5.500 Karyawan BTPN Dipangkas Akibat Transformasi Digital, Ini Penjelasan Dirut
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Jumat, 7 Mei 2021 07:57 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bank BTPN Tbk. Ongki Wanadjati Dana menyatakan menyebutkan implementasi digital dapat mendorong efisiensi tenaga kerja lebih sehat pada periode transformasi.
Jika awalnya perseroan memiliki 12.000 tenaga kerja, kata Ongki, BTPN dengan transformasi digital dan sosialisasi yang baik telah mengurangi jumlah karyawan menjadi 7.400 orang.
"Dengan digitalisasi, sekitar 5.500 karyawan kami memilih untuk mencari tempat lebih baik," katanya dalam webinar, Kamis, 6 Mei 2021. "Kami bersyukur semuanya mendapat perusahaan lebih cocok dan bahkan ada yang membuka usaha secara mandiri."
Ongki menjelaskan, sebelumnya banyak kantor cabang fisik yang berkinerja kurang optimal. Namun kini kantor cabang-kantor cabang BTPN lebih efektif dan efisien dalam menjawab kebutuhan nasabah.
Selama kuartal pertama tahun ini BTPN membukukan laba bersih senilai Rp 971 miliar. Nilai itu naik 29 persen year-on-year (yoy) dari periode serupa tahun lalu yang mencapai Rp 752 miliar.
Pertumbuhan laba ini di antaranya didorong oleh penurunan beban bunga sebesar 38 persen yoy dari Rp 1,61 triliun menjadi Rp 991 miliar. Selain itu biaya kredit turun 60 persen dari Rp 411 miliar menjadi Rp 164 miliar.
Penurunan beban bunga yang dicatat BTPN sejalan dengan tren penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan peningkatan saldo dan rasio dana murah (current account saving account/CASA) yang berakibat pada penurunan biaya dana. Adapun biaya kredit pada kuartal pertama di 2021 menurun akibat penyesuaian metode penerapan PSAK 71.
<!--more-->
Sementara pendapatan bunga bersih BTPN turun 4 persen yoy dari Rp 2,91 triliun ke Rp 2,79 triliun. Penurunan pendapatan bunga bersih tetap terjaga rendah seiring dengan berkurangnya beban bunga.
Dengan permintaan kredit yang masih rendah akibat dampak dari pandemi, total kredit yang disalurkan BTPN per akhir Maret 2021 turun 15 persen (yoy) ke posisi Rp 132,68 triliun.
Penurunan kredit juga terjadi akibat penurunan nilai portofolio kredit dalam mata uang asing, yang jika dampak dari translasi ini dikeluarkan, total kredit yang disalurkan hanya turun sebesar 12 persen (yoy).
Adapun rasio gross kredit macet BTPN berada di level 1,42 persen. Angka itu lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata industri yang tercatat sebesar 3,21 persen pada akhir Februari 2021.
Per Maret 2021 tercatat dana pihak ketiga BTPN tumbuh sebesar 2 persen (yoy) dari Rp menjadi Rp 98,93 triliun. Hal itu didorong oleh meningkatnya sumber dana murah atau CASA, dari Rp 28,03 triliun menjadi Rp 30,56 triliun.
Dengan begitu, BTPN dapat mengurangi jumlah borrowing untuk turut menjaga pendapatan bunga bersih. Bank juga menjaga rasio likuiditas dan pendanaan berada di tingkat yang sehat, dengan liquidity coverage ratio (LCR) mencapai 199,70 persen dan net stable funding ratio (NSFR) 115,6 persen pada posisi 31 Maret 2021.
Sementara BPTN mencatat penurunan aset sebesar 12 persen(yoy), dari Rp 199,67 triliun menjadi Rp 174,72 triliun, dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) 27,5 persen.
BISNIS
Baca: Pendiri Bank Jago Blak-blakan Pilih Akuisisi Artos Jadi Bank Digital