5 Fakta IPO Bukalapak, Kena Batas Auto Reject hingga Diborong Milenial dan Gen Z
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Kodrat Setiawan
Sabtu, 7 Agustus 2021 05:28 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - PT Bukalapak.com Tbk atau Bukalapak resmi tercatat di Papan Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat, 6 Agustus 2021. BUKA merupakan perusahaan tercatat ke-28 di BEI pada tahun 2021.
Bukalapak menyelesaikan proses penawaran awal atau bookbuilding dan roadshow dari 9-19 Juli 2021 serta penawaran umum dari 27-30 Juli 2021. Sebagai hasilnya, tercatat jumlah pemesanan yang tinggi, mencapai sekitar Rp 4,8 triliun.
Perseroan pun telah menambah porsi pooling allotment bagi investor retail dari semula 2,5 persen ke 5 persen dari total pemesanan yang tersedia.
Oleh karena itu, nilai dari saham yang dialokasikan untuk porsi pooling allotment bagi investor retail naik dari yang sebelumnya Rp 547,5 miliar menjadi sekitar Rp 1,1 triliun.
Dalam pelaksanaan IPO, Bukalapak menunjuk PT Mandiri Sekuritas dan PT Buana Capital Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Adapun PT UBS Sekuritas Indonesia dan PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia telah juga ditunjuk untuk bertindak sebagai penjamin emisi efek.
Berikut ini adalah sejumlah fakta mengenai IPO tersebut.
<!--more-->
1. Alasan melantai di BEI
Direktur Utama Bukalapak Rachmat Kaimuddin membuka alasan perseroan memilih melantai di Bursa Efek Indonesia, ketimbang bursa lain.
Menurut dia, alasan itu sederhana. Sebagai perusahaan Indonesia yang memiliki banyak pemangku kepentingan di Tanah Air, maka Rachmat menilai Indonesia adalah tempat paling tepat untuk IPO.
"Waktu itu kami memang berpikir walaupun mungkin pasar pasar modal di Indonesia ini masih jarang melihat perusahaan teknologi, apalagi dengan skala sebesar Bukalapak, kami pikir lokasi yang paling tepat itu adalah melakukan listing di Indonesia," ujar Rachmat dalam konferensi pers, Jumat.
Rachmat pun bersyukur pada akhirnya Indonesia bisa melantai di BEI. "Jadi ini juga sesuatu yang sangat kita syukuri, dengan semuanya rupayanya mendukung, kita juga belajar banyak melalui proses ini."
2. Raup Rp 21,9 triliun
Perusahaan e-commerce ini melepas 25,76 miliar lembar saham biasa atas nama yang seluruhnya adalah saham baru atau 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO. Adapun jumlah seluruh nilai IPO saham itu mencapai Rp 21,9 triliun.
Rachmat Kaimuddin mengatakan dana itu akan digunakan sesuai rencana di prospektus. "Penggunaan IPO ini akan digunakan untuk modal kerja perseroan atau entitas anak," ujar Rachmat.
Dia mengatakan ke depannya perseroan akan mengejar misi untuk menciptakan keadilan ekonomi untuk semua. Caranya, dengan terus memberdayakan para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah.
"Kami ingin mereka bisa berjualan lebih banyak, bisnisnya lebih maju, volumenya lebih tinggi, proses lebih modern, dan kanalnya juga lebih banyak," kata Rachmat.
<!--more-->
3. Melesat 24,7 persen hingga terkena batas ARA
Setelah resmi melantai, saham BUKA langsung melonjak dan mengalami Auto Reject Atas alias ARA. Dibuka pada harga Rp 850, saham emiten itu langsung naik ke angka 1.060 per saham atau 24,7 persen.
"BUKA mengawali debutnya di bursa saham RI dengan positif, langsung melesat ke titik ARA sejak pembukaan sesi di level Rp 1.060 per saham (naik 25 persen) sekaligus langsung menembus 15 besar kapitalisasi pasar tertinggi di Indonesia Rp 109,2 triliun," dinukil dari analisis Samuel Sekuritas Indonesia, Jumat, 6 Agustus 2021.
Di sisi lain, saham Bukalapak juga menjadi yang paling banyak dijual asing di pasar reguler pada hari ini dengan nilai sebesar Rp 237,1 miliar.
4. Cetak sejarah baru di BEI
Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengatakan IPO BUKA menoreh sejarah. Pasalnya, Bukalapak menjadi perusahaan unicorn pertama yang melantai di Bursa Efek Indonesia bahkan di bursa kawasan ASEAN.
"Bukalapak adalah perusahaan tercatat yang menarik minat investor paling banyak. Tercatat sekitar 96 ribu investor berpartisipasi pada public offering perseroan," kata Inarno dalam siaran langsung seremoni IPO Bukalapak, Jumat, 6 Agustus 2021.
Dengan melantainya perseroan di pasar modal, Inarno berharap dapat memberikan inspirasi bagi perusahaan lain, termasuk unicorn, centaur, dan startup teknologi lainnya untuk berkarya dengan menjadikan BEI sebagai house of growth.
"Melantainya perseroan di bursa akan menjadi perjalanan awal yang baik bagi kemajuan perseroan dan akhirnya memajukan pasar modal," kata Inarno.
<!--more-->
5. Diborong milenial dan gen Z
Mandiri Sekuritas mencatat hampir 70 persen pemesan saham Bukalapak (BUKA) saat penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) adalah nasabah milenial dan gen Z.
"Hampir 70 persen pemesan saham IPO BUKA di Mandiri Sekuritas adalah nasabah milenial dan gen Z, berusia 20-39 tahun," kata Managing Director Capital Market Mandiri Sekuritas Silva Halim dinukil dari Antara, Jumat, 6 Agustus 2021.
Pada akhir masa penawaran umum saham Bukalapak, terdapat lebih dari 97 ribu pemesan dan kelebihan permintaan atau oversubscribe sebesar lebih dari 8,7 kali. Sesuai dengan SE OJK No 15/2020 maka dilakukan penyesuaian alokasi untuk penjatahan terpusat dari 2,5 persen menjadi 5 persen.
Baca juga: Ketika Desakan Investor Membawa Bukalapak Melantai di Bursa