Ekonom Senior Indef Didik Rachbini Kenang Enny Sri Hartati
Reporter
Muhammad Hendartyo
Editor
Kodrat Setiawan
Jumat, 2 Juli 2021 20:05 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik J Rachbini mengenang Enny Sri Hartati yang meninggal kemarin. Menurut Didik, Enny meniti karier dalam bidang ekonomi sejak mahasiswa ketika menjadi redaksi majalah Eden, majalah mahasiswa kampus Universitas Diponegoro.
"Melalui majalah mahasiswa Eden ini Enny mengenal Indef dan setelah lulus menceburkan diri sebagai peneliti Indef, menjadi direktur selama hampir satu dekade dan kemudian menjadi peneliti senior," kata Didik dalam keterangan tertulis, Jumat, 2 Juli 2021.
Hampir seluruh karier Enny, kata Didik, diniatkan untuk menjadi ekonomi, yang kritis di dalam wadah lembaga pemikir Indef. Pada saat yang sama Enny, menjadi dosen tetap di Universitas Trisakti.
Tetapi kegiatan mengajarnya dihentikan demi untuk mengembangkan diri di Indef bersama rekan-rekannya, sekaligus membangun Indef menjadi lebih besar.
Pada akhir 1990-an ketika Indef baru berdiri, Enny mengidolakan Faisal Basri, ekonom pendiri Indef yang sudah dikenal luas sebagai dosen UI dan sebagai ekonom nasional. Dari Semarang, Enny datang ke Jakarta untuk menemui Faisal Basri, sekaligus melakukan wawancara untuk majalahnya.
Indef baru berumur dua tahun ketika itu dan pindah kantor dari Jalan Kartanegara, yang elite, ke Jalan Wijayakarta, lokasi suatu perumahan di sekitar Jalan Tendean.
<!--more-->
Di kantor inilah Enny terus menerus berhubungan dengan Indef, menekuni riset-riset bidang ekonomi, dan lambat laun dikenal secara nasional sebagai ekonom nasional karena banyak menyampaikan pemikirannya di ruang publik.
Sebagai ekonom, Enny menuliskan pemikirannya di berbagai media. Dan sebagai ekonom nasional, Enny dipilih sebuah harian nasional sebagai ekonom yang rutin menuliskan analisa-analisa tentang perkembangan ekonomi terkini. Hanya beberapa ekonom saja yang dipilih harian ini untuk menjadi kolumnis dan analis tetapnya di halaman depan.
Hal itu merupakan penghargaan yang tinggi dan pengakuan terhadap kepakaran Enny. Regenerasi Indef sempat terhambat dari generasi pertama ke generasi berikutnya. Masalah hambatan regenerasi ini selalu terjadi di lembaga think tank bukan pemerintah.
Menurutnya, sudah belasan atau bahkan puluhan lembaga think tank yang tutup tidak melakukan aktivitasnya karena gagal dalam menjalankan regenerasi. Tetapi Indef terus berkembang semakin maju karena peranan Enny, yang memimpin Indef selama satu dekade.
"Enny adalah transmisi regenerasi di Indef sampai Indef sendiri berkembang sampai seperti sekarang ini," ujarnya.
Puluhan ekonom bergabung di Indef melakukan kegiatan riset dan
akademik, sembari memainkan peranan kritis terhadap kebijakan-kebijakan ekonomi. Menurut Didik, banyak Enny-Enny yang lain akan menggantikan peranannya, yang datang dari generasi di bawahnya.
Dia mengatakan tidak hanya keluarganya dan keluarga besar Indef yang kehilangan Enny, tetapi juga para ekonom, wartawan, dan kerabat akademis. Dia menilai sebenarnya, Enny terlalu muda untuk pergi, tetapi takdir dan ketentuan Allah SWT tetap berlaku, tidak dapat dihentikan.
"Bagi kami, proses dan langkah kepergian itu terjadi begitu cepat. Semua tidak menduga karena 2-3 hari sebelumnya Enny masih semangat menyampaikan pandangan dan pemikirannya di media massa, media daring dan berbagai forum lainnya," ujar dia.
Rabu 30 Juni 2021 Enny Sri Hartati sempat dibawa ke rumah sakit dengan saturasi sangat rendah 70. Peneliti Indef itu meninggal pada Kamis, 1 Juli 2021, pukul 19.55 WIB di Rumah Sakit Islam Pondok Kopi, Jakarta.
HENDARTYO HANGGI
Baca juga: Ekonom Senior Indef Enny Sri Hartati Meninggal Dunia