Sebaiknya Negara Kembangkan SDA atau SDM Dulu? Ini Kata Arcandra Tahar

Rabu, 8 September 2021 17:51 WIB

Komisaris Utama PGN Arcandra Tahar memberikan keterangan usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di kantor pusat PT PGN di Jakarta, Selasa, 21 Januari 2020. Ia juga memohon dukungan kepada seluruh direksi dan komisaris agar bisa bekerja sama dengan lebih baik untuk meningkat kinerja PGN. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar membahas mengenai strategi pengembangan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Menurut dia, seringkali muncul pertanyaan menggelitik yang kadang sulit dicari jawabannya.

"Mana yang lebih dulu dikembangkan, apakah sumber daya alam (SDA) atau sumber daya manusia (SDM)? Mana yang akan menjamin kesejahteraan penduduk suatu negara, punya sumber daya alam yang melimpah atau punya sumber daya manusia yang mumpuni?" ujar Arcandra dalam unggahan di akun instagram @arcandra.tahar, Selasa, 8 September 2021.

Menurut dia, SDA adalah anugerah dari yang Maha Kuasa yang tidak bisa diciptakan dan juga tidak bisa ditambah atau dikurangi sekehendak manusia. Musababnya, SDA ada sejak alam semesta ini diciptakan.

"Ada negara yang beruntung punya SDA yang berlimpah tapi ada juga yang miskin. Ketidaksamaan dalam memiliki SDA menjadi salah satu faktor terjadinya kolonisasi pada abad ke 16 sampai pertengahan abad 20," ujar Arcandra.

Umumnya, kata Arcandra, negara yang miskin SDA kemungkinan besar punya SDM yang mumpuni. Sebaliknya, negara yang kaya SDA kemungkinan besar kurang memiliki SDM yang unggul. Ia lantas menyebut Jepang, Singapura, dan beberapa negara Eropa Barat sebagai negara yang miskin SDA, namun kaya SDM.

Advertising
Advertising

Sementara itu, negara-negara di Amerika Selatan dan Timur tengah adalah contoh negara yang kaya SDA tapi punya SDM yang tidak sebaik negara Eropa Barat. Namun, ia mengatakan ada pula negara yang kaya akan SDA, namun juga memiliki SDM unggul, misalnya Amerika Serikat, Kanada dan Australia. Tidak saja kaya minyak, gas bumi dan mineral, mereka juga termasuk negara yang banyak menghasilkan inovasi di dunia.

Menurut dia, ada perilaku dari tiga jenis negara tersebut yang patut dicermati dan bisa menjadi bahan pelajaran ke depannya. Pertama, negara yang kaya SDA tapi miskin SDM umumnya kurang fokus dalam pengembangan Science, Technology, Engineering dan Math (STEM).

"Penambahan rantai pengolahan (hilirisasi) bahan baku yang mereka punya sangat minim. Hal ini tercermin dari sedikitnya industri petrochemical, smelter dan industri turunannya yang dibangun di negara tersebut," kata Arcandra.

<!--more-->

Jalan pintas untuk mendapatkan bagian negara dilakukan lewat menjual bahan baku tersebut kepada negara yang kaya SDM. Pendapatan negara ini pun, kata dia, lebih banyak dialokasikan untuk barang konsumsi bukan barang produksi. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi negara jenis ini diperoleh dengan naiknya belanja pemerintah serta bukan lewat pengembangan produk dan teknologi.

Kedua, negara yang miskin SDA tapi kaya SDM umumnya fokus pada pengembangan STEM. Bahan baku dari negara yang kaya SDA mereka olah menjadi produk yang bernilai tinggi yang pada akhirnya dijual kembali ke negara asal bahan baku tersebut. Peningkatan nilai tambah lewat inovasi dan teknologi menjadi kunci pertumbuhan ekonomi negara-negara yang masuk dalam kategori ini.

Arcandra menilai negara jenis tersebut sadar bahwa dengan minimnya SDA, mereka harus bekerja ekstra keras agar rakyatnya bisa hidup dengan layak. Ini terbukti dengan banyak industri teknologi tinggi yang tumbuh di Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan Singapura.

Ketiga, negara yang kaya SDA dan SDM akan mengambil, mengolah dan menjadikan produk yang bernilai tinggi dengan kekuatan modal yang mereka punyai. Dengan teknologi dan SDM unggul yang tersedia, kata dia, negara-negara tersebut akan melakukan ekspansi bisnis dan politik ke negara-negara yang kaya SDA tapi miskin SDM.

