Harga Minyak Dunia Anjlok ke USD 71,65 per Barel, Apa Sebabnya?
Reporter
Antara
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Jumat, 16 Juli 2021 12:51 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak dunia anjlok pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), di tengah ekspektasi berlimpahnya pasokan minyak mentah usai kompromi antara produsen OPEC dan data proyeksi turunnya permintaan bahan bakar dari Amerika Serikat.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September tercatat di level US$ 73,47 per barel. Harga tersebut turun US$ 1,29 atau sekitar 1,7 persen.
Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS jeblok US$ 1,48 atau 2,2 persen. Dengan begitu, harga minyak tersebut kini berada di level US$ 71,65 per barel.
Turunnya harga emas hitam itu melanjutkan tren yang terjadi sejak Rabu lalu. Saat itu, harga minyak mentah AS dan Brent masing-masing anjlok hingga 2,8 persen dan 2,3 persen.
Penurunan harga itu terjadi setelah Reuters melaporkan bahwa Arab Saudi dan Uni Emirat Arab telah mencapai kesepakatan yang akan membuka jalan bagi kesepakatan untuk memasok lebih banyak minyak mentah ke pasar minyak yang ketat. Kesepakatan belum dipadatkan dan kementerian energi UEA mengatakan musyawarah terus berlanjut.
"Itu masih 'gajah besar di dalam ruangan' (masalah kontroversial sangat besar) - kami punya kesepakatan, kami tidak punya kesepakatan - dan itu menimbulkan kekhawatiran," kata Phil Flynn dari Price Futures Group.
<!--more-->
Adapun pembicaraan di antara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, Rusia dan sekutu mereka, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, terhenti bulan ini setelah Uni Emirat Arab keberatan untuk memperpanjang pakta pasokan kelompok itu melewati April 2022, dengan mengatakan kesepakatan itu tidak memperhitungkan peningkatan kapasitas produksi UEA.
Di Amerika Serikat, penarikan besar dalam stok minyak mentah tidak banyak mendorong harga karena investor fokus pada kenaikan persediaan bahan bakar dalam seminggu termasuk liburan Empat Juli, ketika mengemudi biasanya melonjak.
"Semua rasa optimisme bensin menguap hanya dalam satu minggu," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho. "Jika Anda tidak membutuhkan bensin, Anda tidak perlu minyak mentah untuk membuat bensin, dan itulah satu-satunya matematika yang penting pada akhirnya."
Tak hanya itu, para pedagang juga khawatir bahwa penyebaran varian Delta dari Covid-19 akan menyebabkan pembatasan ekonomi lebih lanjut, sehingga mengurangi permintaan bahan bakar. Namun, beberapa bank, termasuk Goldman Sachs, Citi dan UBS memperkirakan pasokan akan tetap ketat dalam beberapa bulan mendatang bahkan jika OPEC+ menyelesaikan kesepakatan untuk meningkatkan produksi.
OPEC masih memperkirakan pemulihan yang kuat dalam permintaan minyak dunia untuk sisa tahun 2021. Dalam laporan bulannya, OPEC memperkirakan penggunaan minyak pada 2022 akan mencapai tingkat yang sama dengan sebelum pandemi Covid-19. Hal ini pula yang mendorong optimisme bahwa harga minyak bakal pulih.
ANTARA
Baca: Medco Energi Bukukan Laba Bersih USD 5,1 Juta Selama 2020