Pertumbuhan Ekonomi Melesat, Chatib Basri Beberkan Kombinasi 2 Faktor Penting
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Kamis, 5 Agustus 2021 21:52 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menyebutkan tingginya pertumbuhan ekonomi pada kuartal II pada tahun 2021 yang mencapai 7,07 persen dipengaruhi dua faktor penting. Keduanya adalah kombinasi antara basis pertumbuhan tahun sebelumnya yang rendah dan peningkatan kinerja di berbagai sektor.
Pertumbuhan yang tinggi ini juga terjadi, menurut dia, karena data year on year. "Kita bandingkan (kuartal II) 2020 yang minus 5,32 persen. Ini kombinasi lowbase dan pertumbuhan yang terjadi di kuartal II,” ujar Chatib Basri dalam diskusi bersama Kadin Indonesia, Kamis, 5 Agustus 2021.
Lebih jauh, ekonom senior dari Universitas Indonesia ini juga membeberkan, pertumbuhan ekonomi pada periode II menunjukkan bahwa telah terjadi perbaikan ekonomi di Tanah Air. Sebelumnya, Indonesia masuk ke jurang resesi sejak pandemi Covid-19 dengan pertumbuhan negatif selama empat kuartal berturut-turut.
Pertumbuhan ekonomi ini ditopang oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga sebesar 5,93 persen. Kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap pendapatan domestik bruto atau PDB mencapai lebih dari 59 persen.
“Bisa dibayangkan kalau konsumsi naik 5,93 persen, pasti rata-rata GDP (PDB) naik. Konsumsi bisa meningkat karena mobilitas yang kembali bergerak akibat situasi setelah PPKM Januari 2021 menunjukkan bahwa pandemi menurun, mobilitas meningkat, sehingga leading indicator semua menunjukkan pertumbuhan,” ujar Chatib.
<!--more-->
Selain dari konsumsi rumah tangga, pertumbuhan pun ditopang oleh ekspor yang meningkat 31,78 persen secara year on year. Menurut data Kementerian Perdagangan, realisasi ekspor selama Januari hingga Juni 2021 didominasi pengiriman ke Cina dengan nilai US$ 22,45 miliar atau 21,82 persen dari total ekspor. Ekspor non-migas untuk beberapa kategori HS, seperti kendaraan bermotor, juga meningkat.
Chatib melihat kenaikan kinerja untuk berbagai sektor berpengaruh terhadap penerimaan pemerintah. “Penerimaan pajak lebih baik dari tahun lalu pertumbuhannya,” kata dia.
Meski demikian, dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan kembali melambat pada kuartal III lantaran adanya varian baru virus corona delta yang merebak pada Juli. Efek dari penyebaran Covid-19 membuat pemerintah harus membatasi kegiatan masyarakat dan dampaknya akan terlihat satu hingga dua bulan mendatang.
“Ada satu variabel yang kita tidak bisa prediksi, yaitu pandemi. Jadi (pertumbuhan ekonomi) ini akan sangat tergantung. Kalau varian mutan terjadi, mau tidak mau pemerintah di mana pun harus mengetatkan lagi mobilitas,” ujar Chatib.
Kendati kuartal III menjadi tantangan, Chatib memprediksi kinerja perekonomian setelahnya bisa meningkat kembali. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV bisa tercapai seumpama pemerintah mampu menangani pandemi Covid-19 secara cepat. Dia pun memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun akan berkisar sedikit di bawah 4 persen atau lebih dari 4 persen.
Baca: Pertamina Buka 102 Lowongan Kerja untuk Lulusan S1 dan S2, Simak Batas Waktunya