Indomaret Ungkap Strategi Gerai Offline Bertahan di Tengah Gempuran E-Commerce

Kamis, 3 Juni 2021 09:21 WIB

Indomaret Drive Thru

TEMPO.CO, Jakarta - Manajemen PT Indomarco Pristama menjelaskan strategi agar gerai fisiknya bertahan di tengah gempuran e-commerce selama pandemi Covid-19. Marketing Director Indomarco Prismatama Wiwiek Yusuf mengatakan perusahaannya mengikuti pola perubahan perilaku berbelanja masyarakat.

“Situasi ekonomi, pola hidup khususnya pola belanja berubah sejak masa pandemi. Sektor retail tentunya terdampak situasi ini. Intinya bagaimana retail dapat berubah mengikuti situasi yang juga berubah,” ujar Wiwiek dalam pesan pendek kepada Tempo, Kamis, 3 Juni 2021.

Wiwiek mengatakan saat ini, masyarakat cenderung gemar berbelanja di toko yang praktis dan dekat dengan rumah untuk memenuhi kebutuhan. Selain itu, masyarakat juga mulai beralih berbelanja secara online.

Melihat tren itu, Indomaret pun melakukan upaya untuk mengikuti tren dengan memperluas jaringan toko ke lokasi-lokasi yang dekat dengan pelanggan. Secara paralel, Indomaret juga mengajak masyarakat berbelanja melalui platform digital yang dimiliki perusahaan.

“Kami terus mensosialisasikan belanja online melalui klik Indomaret yang telah dirintis lima tahun yang lalu," ujar Wiwiek.

Advertising
Advertising

Di samping itu, Indomaret menggandeng UMKM untuk memasok produk-produk seperti makanan dan minuman. Musababnya, kata Wiwiek, produk UMKM memiliki potensi berkembang karena memiliki ciri khas yang berbeda-beda di setiap daerah.

Untuk memperkuat produk UMKM, Wiwiek mengklaim perusahaan melakukan pelatihan bagi pelaku usaha. Pelatihan itu meliputi pengembangan produksi hingga pengemasan.

<!--more-->

Meski demikian, Wiwiek tak menampik toko-tokonya di sekitar area publik, tempat wisata, bandara, stasiun, dan rest area turut terdampak selama pandemi. “Karena tidak ada trafik (masyarakat),” ujar Wiwiek.

Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan ada berbagai faktor yang menyebabkan daya tahan supermarket belakangan turun di tengah pandemi. Pertama, adanya perubahan perilaku masyarakat yang lebih memilih berbelanja secara cepat atau instan.

Menurut Budihardjo, saat ini, masyarakat mulai bosan dengan cara berbelanja kebutuhan pokok di gedung super-luas. “Masyarakat cenderung lebih gemar berbelanja di tempat kecil yang praktis dan menyediakan aneka kebutuhan,” katanya.

Selain pergeseran tren budaya belanja, berkembangnya e-commerce ikut menjadi penyebab ambruknya toko-toko retail luring alias offline. E-commerce mulai mengambil segmen pasar retail yang menyediakan bahan-bahan pokok dan kebutuhan dasar rumah tangga. E-commerce pun mendulang jumah pelanggan melalui diskon tawaran diskon atau promo lainnya yang menggiurkan.

Moncernya bisnis e-commerce tampak dari laporan Google, Temasek dan Bain & Company soal e-Conomy 2020. Riset itu menyatakan waktu yang disediakan orang untuk masuk ke platform online meningkat pada masa pandemi dari semula 3,7 jam per hari menjadi 4,7 jam per hari.

Bank Indonesia juga sebelumnya memperkirakan transaksi e-commerce pada tahun ini meningkat menjadi Rp 337 triliun. Angka itu naik dari transaksi e-commerce sepanjang 2020 sebesar Rp 235 triliun.

Baca: Bos BCA: 90 Persen Produk E-commerce Impor, Ini yang Menyedihkan

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

10 jam lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

12 jam lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

18 jam lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

2 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

3 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

3 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

4 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

4 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

4 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

5 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya