Pendapatan Garuda Anjlok di Semester I 2021, Dirut: Dampak Pembatasan Mobilitas
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 31 Agustus 2021 15:59 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk memproyeksikan kinerja operasional Perseroan akan mulai menunjukkan tren pemulihan secara bertahap pada semester II tahun 2021 menyusul adanya relaksasi kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat.
”Tidak dapat dipungkiri bahwa pemberlakuan pembatasan mobilitas masyarakat seiring melonjaknya kasus Covid-19 di Tanah Air telah berdampak signifikan terhadap keberlangsungan usaha jasa transportasi udara, tidak terkecuali bagi kami di Garuda Indonesia yang secara bisnis fundamental mengandalkan mobilitas masyarakat,” ujar Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, Selasa, 31 Agustus 2021.
Di tengah situasi pandemi Covid-19 yang masih terus berlangsung, kata Irfan, perseroan terus mengoptimalkan berbagai langkah strategis guna mengakselerasikan perbaikan kinerja usaha. Terutama, melalui konsolidasi operasi dan mendorong efisiensi dalam rangka menjaga keberlangsungan usaha Perseroan di tengah kondisi industri penerbangan global yang masih menantang saat ini.
Sepanjang Semester I 2021, Perseroan mencatatkan pendapatan usaha sebesar US$ 696,8 juta atau turun sebesar 24 persen dibandingkan pendapatan usaha pada periode yang sama tahun lalu. Lebih lanjut, pendapatan usaha Semester I 2021 tersebut dikontribusikan oleh pendapatan penerbangan berjadwal sebesar US$ 556,5 juta, penerbangan tidak berjadwal US$ 41,6 juta dan pendapatan lainnya US$ 98,6 juta.
Berdasarkan Laporan Keuangan yang diunggah di Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia, kerugian bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai US$ 898,65 juta atau sekitar Rp 12,85 triliun pada periode tersebut. Nilai kerugian tersebut membesar dari sebelumnya US$ 712,72 juta atau Rp 10,19 triliun pada Semester I 2020.
Irfan mengatakan tantangan kinerja usaha yang terefleksikan melalui penurunan pendapatan usaha tersebut tidak terlepas dari trafik penumpang yang menurun signifikan imbas kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat di tengah peningkatan kasus positif Covid-19 di Indonesia. Khususnya, dengan kemunculan varian baru Covid-19, yang mengharuskan adanya pengetatan kebijakan mobilitas masyarakat dalam penanganan pandemi.
<!--more-->
Adapun pendapatan usaha yang berasal dari pendapatan penerbangan tidak berjadwal mengalami kenaikan sebesar 93,2 persen dibandingkan pada periode yang sama di tahun 2020 lalu. Dengan adanya kenaikan tersebut, Garuda Indonesia akan terus mengoptimalkan potensi pangsa pasar charter, baik untuk layanan penumpang maupun kargo.
Khusus untuk angkutan logistik, Perusahaan juga telah mencatat adanya tren kenaikan jumlah kargo yang diangkut di setiap penerbangan sepanjang Semester I 2021, dimana Garuda Indonesia secara Group turut berhasil mencatatkan jumlah angkutan kargo sebesar 152,300 ribu ton tumbuh sebesar 37, 56 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2020 sebesar 110,715 ribu ton.
Sementara itu, beban usaha pada Semester I 2021 tercatat mengalami penurunan sebesar 15,9 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu yakni dari US$ 1,6 miliar menjadi US$ 1,3 miliar. Irfan mengatakan penurunan beban usaha Perseroan juga turut ditunjang oleh berbagai langkah strategis efisiensi yang tengah ditempuh diantaranya melalui langkah renegosiasi sewa pesawat hingga restrukturisasi jaringan penerbangan melalui penyesuaian frekuensi rute-rute penerbangan.
Di tengah masih belum pulihnya kinerja bisnis penerbangan nasional imbas menurunnya permintaan terhadap penerbangan angkutan penumpang, perseroan terus melakukan berbagai langkah strategis guna meningkatkan pendapatan usaha.
Langkah tersebut antara lain melalui optimalisasi ancillary revenue di mana Garuda secara aktif menjalin kemitraan dengan berbagai pihak eksternal dalam rangka memaksimalkan potensi pendapatan di luar bisnis inti perseroan untuk pengangkutan penumpang. Misalnya, melalui kemitraan bersama sektor retail, industrial, maupun kolaborasi strategis bersama ekosistem penunjang sektor logistik nasional.
Baca: Sri Mulyani: RI Sudah Tampak Melewati Puncak Gelombang Kedua Covid-19