Arcandra lantas menyoroti dampak pandemi kepada tiga jenis negara tersebut. Ia mengatakan negara yang kaya SDA tapi miskin SDM umumnya mengalami perlambatan ekonomi yang tidak begitu dalam. Sebab, yang banyak terkena dampak adalah sektor konsumsi bukan produksi. "Namun demikian, sewaktu pandemi mulai terkendali, pertumbuhan ekonomi kelihatannya juga tidak bisa signifikan," ujar Arcandra.

Sebaliknya, negara yang kaya SDM umumnya mengalami perlambatan ekonomi yang sangat dalam karena sektor produksi yang paling parah terkena dampaknya. Namun demikian, sewaktu pandemi mulai terkendali, pertumbuhan ekonominya akan sangat signifikan.

"Ibarat warung soto betawi, kalau yang sakit adalah tukang masak utamanya, kemungkinan besar omset warung tersebut bisa turun banyak. Saat si tukang masak pulih maka omset akan normal kembali atau bahkan meningkat," tulis Arcandra Tahar. "Semoga kita bisa belajar dari strategi pengembangan SDA dari beberapa negara yang disebutkan di atas."

Baca: Jumlah Penumpang di 15 Bandara Bakal Jeblok jadi 24,8 Juta di Akhir Tahun 2021

Berita terkait

Kewarganegaraan Ganda Arcandra Tahar Pernah Jadi Persoalan, Jokowi Tunjuk sebagai Wakil Menteri ESDM

8 menit lalu

Kewarganegaraan Ganda Arcandra Tahar Pernah Jadi Persoalan, Jokowi Tunjuk sebagai Wakil Menteri ESDM

Eks Menteri ESDM, Arcandra Tahar tersangkut soal kewarganegaraan ganda hingga dicopot dari jabatan. Kkemudian diangkat Jokowi lagi jadi wakil menteri.

Baca Selengkapnya

Kepala Bappenas Sanjung Pemerintahan Jokowi: Ekonomi RI Stabil di Kisaran 5 Persen

24 menit lalu

Kepala Bappenas Sanjung Pemerintahan Jokowi: Ekonomi RI Stabil di Kisaran 5 Persen

Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa menyanjung pemerintahan Presiden Jokowi karena pertumbuhan ekonomi RI stabil pada kisaran 5 persen.

Baca Selengkapnya

Pabik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin: Rugi atau Strategi Bisnis?

59 menit lalu

Pabik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin: Rugi atau Strategi Bisnis?

Kementerian Perindustrian mengaku belum mengetahui penyebab tutupnya pabrik sepatu Bata di Purwakarta, Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

India Sangkal Pernyataan Xenophobia Joe Biden, Ini Sebabnya

9 jam lalu

India Sangkal Pernyataan Xenophobia Joe Biden, Ini Sebabnya

Joe Biden mengatakan xenophobia di Cina, Jepang dan India menghambat pertumbuhan di masing-masing negara, sementara migrasi berefek baik bagi ekonomi.

Baca Selengkapnya

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

11 jam lalu

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara angka pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2024 bisa menjadi basis.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 2024 Tingkatkan Lapangan Pekerjaan

16 jam lalu

Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 2024 Tingkatkan Lapangan Pekerjaan

Kementerian Keuangan mencatat di tengah gejolak ekonomi global perekonomian Indonesia tetap tumbuh dan mendorong peningkatan lapangan pekerjaan.

Baca Selengkapnya

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

18 jam lalu

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 yang tercatat 5,11 persen secara tahunan

Baca Selengkapnya

Siapa Sebenarnya Pemilik Sepatu Bata yang Pabriknya Tutup di Purwakarta?

19 jam lalu

Siapa Sebenarnya Pemilik Sepatu Bata yang Pabriknya Tutup di Purwakarta?

Bata telah melakukan berbagai upaya selama empat tahun terakhir di tengah kerugian dan tantangan industri.

Baca Selengkapnya

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

1 hari lalu

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

Asosiasi Persepatuan Indonesia menanggapi tutupnya pabrik sepatu Bata. Pengetatan impor mempersulit industri memperoleh bahan baku.

Baca Selengkapnya

Pabrik Sepatu Bata Gulung Tikar, Berikut Perjalanan Bisnisnya di Indonesia

1 hari lalu

Pabrik Sepatu Bata Gulung Tikar, Berikut Perjalanan Bisnisnya di Indonesia

Pabrik sepatu Bata di Purwakarta tutup karena merugi. Bata pernah menjadi salah satu industri sepatu terbesar di dalam negeri.

Baca Selengkapnya