Asumsi Pertumbuhan Ekonomi 2022 Berubah jadi 5,2-5,5 Persen, Mengapa?

Selasa, 31 Agustus 2021 20:30 WIB

Suasana rapat kerja Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin, 29 Juni 2020. Rapat kerja tersebut beragenda mendengarkan penjelasan tentang PMK No. 70/PMK.05/2020 tentang penempatan uang negara pada bank umum dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi nasional. TEMPO/M Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah dan Komisi Keuangan DPR menyepakati asumsi pertumbuhan ekonomi 2022 di rentang 5,2 sampai 5,5 persen. Target ini sedikit berubah dari asumsi awal yang disampaikan Presiden Joko Widodo atau Jokowi pada pidato RAPBN 2022 yaitu 5 sampai 5,5 persen.

"Melihat perkembangan terkini bahwa kebijakan penanganan pandemi termasuk PPKM dan vaksinasi serta penurunan kasus harian, maka aspirasi pertumbuhan 5,2 sampai 5,5 persen memiliki justifikasi," kata Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Hidayat Amir, saat dihubungi di Jakarta, Selasa, 31 Agustus 2021.

Hidayat menjelaskan bahwa dalam dua tahun ini pemerintah memang menyampaikan asumsi pertumbuhan ekonomi ke DPR dengan angka rentang. Tahun 2020, pemerintah menyampaikan ke DPR asumsi pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN 2021 di rentang 4,5 sampai 5,5 persen.

Saat ketuk palu APBN 2021, asumsi yang disepakati pemerintah dan DPR adalah 5 persen. Lalu tahun ini, kata Hidayat, pemerintah menyampaikan ke DPR asumsi pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN 2022 dalam rentang 5 sampai 5,5 persen.

Menurut Hidayat, angka asumsi pertumbuhan ekonomi dibuat dalam rentang untuk menunjukkan masih adanya ketidakpastian yang relatif tinggi. "Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya ketika tidak ada pandemi," kata dia.

Advertising
Advertising

Ketidakpastian itu terkait dengan dinamika penularan kasus Covid-19. Ketika kasus penularan meningkat seperti di bulan Juli lalu, maka restriksi aktivitas makin ketat. Kondisi ini akan berdampak kepada pertumbuhan ekonomi.

Meski demikian, pemerintah melihat ada ekspektasi penanganan pandemi sudah makin baik pada 2022, baik di global dan di domestik. Tren pemulihan ekonomi juga akan semakin menguat.

Tapi melihat kondisi terkini karena adanya varian Delta, maka pemerintah memproyeksikan pertumbuhan 2022 di sekitar 5 sampai 5,5 persen. Menurut Hidayat, ini rentang yang cukup realistis dengan mempertimbangkan berbagai perkembangan indikator dan trajektori pemulihan ekonomi. "Termasuk dampak reformasi struktural yang mulai diimplementasikan," kata dia.

Dalam catatan Tempo, munculnya angka 5,2 sampai 5,5 persen juga penuh dinamika. Awalnya pada 20 Mei 2021, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sudah mengusulkan rentang pertumbuhan ekonomi 2022 yaitu 5,2 sampai 5,8 persen pada rapat paripurna DPR.

<!--more-->

Lalu, Sri Mulyani dan Ketua Panja Pertumbuhan dan Pembangunan Nasional Komisi Keuangan DPR menggelar rapat pada 8 Juni 2021. Rapat bertujuan untuk mengambil keputusan soal Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF). Saat itu, Sri Mulyani dan DPR sepakat dengan rentang 5,2 sampai 5,8 persen ini.

Tapi pada 16 Agustus 2021, Jokowi mengumumkan asumsi 5 sampai 5,5 persen dalam acara kenegaraan jelang HUT RI di DPR. Hingga pada 30 Agustus 2021, Sri Mulyani, Bappenas, OJK, hingga BI menggelar rapat dengan Komisi Keuangan DPR.

Awalnya, Sri Mulyani tetap memaparkan asumsi pertumbuhan ekonomi 5 sampai 5,5 persen sesuai RAPBN 2022. Dalam rapat, Sri Mulyani pun menilai sasaran sasaran pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 persen pada tahun depan ini cukup berat.

