Bos Garuda Bicara Panjang Lebar Soal Tawaran Pensiun Dini ke Karyawan
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Minggu, 6 Juni 2021 08:59 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. sedang menawarkan pensiun dini untuk karyawan sebagai langkah efisiensi di tengah kondisi keuangan perusahaan yang memburuk. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiapura mengatakan perseroan telah mengkomunikasikannya dengan seluruh karyawan.
“Yang kami sampaikan adalah narasi kalau Anda ambil begini, kalau tidak ambil begini. Tapi kan ini berdasarkan keputusan pribadi,” ujar Irfan saat ditemui Tempo di kantornya, kompleks Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jumat, 4 Juni 2021.
Pensiun dini rencananya akan efektif mulai awal Juli mendatang. Irfan memastikan opsi pensiun dini bersifat opsional. Perusahaan, tutur Irfan, tidak akan melakukan intimidasi terhadap karyawan yang enggan mengambil tawaran tersebut.
Berikut ini wawancara Tempo dengan Irfan ihwal pensiun dini.
Dari mana perusahaan memperoleh dana untuk membayar pensiun dini?
Dari dana operasi. kami sisihkan pelan-pelan. (Pensiun dini) efektifnya kami tunggu adanya dana. Jadi bukan yang kita kurangi langsung, misalnya 3.000 (karyawan).
Berapa alokasi dana yang dibutuhkan?
Tidak tahu.
Sudah ada yang berminat pensiun dini? Berapa orang?
Sudah. Kalau menyebutkan angka, Anda tidak percaya. Sekarang ada beberapa ratus (yang tertarik). Tahun lalu ada 600 orang.
Bagaimana komunikasi Anda soal pensiun dini dengan karyawan?
Sekarang lebih banyak komunikasi. Yang kami sampaikan adalah narasi kalau Anda ambil begini, kalau tidak ambil begini. Tapi kan ini berdasarkan keputusan pribadi. Ada satu dua-orang datang, tanya, Pak saya sebaiknya ambil (pensiun dini) atau tidak.
Lalu saya kasih pendapat. Tapi saya tidak bertanggung jawab kalau tiba-tiba ada apa-apa sama perusahaan, terus kesempatan dia dapat pesangon itu hilang, jangan balik ke saya. Namun balik lagi, tidak ada intimidasi.
Saat ini berapa jumlah SDM Garuda?
Jumlahnya 5.400 orang.
Kebutuhannya berapa setelah ada efisiensi jumlah pesawat?
Belum tahu.
Akan ada pengurangan 50 persen jumlah pesawat menjadi 70 unit saja. Kalau dari 70 pesawat yang direncanakan beroperasi, berapa total kebutuhan karyawan?
Jadi begini. Memang ada teori-teori yang dijadikan benchmark. Bila ada sekian pesawat, berapa banyak pilot, awak kabin, yang dibutuhkan. Tapi itu kan benchmark.
Pertanyaan saya sederhana: kalau (jumlah karyawan yang mengambil opsi pensiun dini) kurang (dari yang direncanakan), (karena) tidak sesuai dengan kalkulasi, bagaimana? Kami lihat juga jangan-jangan di sini kelebihan, di sini kekurangan.
Lalu kalau lebih banyak (karyawan yang mengambil opsi pensiun dini) yang dari hitungan, misalnya awak kabin berlebih, itu bagaimana. Jadi kami lihat saja satu-satu. Jangan berandai-andai.
Bagaimana untuk karyawan Garuda yang pekerjaannya bukan pilot dan awak kabin?
Untuk yang pekerjaannya bukan profesi, seperti pilot, kami tetap tawarkan ke mereka kontrak jam-jam-an tanpa gaji pokok dan tidak ada komitmen.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | RETNO SULISTYAWATI | KHAIRUL ANAM | AISHA SHAIDRA
Baca: Wawancara Eksklusif Bos Garuda Indonesia: Saat Berdiri Bahkan Kami Sholawat