Beredar Isu Giant Ditutup karena Investor Hengkang, Ini Respons Hero Supermarket
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 31 Mei 2021 10:59 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Manajemen PT Hero Supermarket Tbk. menanggapi pemberitaan soal berkurangnya investasi pemegang saham di perusahaan tersebut yang berujung pada keputusan menutup seluruh gerai Giant pada akhir Juli 2021 mendatang.
"Kami ingin mengklarifikasi bahwa hal ini tidak akurat," papar manajemen perusahaan berkode saham HERO dalam keterangan resmi, Jumat, 28 Mei 2021.
Dalam keterangan resminya, manajemen perseroan menyebutkan telah beredar pemberitaan seputar alasan perubahan strategi perusahaan akibat investor yang mengurangi investasi mereka dari PT Hero Supermarket Tbk.
Manajemen HERO menyebutkan sebelumnya sudah ada pengumuman yang jelas menyampaikan perseroan sedang memfokuskan investasi untuk menggandakan empat kali lipat jumlah gerai IKEA dibandingkan tahun 2020 dalam kurun waktu tiga tahun ke depan. Selain itu, perseroan juga berencana membuka hingga 100 gerai Guardian baru hingga akhir tahun 2022.
"Investor PT Hero Supermarket Tbk. tetap berkomitmen ke pasar Indonesia dan optimis bahwa perubahan strategi ini akan membawa prospek perkembangan perusahaan yang lebih baik," tulis manajemen HERO.
Presiden Direktur Hero Supermarket Patrik Lindvall sebelumnya menyebutkan bahwa keputusan perseroan untuk menutup dan menghentikan operasional brand Giant pada akhir Juli 2021 tidak datang dalam semalam.
Giant merupakan toko ritel modern dengan format hipermarket yang menyasar pelanggan dengan kebutuhan skala besar. Selain itu, Giant juga hadir dalam bentuk supermarket dengan nama Giant Ekspres.
<!--more-->
Patrik menjelaskan, penutupan seluruh gerai Giant adalah hasil dari peninjauan perseroan secara menyeluruh dan mendetail selama beberapa tahun terakhir. “Kami sudah mempelajari tren di industri hipermarket selama bertahun-tahun, tidak hanya di Indonesia tapi juga secara global dan regional,” ujarnya, Selasa, 25 Mei 2021.
Dia menjelaskan bahwa telah terjadi pergeseran tren dalam industri peritel dalam beberapa tahun terakhir, utamanya dari perubahan perilaku konsumen. Masyarakat tampaknya lebih memilih berbelanja di gerai yang lebih kecil dan lebih dekat dari tempat tinggal alih-alih mendatangi hipermarket yang cenderung lebih jauh.
Selain itu, perkembangan teknologi juga semakin mengubah perilaku belanja masyarakat yang dimudahkan dengan berbelanja secara daring. Patrik menunjukkan penutupan hipermarket tak hanya terjadi di Indonesia.
Beberapa peretail seperti Walmart asal Amerika Serikat, Carrefour asal Perancis, dan Tesco asal Inggris sudah lebih dulu menjauh dari industri hipermarket. Tapi, kata Patrik, bahwa perseroan sebenarnya tak menyerah dengan keadaan begitu saja.
Sejumlah upaya sudah dilakukan untuk mempertahankan Giant lewat perbaikan sejumlah gerai dan peningkatan kualitas produk dalam rangka menggaet pelanggan. “Tapi tren (perubahan perilaku konsumen) itu bertahan. Dan kami melihat perubahan perilaku itu makin cepat pada masa pandemi ini,” ujar Patrik.
Penutupan 100 gerai Giant itu, menurut dia, juga bukan karena dampak pandemi saja. Melainkan lebih disebabkan oleh perilaku belanja konsumen tersebut. Keputusan itu juga diambil setelah mempertimbangkan kebaikan bagi semua pihak dan diyakini akan membawa hasil yang positif di masa depan untuk jangka panjang.
Patrik juga mengatakan walaupun brand Giant sudah tidak ada lagi nantinya, kemungkinan toko-toko Giant akan tetap berdiri dengan bentuk dan format yang berbeda, baik menjadi gerai IKEA dan Hero Supermarket maupun dialihkan ke pihak ketiga. “Gerai-gerai yang tidak dapat kami pindah tangankan ke pihak ketiga, tidak kami ubah ke IKEA maupun Hero Supermarket, akan tutup pada akhir Juli tahun ini,” ujar Patrik.
BISNIS
Baca: Manajemen dan Karyawan Giant Sedang Dialog Bipartit, Kemenaker: Semoga Win-win