Rupiah Ditutup Melemah Rp 14.525, Pekan Depan Diperkirakan Masih Fluktuatif
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Martha Warta Silaban
Jumat, 23 April 2021 16:29 WIB
TEMPO.CO, Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat atau dolar AS ditutup melemah tipis di level Rp 14.525 dari perdagangan hari sebelumnya Rp 14.520. Pergerakan mata uang garuda di pasar spot sempat melemah hingga 30 poin dalam perdagangan sepanjang Jumat, 23 April 2021.
“Untuk perdagangan minggu depan tepatnya Senin, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi, namun ditutup melemah di rentang Rp 14.510 – Rp 14.550,” tutur Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam keterangan tertulis, Jumat, 23 April 2021.
Dari sisi internal, posisi rupiah terhadap dolar dipengaruhi oleh riset lembaga pemeringkat Rating and Investment Information, Inc (R&I) dan Standard and Poor’s (S&P) yang menunjukkan bahwa Indonesia masih bisa mempertahankan peringkat kreditnya di tengah pandemi Covid-19. Selain itu, pemulihan ekonomi dalam negeri dinilai tetap sesuai jalur.
Rating and Investment Information, Inc. (R&I) mempertahankan peringkat Indonesia tetap pada posisi BBB+ outlook stable, meski S&P pada BBB menunjukkan outlook negatif. Ibrahim mengatakan Keputusan R&I dan S&P ini memberikan konfimasi bahwa langkah penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi di Indonesia berjalan sesuai dengan rencana.
“Penilaian peringkat kredit Indonesia yang dipertahankan oleh R&I dan S&P ini melengkapi Fitch yang juga mempertahankan peringkat kredit Indonesia pada 22 Maret 2021,” kata Ibrahim.<!--more-->
Di sisi lain, S&P juga menggaris-bawahi laju pemulihan ekonomi Indonesia akan bergantung pada kecepatan dan efektivitas program vaksinasi. Dalam jangka menengah, S&P optimistis tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di atas rata-rata negara lainnya.
Kondisi itu, kata dia, didorong adanya berbagai kemudahan di bidang perpajakan serta fleksibilitas kebijakan ketenagakerjaan dalam Undang-undang Cipta Kerja yang membuka lapangan kerja. “Dengan rating yang diberikan oleh berbagai lembaga pemeringkat internasional, wajar kalau optimisme upaya vaksinasi yang dilakukan pemerintah akan menjadi kunci pemulihan ekonomi Indonesia sehingga diperkirakan tumbuh sebesar 4,5 persen pada 2021 dan 5,4 persen pada 2022,” ujar Ibrahim.
Sementara itu dari sisi eksternal, nilai tukar rupiah didorong oleh menguatnya dolar terhadap mata uang lainnya menyusul tren investor menunggu pertemuan Federal Reserve Amerika Serikat. Posisi nilai tukar mata uang juga terpengaruh oleh imbal hasil obligasi Amerika Serikat Treasury 10-tahun yang turun.
Imbal hasil turun setelah investor melihat adanya rencana Presiden Joe Biden untuk menggandakan pajak atas capital gain menjadi 39,6 persen bagi masyarakat yang berpenghasilan lebih dari US$ 1 juta dalam setahun. Kebijakan ini akan akan mendanai perawatan untuk anak-anak, pra-pendidikan taman kanak-kanak, dan cuti berbayar untuk pekerja sebesar US$ 1 triliun. Kemudian, nilai tukar juga terpengaruh oleh klaim jumlah pengangguran di Amerika yang mencapai level terendah selama 13 bulan terakhir.
Baca Juga: Kurs Rupiah Menguat di 14.497 per USD Usai BI Tahan Suku Bunga, Bagaimana Besok?