnya di posisi ke-78 dalam daftar Kemudahan Berbisnis pada 2017. Laporan untuk 2018 pun diperkirakan menunjukkan Beijing turun lebih jauh.

Staf Bank Dunia yang berbasis di Washington sedang mempersiapkan edisi 2018 sementara para pemimpin tengah terlibat dalam negosiasi sensitif untuk meningkatkan modal pinjamannya, yang bergantung pada kesepakatan dengan Cina dan Amerika Serikat.

Dalam minggu-minggu terakhir sebelum laporan itu dirilis pada akhir Oktober 2017, Presiden Bank Dunia Jim Kim dan Georgieva meminta staf untuk memperbarui metodologi sehubungan dengan Cina, menurut penyelidikan firma hukum WilmerHale yang diminta oleh komite etik Bank Dunia.

Advertising
Advertising

Kim membahas peringkat Kemudahan Berbisnis dengan pejabat senior Cina yang kecewa dengan peringkat Cina. Para pembantu Kim pun mengangkat masalah bagaimana meningkatkannya, menurut ringkasan penyelidikan yang dirilis Bank Dunia.

Hal ini dianggap sebagai salah satu prestasi Kim bahwa dia menggiring kesepakatan untuk peningkatan US$ 13 miliar sumber daya Bank Dunia. Tawar menawar itu membutuhkan dukungan dari presiden AS pada saat itu Donald Trump, yang menentang pinjaman lunak ke Cina, dan dari Beijing, yang setuju untuk membayar lebih banyak untuk pinjaman.
<!--more-->
Di tengah tekanan dari manajemen atas, staf mengubah beberapa data input sehingga meningkatkan peringkat Cina pada 2018 sebanyak tujuh peringkat menjadi 78 - sama seperti tahun sebelumnya.

Hal ini terungkap penyelidikan yang menganalisis 80 ribu dokumen dan mewawancarai lebih dari tiga lusin karyawan yang masih menjabat dan yang telah tidak lagi menjabat.

Georgieva mengecam seorang pejabat senior Bank Dunia karena salah menangani hubungan Bank Dunia dengan Cina dan gagal menghargai pentingnya laporan Kemudahan Berbisnis bagi negara.

Setelah perubahan dibuat, dia berterima kasih padanya karena melakukan bagiannya untuk multilateralisme, menurut laporan penyelidikan tersebut.

Georgieva kemudian mengunjungi rumah manajer yang bertanggung jawab atas laporan tersebut untuk mengambil salinannya, dan berterima kasih kepada mereka karena telah membantu menyelesaikan masalah.

Paul Romer, pemenang Hadiah Nobel yang menjabat sebagai kepala ekonom Bank Dunia pada saat itu, mengundurkan diri pada Januari 2018 setelah memberi tahu seorang reporter bahwa metodologi untuk pemeringkatan telah diubah sedemikian rupa sehingga dapat memberi kesan pertimbangan politik memengaruhi hasil.

Pada saat itu, Bank Dunia dengan keras menyangkal adanya pengaruh politik atas peringkat tersebut. Investigasi juga menemukan perubahan yang tidak tepat dalam laporan Ease of Doing Business 2020 yang memengaruhi peringkat Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Azerbaijan.

Berita terkait

Top 3 Dunia: AstraZeneca Ada Efek Samping dan Unjuk Rasa Pro-Palestina

1 jam lalu

Top 3 Dunia: AstraZeneca Ada Efek Samping dan Unjuk Rasa Pro-Palestina

Top 3 dunia, AstraZeneca, untuk pertama kalinya, mengakui dalam dokumen pengadilan bahwa vaksin Covid-19 buatannya dapat menyebabkan efek samping

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

10 jam lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

11 jam lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

Komandan Jenderal Angkatan Darat AS Wilayah Pasifik Kunjungan Kerja ke Markas Besar TNI

16 jam lalu

Komandan Jenderal Angkatan Darat AS Wilayah Pasifik Kunjungan Kerja ke Markas Besar TNI

Komandan Jenderal Angkatan Darat Amerika Serikat untuk wilayah Pasifik (USARPAC) kunjungan kerja ke Markas Besar TNI, Jakarta pada 21-23 April 2024

Baca Selengkapnya

Universitas Columbia Ancam Keluarkan Mahasiswa Demonstran Pro-Palestina

16 jam lalu

Universitas Columbia Ancam Keluarkan Mahasiswa Demonstran Pro-Palestina

Universitas Columbia mengancam akan mengeluarkan mahasiswa pro-Palestina yang menduduki gedung administrasi Hamilton Hall.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

16 jam lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Otoritas Otomotif AS Investigasi 2 Juta Mobil Tesla yang Direcall, Sebab...

17 jam lalu

Otoritas Otomotif AS Investigasi 2 Juta Mobil Tesla yang Direcall, Sebab...

Investigasi baru NHTSA berfokus pada pembaruan perangkat lunak dari Tesla untuk memperbaiki masalah ini pada bulan Desember.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

20 jam lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Ratusan Polisi New York Serbu Universitas Columbia untuk Bubarkan Demonstran Pro-Palestina

22 jam lalu

Ratusan Polisi New York Serbu Universitas Columbia untuk Bubarkan Demonstran Pro-Palestina

Ratusan polisi Kota New York menyerbu Universitas Columbia untuk membubarkan pengunjuk rasa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

HAM PBB Prihatin Penangkapan Mahasiswa Pro-Palestina

23 jam lalu

HAM PBB Prihatin Penangkapan Mahasiswa Pro-Palestina

Komisaris Tinggi HAM PBB prihatin atas tindakan hukum membubarkan aksi pro-Palestina di sejumlah universitas di Amerika Serikat

Baca Selengkapnya