Kasus Baru Covid-19 RI Terbanyak di Dunia, Kurs Rupiah Jeblok ke 14.480 per USD
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Rabu, 14 Juli 2021 16:49 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Lonjakan kasus baru Covid-19 di Indonesia yang terus mencetak rekor baru dan kini menduduki peringkat pertama di dunia berimbas pada nilai tukar rupiah. Kurs rupiah pada hari ini ditutup jeblok 0,11 persen atau 16,5 poin menjadi Rp 14.480 per dolar AS.
Adapun indeks dolar AS juga terpantau turun 0,05 persen ke level 92,7070 pada pukul 15.09 WIB. Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan rupiah pada hari ini di antaranya merespons rilis penambahan kasus Covid-19 yang meningkat dari hari ke hari.
Indonesia bahkan hari ini berada di ranking pertama dalam hal penambahan kasus Covid-19 global di atas Brasil dan India. “Indonesia memang belum bisa lepas dari tahap kritis akibat ledakan kasus Covid-19 yang telah terjadi beruntun dalam 3 pekan terakhir. Tercatat pada hari Selasa (13 Juli 2021), kasus baru positif Covid-19 terus meroket dan menciptakan rekor baru,” kata Ibrahim seperti dikutip dari rilis, Rabu, 14 Juli 2021.
Lonjakan kasus Covid-19 ini, menurut Ibrahim, menyebabkan pemerintah akan memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat hingga enam pekan.
Ia lalu membandingkan dengan negara tetangga yaitu Malaysia yang jumlah penduduknya relatif lebih sedikit dibandingkan Indonesia. Malaysia tercatat sudah melakukan lockdown selama 2 bulan akibat penyebaran pandemi Covid-19 varian baru.
Lebih jauh Ibrahim memperkirakan Indonesia bisa saja melakukan PPKM Mikro Darurat selama minimal 3 bulan dari Juli-September 2021. Namun begitu, pemerintah harus meminta bantuan dari luar negeri karena pasokan vaksin yang kurang di Tanah Air.
<!--more-->
Hal ini, menurut dia, yang bakal memicu sentimen negatif bagi pasar keuangan dalam negeri karena dengan kasus Covid-19 yang berlarut-larut. Selain itu pergerakan masyarakat yang direm dengan PPKM Mikro Darurat memicu stagnasi konsumsi masyarakat.
Apalagi, tak adanya investasi membuat ekonomi mati suri dan membuat roda perekonomian berpotensi macet. Walhasil, pertumbuhan ekonomi berpotensi turun.
Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi rupiah berasal dari indeks harga konsumen inti (CPI) AS naik lebih tinggi dari perkiraan 0,9 persen bulan ke bulan di bulan Juni. Sementara harga konsumen naik paling tinggi dalam 13 tahun.
Fokus investor kini beralih pada kesaksian Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell terkait kapan bank sentral akan memulai pengurangan aset dan menaikkan suku bunga. Akibat kasus Covid-19 tercatat beberapa negara memperketat tindakan pembatasan seperti Australia dan Korea Selatan.
Atas sejumlah faktor tersebut di atas, Ibrahim memprediksi kurs rupiah pada esok hari akan ditutup kembali melemah. “Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.410 - Rp 14.530,” ucapnya.
BISNIS
Baca: Faisal Basri Sangsi Kimia Farma Tak Cari Keuntungan dari Vaksinasi Berbayar