Peter Gontha membagikan foto bersama jajaran Dewan Komisaris PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. di laman Instagramnya pada 7 Agustus 2021. Instagram/petergontha
TEMPO.CO, Jakarta – Peter Frans Gontha mengungkapkan rencananya selepas berhenti sebagai Komisaris PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Pemberhentian sebelumnya diumumkan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) Garuda, Jumat, 13 Juli 2021.
Peter Gontha mengatakan masih memiliki banyak kegiatan selepas tak lagi menjadi pejabat di maskapai pelat merah itu. “Kerjaan saya banyak yang lain,” kata Peter kepada Tempo, Jumat, 13 Juli 2021.
Dia tidak merincikan kegiatannya, namun saat ini dia masih menjadi President Director PT Indonusa Telemedia (Transvision). Peter juga aktif sebagai associate director di perusahaan yang dia dirikan, yaitu Melchor Group.
Kabar rencana berhentinya Peter dari Garuda Indonesia sudah mencuat sejak 8 Agustus. Peter merasa tugasnya di perseroan tidak akan berlanjut. Peter menduga hal ini berkaitan dengan sikapnya beberapa waktu yang meminta perseroan menyetop gajinya untuk sementara guna mengurangi beban operasional perusahaan.
Peter mengatakan perseroan berada dalam kondisi yang sangat kritis setelah menanggung beban utang senilai Rp 70 triliun. Selain meminta kebijakan penghentian gaji sementara, Peter pun membongkar beberapa penyebab yang membuat maskapai pelat merah terus mengalami kesulitan likuiditas.
Di antaranya, Garuda disebut-sebut tidak maksimal dalam menghemat biaya operasional, seperti mengevaluasi rute-rute penerbangan yang merugi. "Mungkin demikian, diganti atau berhenti atau apa. Mungkin juga ha-ha-ha," kata Peter, 8 Agustus lalu. <!--more--> Saat menjadi komisaris, Peter sempat mengungkapkan kerugian Chairul Tanjung di perseroan. Adapun Peter adalah perwakilan Chairul Tanjung sebagai salah satu pemegang saham Garuda. Peter mengungkapkan CT merugi Rp 11,2 triliun.
Dia merincikan kerugian Rp 11, 2 triliun tersebut. Pertama, kala CT diminta tolong karena para underwriter gagal total dan menyetor US$ 250 juta. Waktu itu, ujar Peter, nilai tukar masih di kisaran Rp 8.000 per dolar Amerika Serikat. Namun saat ini sudah Rp 14.500. Kedua, kerugian terjadi harga saham Garuda waktu itu Rp 625, namun telah melemah di level Rp 256. "Silakan hitung tapi menurut saya, dalam kurun waktu 9 tahun, kerugian CT saya hitung sudah Rp 11,2 triliun termasuk bunga belum hitung inflasi,” kata Peter Gontha.