Bitcoin Jeblok ke Rp 474 Jutaan, Usai Tindakan Keras Pemerintah Cina?
Reporter
Antara
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 22 Juni 2021 15:32 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Bitcoin masih melanjutkan tren penurunan selama sepekan terakhir. Data Coingecko.com menunjukkan harga aset kripto tersebut pada hari ini, Selasa, 22 Juni 2021, anjlok 19,2 persen ke level US$ 32.826,27 atau sekitar Rp 473,6 juta (asumsi 14.428 per dolar AS).
Selama sebulan terakhir, harga Bitcoin tercatat turun 12,5 persen. Padahal pada pertengahan April lalu Bitcoin sempat mencapai rekor tertinggi di level US$ 64.804,7 atau sekitar Rp 935,1 juta. Dengan kondisi saat ini, nilai Bitcoin berarti sudah terjun hingga hampir 50 persen dari harga tertingginya.
Data manajer aset digital CoinShares pada Senin kemarin waktu Amerika Serikat (AS) menunjukkan investasi Bitcoin membukukan arus keluar pekan keenam berturut-turut dipicu oleh tindakan keras pemerintah Cina yang menakuti investor aset kripto tersebut. Selama minggu lalu, arus keluar Bitcoin mencapai US$ 89 juta.
Artinya, tahun ini, arus keluar Bitcoin telah mencapai US$ 487 juta, atau 1,6 persen dari aset yang dikelola. Menurut data CoinShares, industri kripto secara keseluruhan mengalami arus keluar minggu ketiga berturut-turut sebesar US$ 79 juta pada pekan lalu sehingga menjadi arus keluar terpanjang sejak Februari 2018.
Selama bulan Juni, arus keluar bersih sudah mencapai US$ 210,5 juta. "Arus keluar Bitcoin selama enam minggu telah didorong oleh kombinasi masalah lingkungan dan lingkungan peraturan yang semakin antagonis di Cina," kata kepala riset pasar global di Forex.com, Selasa, 22 Juni 2021.
Penurunan harga Bitcoin pada Senin kemarin tercatat mencapai level terendah dua minggu di antaranya tertekan oleh tindakan keras pemerintah Cina terhadap penambangan Bitcoin. Pihak berwenang di provinsi barat daya Sichuan memerintahkan proyek penambangan mata uang kripto ditutup di pusat penambangan utama.
Adapun Ether, token yang digunakan untuk blockchain Ethereum, mengalami arus keluar kecil sebesar US$ 1,9 juta pekan lalu. Pada pekan sebelumnya, arus keluar Ether mencapai US$ 14,6 juta. Jika dilihat dari persentase aset yang dikelola, arus keluar Ether hanya mewakili 0,14 persen.
Hal tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar sentimen negatif telah difokuskan pada Bitcoin. Volume perdagangan mingguan dalam produk investasi Ether anjlok 80 persen sejak tertinggi Mei. Penyedia data Blockchain Glassnode mengatakan aktivitas on-chain di seluruh papan perdagangan terlihat sangat rendah di seluruh Bitcoin dan Ethereum.
ANTARA
Baca: Penemu Bitcoin Satoshi Nakamoto yang Misterius, Tak Pernah Terlihat Sosoknya