Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjawab pertanyaan wartawan saat meninggalkan Kompleks Istana Kepresidenan usai menemui Presiden Joko Widodo di Jakarta, Senin, 9 Desember 2019. ANTARA
TEMPO.CO, Jakarta – Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok meminta perusahaan minyak negara bekerja lebih keras hingga akhir 2021. Ia berharap Pertamina tetap bisa memberikan kontribusi yang optimal kepada negara di tengah pandemi Covid-19.
“Tahun ini kerja lebih keras untuk tim manajemen agar tidak turun setorannya ke negara,” ujar Ahok saat dihubungi Tempo, Selasa, 3 Agustus 2021.
Dia mengatakan Pertamina harus memiliki strategi partnership dan melakukan konsolidasi untuk mencegah kerugian. Sementara itu untuk meningkatkan performa, perseroan didorong meratakan lapangan tanding dengan membuka akses jenjang karier yang inklusif.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengatakan perusahaan sedang menghadapi tantangan karena fluktuasi harga minyak dunia. Baru-baru ini, harga minyak dunia berkisar US$ 70 per barel.
“Tahun ini harus ada penghematan besar-besaran karena harga minyak dunia sudah US$ 70 dan belum disesuaikan dengan harga jual BBM,” tutur Ahok.
Dia menargetkan Pertamina untung sebesar US$ 2 miliar sepanjang 2021. Angka itu dua kali lipat lebih besar dari laba bersih yang diperoleh pada tahun buku 2020. <!--more--> Adapun pada 2020, Pertamina mencatatkan laba bersih sebesar US$ 1,05 miliar atau Rp 15,3 triliun (asumsi kurs 14.572). Ketimbang 2019, laba bersih ini turun sekitar 58 persen. Tahun sebelumnya, keuntungan perseroan mencapai US$ 2,35 miliar atau Rp 35,8 triliun.
Sementara itu, EBITDA yang diperoleh Pertamina pada 2020 sebesar US$ 7,6 miliar dengan EBITDA margin 18,3 persen.
Menurut Ahok, kinerja tahun lalu yang masih di jalur positif tak terlepas dari upaya perusahaan melakukan penghematan di berbagai sisi.
Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi
1 hari lalu
Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.