“Ini adalah salah satu forecast yang mungkin paling sulit di tengah ketidakpastian yang begitu banyak. Pandemi tidak bisa 100 persen kita prediksi,” kata dia.

Tapi kemudian saat pengambilan keputusan rapat, Ketua Komisi Keuangan DPR Dito Ganinduto meminta masukan dari fraksi. Sebab, mereka sudah pernah sepakat dengan rentang 5,2 sampai 5,8 persen pada KEM-PPKF.

Lalu saat dimintai suara, mayoritas fraksi mengusulkan 5,2 sampai 5,5 persen, terutama partai pendukung pemerintah seperti PDIP, PPP, Golkar, PAN, Gerindra, PKB. Hanya PKS saja yang berbeda, yang mengusulkan tetap sesuai RAPBN 2022 yaitu 5 sampai 5,5 persen.

Sehingga akhirnya, peserta rapat sepakat dengan usulan mayoritas yaitu pertumbuhan ekonomi 5,2 sampai 5,5 persen. Saat dimintai persetujuan oleh Dito, semua peserta rapat setuju. Termasuk, Sri Mulyani yang mewakili pemerintah. "Setuju pak," kata dia.

Tapi proses pembahasan soal asumsi pertumbuhan ekonomi belum selesai karena baru di Komisi Keuangan saja. "Ini akan menjadi materi yang akan dibahas di Badan Anggaran (Panja Asumsi)," kata Hidayat.

Baca: ADB Prediksi Ekonomi RI Tumbuh di Kisaran 4 Persen: Sudah Terjadi Pemulihan

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

8 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

8 jam lalu

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

Justru, kata Muzani, Presiden Jokowi lah yang mendorong terselenggaranya pertemuan antara Prabowo dan Megawati.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

9 jam lalu

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

Pengamat Politik Adi Prayitno menilai pembentukan presidential club memiliki dua tujuan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Teken UU Desa, Pengamat Soroti Anggaran hingga Potensi Politik Dinasti

10 jam lalu

Jokowi Teken UU Desa, Pengamat Soroti Anggaran hingga Potensi Politik Dinasti

Salah satu poin penting dalam UU Desa tersebut adalah soal masa jabatan kepala desa selama 8 tahun dan dapat dipilih lagi untuk periode kedua,

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

12 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Membedah 5 Poin Krusial dalam UU Desa yang Baru

14 jam lalu

Membedah 5 Poin Krusial dalam UU Desa yang Baru

Beleid itu menyatakan uang pensiun sebagai salah satu hak kepala desa. Namun, besaran tunjangan tersebut tidak ditentukan dalam UU Desa.

Baca Selengkapnya

Relawan Jokowi Imbau PDIP Tak Cari Kambing Hitam Setelah Ganjar-Mahfud Kalah Pilpres

15 jam lalu

Relawan Jokowi Imbau PDIP Tak Cari Kambing Hitam Setelah Ganjar-Mahfud Kalah Pilpres

Panel Barus, mengatakan setelah Ganjar-Mahfud meraih suara paling rendah, PDIP cenderung menyalahkan Jokowi atas hal tersebut.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

16 jam lalu

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ada dampak kenaikan BI Rate ke level 6,25 persen terhadap APBN, terutama penerimaan pajak.

Baca Selengkapnya

Respons Jokowi hingga Luhut Soal Komposisi Kabinet Prabowo

18 jam lalu

Respons Jokowi hingga Luhut Soal Komposisi Kabinet Prabowo

Jokowi mengatakan dia dan pihak lain boleh ikut berpendapat jika dimintai saran soal susunan kabinet Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Sorotan Media Asing Soal Luhut Buka Kemungkinan Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora , Apa Alasan dan Syaratnya?

18 jam lalu

Sorotan Media Asing Soal Luhut Buka Kemungkinan Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora , Apa Alasan dan Syaratnya?

Menkomarinves Luhut Pandjaoitan buka kemungkinan kewarganegaraan ganda untuk diaspora. Apa saja alasan dan syaratnya?

Baca Selengkapnya